G.S.K [Part 18]

9 8 0
                                    

Debaran dada Christine semakin kencang, wajahnya memerah. "Jangan sia-siakan usahaku. Jaga kesehatanmu. Makan ini biar perutmu hangat. Habis itu minum obat demam. Kamu butuh banyak istirahat."

Zoey menghela napas panjang, setiap kali emosinya naik maka kepalanya akan terasa pusing. Apalagi saat kondisinya kurang baik begini, pasti semakin menjadi-jadi nyerinya.

"Christine, aku tidak punya banyak waktu untuk istirahat. Kita sama-sama kurang tidur. Jangan hanya aku yang diperhatikan, tapi kamu juga. Jangan jatuh sakit. Banyak orang yang membutuhkanmu,"ujarnya pelan.

Dia mendengkus kesal,"Aku bisa jaga diriku sendiri. Tapi,  terimakasih sudah mengkhawatirkanku. Ada kamar untuk penunggu. Kamu bisa istirahat di sana. Akan ada petugas yang berjaga di sini."

"Hah? Buat apa?"

"Buat keselamatanmu dan Nuki. Kamu pasti butuh keluar untuk mengerjakan kasus dan kamu harus tetap fokus dan tenang, karena itu kamu perlu Nuki tetap aman."

Dua orang pria berotot itu datang ke arah mereka. Zoey tidak asing dengan mereka. Mereka terlihat seperti pengawal Christine sejak ia kecil.

"Mereka—"

Christine menoleh ke arah pandang Zoey lalu tersenyum. "Mereka pengawal pribadiku. Yah, minta tolong biar sebagian dari mereka berjaga di sini."

"Tapi, buat apa? Mereka bekerja untukmu bukan untuk menjagaku," protes Zoey. Dia merasa tidak enak terus menerus merepotkan wanita ini.

"Justru karena mereka bekerja untukku, jadi mereka menyetujui permintaanku. Lagipula, masih ada pengawal yang lain. Tidak perlu khawatir berlebihan," balasnya berusaha menenangkan Zoey yang panik.

"Orang tuamu tahu tentang ini?"

Christine tersenyum,"Kita bertemu kembali pun mereka tahu. Tentang ini pun mereka sudah tahu. Kamu bukan orang asing bagi kami, Zoey."

"Hmm, oke. Tolong sampaikan rasa terima kasihku pada mereka. Jika memungkinkan aku akan bertemu langsung dan berterimakasih."

Wanita ini tampak senang, sudah lama Zoey tidak berkunjung ke rumahnya. Dia sudah lama menantikan ini.

"Selamat malam, Nona. Saya dan Ridwan akan bertugas menjaga tuan Zoey dan adiknya," sapa Guo Nan Cha.

"Selamat malam pak Guo, pak Ridwan. Di sana ada Aleksander dengan perawat. Lagi antar Nuki ke ruangan. Kalian bisa langsung jaga mereka ya. Saya dan Zoey ngobrol di sini bentar."

"Siap, nona," ujarnya lalu pergi menyusul Aleksander di ujung lorong rumah sakit.

Zoey terus menatap kedua punggung itu hingga menghilang. "Sudah lama tidak lihat pak Guo dan pak Ridwan. Mereka masih betah aja kerja sama kamu."

"Untunglah. Cukup susah untuk percaya dengan orang lain. Dengan adanya pekerja lama, bisa sedikit lebih lega. Tidak perlu khawatir," jawabnya senang.

"Christine, ayo kita ke sana aja. Perasaanku kurang enak."

Selepas kepergian mereka, ada perasaan kurang nyaman yang hinggap di benaknya, seakan ada hal buruk yang akan terjadi. Malam semakin larut, hembusan angin semakin kencang. Christine mengeratkan jaket yang dikenakannya.

"Boleh. Kita ke kamar Anggrek VIP B," balas Christine. Mereka mulai berjalan sambil memperhatikan sekeliling dan masuk ke dalam lift. Ruangan Anggrek berada di lantai dua. Begitu sampai mereka keluar dari lift dan melangkah kembali.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam, masih ada beberapa orang yang duduk di kursi tunggu, ada juga anak-anak yang bermain sambil berceloteh riang, ada beberapa orang dengan mengenakan jaket serta selimut. Mereka menggelar karpet di ujung ruangan lalu berbaring. Terdapat cemilan dan kantong kresek swalayan yang tergeletak di sana.

Zoey tersenyum, dia harus lebih bersyukur diberi kemudahan dan fasilitas. Dia harus bersyukur karena masih lebih beruntung. Zoey dan Nuki masih bisa hidup bercukupan. Meskipun penghasilannya tidak stabil, tapi masih ada tabungan untuk menunjang kehidupan.

Zoey memijat keningnya, kepalanya terasa semakin berat, hidungnya terasa geli.

"Zoey, ngantuk?"  Christine masih memperhatikannya.

Zoey tersenyum, perasaannya menghangat menyadari perhatian yang diberikan Christine.

"Iya, butuh tidur," jawabnya jujur. Tidak ada gunanya berpura-pura kuat di hadapan Christine. Dia tidak mau membentengi diri lagi, perlahan tapi pasti dinding pertahanan itu runtuh.

"Oke, habis ini tidurlah," jawab Christine lagi. Matanya memicing memperhatikan dua orang berpakaian hitam yang duduk di sudut lorong, perasaannya mengatakan mereka memperhatikan mereka. Bukan sekedar melihat seperti penunggu yang lain, tapi seperti orang yang sengaja menunggu kedatangan mereka.

Christine berpura-pura tidak memperhatikan mereka, dia ingin tahu apa yang akan mereka lakukan. Namun, dia tidak bisa bermain dengan nyawa, dia harus memperingatkan dua pengawalnya untuk berhati-hati, keberadaan mereka sudah diketahui oleh musuh yang belum mereka temukan.

Mereka sudah masuk ke dalam lorong ruangan Anggrek, tinggal mencari ruang VIP B. Tidak jauh dari pintu masuk ruangan Anggrek, Zoey hendak masuk ke dalam begitu Christine menaruh tangan di atas tangannya.

"Kenapa?" tanya Zoey heran.

"Kamu salah ruangan. Kamarnya di sana," tunjuk Christine lagi. Dari tatapan Christine terlihat dia tidak ingin dibantah. Degup jantungnya berdebar, dia sadar ada yang salah. Zoey percaya padanya, show must go on.

"Oh, iya! Di sana ya,"ujarnya dengan suara agak keras. Sengaja dilakukannya.

Mereka kembali berjalan dan masuk ke ruangan kosong, berbeda tiga ruangan dari ruang VIP B. Christine sudah membajak CCTV rumah sakit dengan ponsel rakitannya, dari sana terlihat dua orang yang dia curigai berjalan mendekat ke arah ruang VIP B, sekedar mengintip lalu mendekati ruangan tempat mereka berada.

"Shit! Mereka ke sini," pekik Christine pelan. Beruntung di sana ada tempat tidur kosong. Zoey segera berinisiatif untuk tidur dengan selimut menutupi setengah wajahnya. Sementara Christine duduk membelakangi pintu. Di atas kasur, layar ponselnya tetap menyala. Christine memasang sebelah tangan dengan gaya menopang dahinya dan sebelah lagi terulur memegang jemari Zoey. Dengan posisi ini  dia bisa leluasa melihat layar ponselnya.

Mereka berada di depan mengintip lama ke dalam ruangan dari kaca yang ada di pintu. Cukup lama hingga mereka kembali ke luar ruangan Anggrek. Mereka hanya melihat ruangan VIP B dan ruangan tempat mereka berada saat ini.

Begitu mereka sudah pergi, Zoey berbisik pelan. "Mereka siapa?"

"Aku tidak tahu, tapi perasaanku tidak enak."

"Oh, kamu juga? Tadi aku mengajakmu ke sini karena perasaanku tidak enak."

Christine menghela napas panjang, "Kalau dugaanku benar, mereka ada kaitannya dengan kasus aku dan Aleksander hadapi, kasus di kafe, dan Nuki."

Wajah Zoey tampak pias,"Berhubungan dengan kasusmu? Maksudmu apa, Christine?"

"Sebelum aku ceritakan, apa ada yang mau kamu sampaikan?"

"Ada, tapi kamu duluan aja," balas Zoey lagi.

"Oke. Aku tidak bisa maksa kamu—"

Ucapan Christine terhenti karena ketokkan di pintu. Zoey dan Christine tampak pucat melihat siapa yang datang.

Zoey tersentak begitu menyadari Aleksander dan dua orang pengawal tadi kembali kepada mereka.

-Bersambung-

Golden Silent Killer (TERBIT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin