“Preman jamet daerah mana lo?”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Preman jamet daerah mana lo?”

Jo mendelik. “Gue ganti hair style, abis patah hati soalnya. Menurut lo bagus nggak?” ia meminta pendapatku tentang rambut barunya. “Ah by the way, you look beautiful with that dress.”

Aku tersenyum kecil. “Thanks? Dan ya, lebih pantes black hair kayak biasa, sih.”

Okay,” Johnny mengangguk. “Jadi lo lebih suka yang kayak gitu,” lanjutnya bergumam namun aku tak begitu mendengarnya.

Atmosfer tiba-tiba saja menjadi canggung. Kami hanya berdiri berhadapan, saling diam, dan tak ada satu pun yang berniat untuk kembali bersuara. Dalam diam, aku menunggunya bicara. Gestur Jo sangat jelas terbaca bahwa ia ingin mengatakan sesuatu, oleh karena itu aku menunggunya. Namun detik berlalu, pria itu tak kunjung juga mengatakan kalimat yang ada di ujung tenggorokannya.

“Gue mau nyamperin—”

“Hana.” Jo memanggilku.

“Ya?”

“Lo... nggak lagi menghindari gue, kan?” ia bertanya hati-hati.

“Buat apa?” balasku langsung. “Gue nggak merasa punya salah ke—"

“Pagi itu, di hari gue ngamuk di kantor dengan kondisi muka yang luka,” Jo mengingatkanku kembali pada pagi itu. Tentu saja aku tidak akan lupa. Ia melanjutkan, “Lo nggak penasaran kenapa gue bersikap kayak gitu?”

Aku mengerjapkan mata sambil sedikit mengambil napas pendek. “Gue punya hak untuk tau apa yang terjadi sama lo?”

Alisnya terangkat sebelah. Aku terkekeh, “Enggak, Jo. Gue nggak akan sekepo itu sama urusan bos gue sendiri.”

Bohong. Padahal sampai sekarang aku masih penasaran mengapa wajahnya dan juga Jaehyun babak belur. Walau kondisi wajah Jaehyun tak separah Jo, namun aku menyadari adanya luka kecil di sudut bibirnya. Dan yang bisa kusimpulkan; mereka memang habis bertengkar.

“Bos?” Jo menjawab dengan nada bertanya, dahinya mengerut. “Amazing. Sekian tahun kita kenal, lo cuma anggep hubungan ini sebatas bos-karyawan?”

“Wait, pemilihan kata lo terdengar ambigu,”

“Sengaja.”

“Jo?”

Ia tampak melonggarkan dasinya dengan gerakan marah, namun wajahnya tetap datar. “Kalau emang lo anggap hubungan kita cuma sebatas teman kerja, nggak seharusnya lo panggil gue dengan nama itu,” putusnya langsung sambil menatapku lekat. “Lo nggak berhak sejauh itu, Hana.”

DEGREES ft. JaehyunWhere stories live. Discover now