G. S. K. [ Part 1 ]

100 25 24
                                    

Zoey Kasiman, sudah kesekian kali dia menghela napas. Dengan wajah kusut, kerutan di keningnya semakin bertambah.

Umurnya masih tergolong muda untuk posisi detektif swasta di lembaga yang tidak terlalu terkenal. Tahun ini dia akan merayakan ulang tahun ke-26 tahun.

Tidak susah untuknya masuk ke tempat ini, bermodalkan pamannya yang punya relasi dan koneksi membuat segala sesuatunya tampak mudah terjadi, tapi Nathan serius dengan pekerjaannya.

Sebagai penggemar novel detektif dan film detektif, Zoey sudah bercita-cita hidup dengan profesi itu kelak.

Sayangnya, dia baru menyadari kenapa mudah sekali dia diterima di tempat ini. Bangunan dengan dinding kusam, menjurus ke warna kuning. Atap yang sebagian besar dikuasai oleh rayap, pintu yang engselnya perlu diperbaiki. Bangunan ini sungguh tidak layak untuk ditinggali.

"Astaga, sudah berapa bulan aku kerja di sini. Kasus yang kuhadapi selalu terkait kucing hilang. Kenapa nggak ada kasus terkait manusia? Menyebalkan," sesalnya.

"Bro, kamu harus bersyukur masih dapat kasus. Tempat ini nggak terkenal, sebulan sekali pasti ada kasus kucing hilang—"

"—dan kita berhasil menemukan kucing itu, Nayla Rusdi," sambutnya dengan bangga.

Sudah hafal dengan kebiasaan rekan kerjanya saat berbangga diri, pasti hidungnya kembang kempis dan matanya berbinar.

"Mulai, deh. Berisik. Kamu nggak ngerasa kasus kucing ini aneh?" lanjut Nayla sambil menuangkan teh celup ke cangkirnya, memulai ritual pagi hari dengan secangkir teh manis hangat.

Keningnya berkerut, "Aneh, sih. Kenapa rutin tiap bulan ada kasus kucing hilang. Pemiliknya pasti cowok muda dan—"

"—dan terlihat playboy," lanjut Nayla sambil menyeruput teh manisnya.

"Kalau kamu perhatikan, ada segaris tinta emas di bulu kucing itu. Pasti ada tanda itu," balas Zoey sambil menyandarkan punggung di kursi empuknya.

"Kamu mengira ini pembunuhan berantai, Zoey?"

"Ya, ada pemikiran kalau pelakunya pasti satu orang. Tapi, kenapa?"

Nayla memilih duduk di sofa dan melihat layar ponselnya, "Yah mana aku tahu. Andai aja kita punya teman yang kepintarannya seperti Sherlock Holmes, pasti menyenangkan."

"Teruslah berandai-andai, Nayla. Bermimpi memang menyenangkan,"sahut Zoey sambil memejamkan mata.

Keringat di keningnya terus bercucuran, panasnya Surabaya membuat kipas angin dan air conditioner di ruangan ini tidak terasa efeknya.

"Kamu nggak ada niatan untuk mempromosikan jasa kita, Zoey?" Tatapan wanita berambut panjang sebahu itu begitu intens kepadanya.

"Sudah. Kumasukkan informasi tentang jasa kita di koran. Semoga saja di era serba digital ini masih ada orang yang membaca koran," balasnya sembari mengelap keringat dengan sapu tangan.

"Ini membosankan. Kenapa kamu bertahan di sini?"

"Ya, aku juga merasa ini membosankan. Kurang menantang, tapi kita sendiri belum memecahkan pelaku kucing berantai,"sesalnya.

Kasus ini mengganggu pikirannya. "Hari ini tepat satu bulan dari kasus kucing yang terakhir. Kalau dugaan kita benar, seharusnya ada berita kehilangan kucing hari ini,"duga Zoey Kasiman.

"Yah, semoga aja. Aku jalan dulu keluar. Kamu mau titip apa?" tawar Nayla Rusdi dengan sebelah alis terangkat.

"Wow. Mau traktir?" tanya Zoey dengan kagum.

Seharusnya ini masuk dalam kelangkaan dunia, seorang Nayla Rusdi yang terkenal pelit dan penuh perhitungan, mau membelikan barang untuknya secara sukarela!

"Lusa aku mau cuti. Ada pengganti yang gantiin aku untuk sementara. Yah, hitung-hitung hadiah perpisahan,"balasnya sambil tersenyum tipis.

Zoey mendengkus kasar, si paling anti dengan kata perpisahan. "Jangan bilang kayak gitu. Kita masih bisa bertemu lagi, Nayla. Jangan aneh-aneh, deh," tegur Zoey dengan kesal.

"Hidup nggak ada yang tahu, Zoey. Manusia bisa berencana, tapi tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, kan?" balas Nayla berusaha bijaksana.

"Nggak lucu. Malesin kamu."

Dalam keadaan seperti ini, percuma memberikan alasan sebijak apapun pada Zoey, akan langsung ditolak mentah-mentah.

"Kamu keinget apa, Zoey? Sampai sengamuk ini?" Nayla selalu dibuat penasaran tentang masa lalu Zoey, tapi pria itu akan mengalihkan pembicaraan.

"Keinget obat ini." Zoey menunjukkan obat dengan bungkus berwarna abu-abu, ada tulisan merah di sana.

"Hah? Apa itu?"

"Isinya dimenhydrinate 50 miligram. Bisa diminum jika mabuk dan muntah selama perjalanan. Untuk dewasa dan anak di atas 12 tahun aturan pakainya 1 tablet, setengah jam sebelum berpergian. Bisa diulangi tiap 4 jam. Sehari jangan lebih dari 8 tablet atau setara dengan 400 mg. Bahaya, deh—"

"—kamu mabuk perjalanan?"

Zoey menatap Nayla sebentar lalu menggeleng pelan. "Tidak. Aku tertarik untuk belajar obat. Obat jika digunakan tidak sesuai dosis lazim, pasti akan jadi racun-"

"-begitupula jika digunakan dalam jangka panjang. Ada beberapa obat yang tidak bisa digunakan dalam jangka panjang karena efek jangka panjangnya toxic," lanjut Nayla.

"Iya, benar. Efek anti emetik dari obat ini bisa menutupi tanda-tanda toksik akibat over dosis dari obat lain. Orang yang minum obat ini dilarang mengendarai kendaraan sendirian-"

"-kenapa?" tanya Nayla penasaran.

"Berkaitan dengan efek sampingnya seperti depresi sistem saraf pusat antara lain mengantuk, lesu, pusing, gangguan koordinasi. Terutama pada anak-anak. Bisa juga terkena gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, nyeri epigastrik, selain itu ada efek cardiac arytmia atau palpitasi."

"Wow. Banyak juga ya efek sampingnya."

"Iya, tapi perlu digaris bawahi kalau tidak semua orang terkena efek samping ini. Garis pentingnya adalah gunakan seperlunya dan sesuai aturan pakai," jelas Zoey sambil merentangkan tangan, mencoba pemanasan di work out.

Tubuhnya terasa kaku, kebanyakan duduk dan berdiam diri. "Seperti yang kita tahu, ada interaksi obat. Kenapa dibilang hindari minuman beralkohol, karena dapat meningkatkan efek sedatif dari depresan sistem saraf pusat. Selain alkohol, ada juga barbiturat, hipnotik, analgesik, opioid, sedatif anxiolitik dan anti psikotik-"

"Sedatif anxiolitik? Apa itu?" lanjut Nayla penasaran.

"Anxiolitik itu kategori obat yang menangani gejala kecemasan. Obat sedatif itu kerjanya dengan merelaksasi dan mengurangi kecemasan," ujarnya sambil menatap koran hari ini.

Nayla menghela napas, "Paham. Aku ke luar dulu, deh. Mau nitip apa tadi?"

"Tolong belikan aku minuman dingin. Kalau ada takoyaki, aku juga mau nitip. Laper," jawabnya dengan ekspresi memelas.

Nayla memutar bola matanya malas. "Biasa aja ekspresinya. Dasar bocah," omelnya lalu pergi dari sana.

Zoey meletakkan bungkus obat pertama dan beralih ke bungkus obat kedua, berwarna putih dan oranye.

"Obat untuk urtikaria atau biduran, dan pilek alergi. Kontraindikasi untuk ibu hamil trimester pertama atau saat menyusui, pasien dengan penyakit ginjal berat, dan pasien yang alergi dengan obat ini."

Zoey memejamkan mata untuk beberapa saat, rasanya menyenangkan sekaligus melelahkan. Di waktu senggang ini, dia ingin memperbanyak ilmu terkait obat-obatan. Hampir saja Zoey terlelap dalam tidurnya, begitu bel pintu masuk terdengar.

Jantungnya berdegup kencang, "Mungkinkah kasus baru?"

-Bersambung-

Golden Silent Killer (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang