12

9.3K 1.5K 99
                                    

Dia marah? Masak sih?

"Kayak yang biasa dia lakukan ke karyawati cewek." Suaraku mengecil. Memang yang paling berat dari kejujuran adalah mengakui bahwa kita sudah lama diam saat diperlakukan semena-mena.

"Biasa? Biasanya itu seperti apa? Saya hanya dengar simpang siur dan nggak tahu detailnya. Coba beri tahu."

"Pak Bahar sering duduk di meja saat manggil ke kantornya, padahal kami duduk di kursi. Terus kakinya dibuka lebar-lebar di atas meja jadinya mata kami ke..." Lidahku mendadak kelu menjelaskan kebiasaan Pak Bahar. Ada yang tahu cara lain mengungkapnya 'muka kita menghadap anunya'? Tanganku bergerak begini begitu supaya nggak harus blak-blakan menyebut yang 'itu'.

"Bapak paham, nggak?" tanyaku yang mulai frustasi sendiri.

"Dia membuat kalian terpaksa menghadap bagian tubuh bawahnya saat dipanggil berdua?"

Ini manusia makan KBBI, ya? Pintar banget memilih kata.

Aku mengangguk. "Terus, kalau ada kesempatan, dia sering sentuh kami. Alibinya, dia udah anggap kami anak lah, adik lah."

"Kami?" Pak Keydan mengangkat sebelah alisnya. "Lebih dari satu korban dan nggak ada laporan yang naik ke HR. 'Kami' ini masih bekerja di perusahaan?"

Aku menangkap pertanyaan ini getir di telingaku. Paham sih, Pak Keydan selaku bos pasti jengkel ada yang bertingkah ngadi-ngadi tapi bisa lolos karena korbannya kompak tutup mulut. Gimana nggak tutup mulut kalau pelakunya menejer yang ACC gaji dan promosi kami semua.

"Masih," jawabku kecut.

Pak Keydan mengangguk sekali. "Kalau begitu, saat balik ke kantor, saya coba bicarakan ke Pak Rahmat dan Suzuki san soal perilaku Pak Bahar."

"Ta-tapi..."

"Ada lagi?"

"Pak Bahar pernah buat satu karyawati dipecat. Momennya bertepatan banget karyawati itu mau mengadukan kelakuan Pak Bahar ke HR."

"Dan kalian kompak diam?"

Aku tersenyum hambar saking malunya mengakui aku pun salah satu yang diam saat salah satu dari kami mau maju untuk speak up.

Pak Keydan menarik napas panjang tanpa melepas fokusnya dari kemudi. "Saya nggak tahu kenapa perusahaan bisa-bisanya mengumpulkan karyawan yang nggak bisa membela hak-haknya sendiri."

Bukannya nggak bisa membela hak-hak kami, melainkan takut sumber beras dan lauknya diputus sepihak. Kadang, keadilan itu adanya di tempat yang nggak terjangkau.

"Kamu tenang saja. Nanti saya, Pak Rahmat, dan Suzuki san yang cari cara."

"Makasih, Pak," ucapku tulus.

"Jangan sungkan. Kamu bisa mengadu apa saja ke saya."

Apa saja?

Apa aku bisa tanya soal kejadian Jumat malam?

Nggak deh. Nanti malah aku kena bumerang pertanyaanku.

"Kamu bawa baju ganti dan seragam, kan?"

Nah, pertanyaan yang aku takutkan meluncur.

"Bawa, Pak." Aku nggak bisa lagi duduk nyaman.

"Kita akan observe dua shift mereka hari ini. We'll stay overnight in hotel near the factory."

"Menginap?" Mukaku langsung tegang.

Satu kata dari mulut Pak Keydan langsung berputar di kepalaku.

Menginap.

Menginap.

Menginap ... bareng Pak Keydan.

Apakah kami akan...

"Kita masih bisa pulang, Pak!" seruku panik.

Alih-alih setuju, Pak Keydan malah melirikku dengan senyum yang membuat bulu kudukku merinding. "Besoknya kita masih bekerja, Pre. Kita akan kelelahan kalau harus pulang pergi," katanya.

"Saya yang setir pas pulang, Pak. Saya ada SIM A. Aman, Pak. Saya bisa yang manual dan matic."

Tolong jawab oke. Tolong.

Pak Keydan menggeleng. "Kita observe dua shift, Pre. Shift kedua selesai pukul satu dini hari."

"Heh?"

"Ya, kamu akan observe setiap bagian sampai tengah malam."

Pria ini gila?

Atau dia mau membuatku gila?

Siapa orang gila yang mau bekerja dari pagi sampai tengah malam?

"Bapak nggak bilang kalo kita akan observasi dua shift sekaligus," keluhku.

"Oh, saya belum bilang, ya?" Dia bicara enteng.

"Belum. Bapak hanya suruh saya bawa baju dan seragam."

"Sekarang saya sudah kasih tahu. Berarti kamu sudah tahu. Kamu juga sudah bawa spare clothes and uniform. Problem solved."

Bangcat ini memang BANGCAT!

###

16/02/2021

Ada yang mau menghujat Pak Keydan? Angkat tangan ✋😐

Kalo Pak Keydan pake cast western, kalian membayangkan siapa yang cocok?

Kalo Pak Keydan pake cast western, kalian membayangkan siapa yang cocok?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mau minum seteguk, Pre?

🐷Boleh minum seteguk cinta Bapak aja? *TARIIIIK MANG

PreciousWhere stories live. Discover now