36. cemas

2.4K 132 18
                                    

Hamzah berlari melewati lorong demi lorong rumah sakit. Wajahnya menyiratkan kecemasan dan rasa takut yang mulai memenuhi pikirkannya.

Baru saja ia mendapat kabar, bahwa istrinya masuk rumah sakit, karena kecelakaan mobil yang di kendarai oleh Hanum.

Hamzah tak henti-hentinya berdoa agar istrinya tidak kenapa-napa. Sesampai di depan  ruangan Hamzah hanya diam dengan kecemasan menunggu dokter yang menangani istrinya keluar.

Pintu ruangan dimana istrinya sedang di tangani seketika terbuka, "bagai mana keadaan istri saya dok?" Tanya Hamzah dengan cemas.

"Keadaan istri anda Alhamdulillah baik-baik saja, hanya terbentur ringan" jelas dokter

Seketika rasa panik yang sedari tadi menghantui pikirannya mulai tenang, "silakan sudah boleh di jenguk, dan juga sudah di bolehkan pulang" lanjut seorang perawat.

Hamzah langsung melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut, di sana ia melihat istrinya yang sedang duduk dengan tenang.

Perempuan yang seketika membuat jantung Hamzah mau copot mendengar kabar buruk tentangnya.
Perempuan yang membuatnya tenang dengan senyumannya.
Perempuan yang bisa membuatnya menangis  seketika.
Perempuan yang kuat kala dirinya sudah menggoreskan luka berkali-kali.

"Kamu gapapa?" Tanya Hamzah dengan suara lembutnya.

"Maaf ya aku udah buat kamu panik" ucap Hanum pelan sambil menunduk.

Hamzah langsung memeluknya, memeluknya dengan sangat erat seakan takut kehilangan.
"Kamu nggak perlu minta maaf"

Hamzah menatap lekat mata Hanum, mata yang selalu membuat Hamzah jatuh cinta dengan tatapan teduhnya.
"Kamu kenapa bisa kaya gini?" Tanya Hamzah penasaran.

"Aku nggak mau bahas itu dulu, aku masih kaget mas" ucap Hanum sambil menggenggam tangan Hamzah.

----

Sesampai di rumah, Hamzah tetap menuntun Hanum sampai kamar "aku bisa sediri" ucap Hanum saat ingin menyenderkan badannya di tempat tidur

"Kepala kamu masih sakit? Kamu mau makan apa? Atau mau aku masakin?" Tanya Hamzah yang lebih dari satu.

Hanum hanya terkekeh "mas mulai bawel ya"

"Aku kan sayang kamu" ucapnya, yang membuat Hanum tersenyum bahagia, seakan luka yang kemarin di torehkan nya sudah tidak ada.

"Kamu lebih baik mandi dulu, kamu pasti juga capekan?"

Hamzah menatapnya dengan gemas "yaudah aku bersih-bersih dulu ya Humaira" sambil mengelus kepala Hanum.

Setelah Hamzah hilang di balik pintu kamar mandi, Hanum hanya diam merenung Alhamdulillah

Hal seperti ini yang Hanum inginkan, berbaikan dengan suaminya, dan Hamzah tidak menatapnya dengan tatapan dingin. apa lagi terasa sakit bila satu atap tapi seakan tidak saling kenal.

Sekarang saatnya memulai hidup yang baru lagi, segala luka, kekecewaan, marah biarlah berhenti di situ saja. Tidak perlu di ungkit lagi, di tanyakan lagi kenapa saat itu suaminya bersikap seperti itu, karena Hanum tahu pasti ada alasan tersendiri untuknya.

Beberapa jam lalu Hanum dan Hamzah selesai makan malam, dan sekarang Hanum mau kembali ke kamar.

"Sini aku bantu" tawar Hamzah

"Aku bisa sendiri"

Hamzah hanya mengikutinya dari belakang, sesampai di kamar "kamu tidur ajah duluan ya jangan lupa wudhu dulu Humaira" ucap Hamzah yang berjalan mengambil laptop.

Setelah mengambil wudhu Hanum melihat suaminya yang ternyata sudah duduk di ranjang dengan matanya yang fokus ke benda canggih tersebut.
Hanum segara mengambil posisi di sebelah Hamzah lalu segera merebahkan badannya yang terasa cape sekali.

"Mas kamu sibuk?" Tanya Hanum.

"Kamu mau cerita?" Tanyanya tanpa melihat ke arah Hanum.

"Nggak juga si"

"Oh iya aku masih penasaran, kamu kenapa bisa kecelakaan kecil gitu" tanya Hamzah lagi.

"Udahlah mas nggak usah di bahas aku lupa"

Hamzah langsung menutup laptopnya dan menaruhnya di meja yang tidak jauh dari tempatnya duduk, lalu ia segera merebahkan tubuhnya di samping Hanum. "Aku mau denger kamu cerita ajah deh"

"Aku nggak punya cerita apa-apa" ucap Hanum dengan datar sambil melihat langit-langit kamar.

"Kitakan udah lama nggak pernah ngobrol gini, pasti banyaklah hal yang mungkin udah kamu lewatin tanpa sepengetahuan aku"

"Kamukan tau, hari-hari yang aku lewatin datar ajah, nggak ada yang seru, sedih terus"

"Maaf" seketika Hamzah langsung memeluk Hanum.

"Gapapa, aku tetep menikmati hidup aku" ucap Hanum sambil mengusap tangan Hamzah yang sedang memeluknya.

"Kalau misal nanti di antara kita harus ada yang pergi duluan aku ikhlas, karna aku udah belajar dari hal yang kemarin" lanjut Hanum

Hamzah semakin mengeratkan pelukannya
"Kamu jangan bilang gitu, kita akan sama-sama terus"

"Mas?"

"Hmm"

"Kamu mau bikin aku mati ya"
Hamzah yang mendengar itu seakan bingung lalu mengeratkan kembali pelukannya seakan takut hal itu terjadi.

"Kamu meluk akunya terlalu kenceng"

"Ih kamu, nggak tau orang lagi sedih ajah kali ya" ucap Hamzah malas.

"Lagian drama banget" ucap Hanum dengan terkekeh.

Hamzah langsung mencubit pipi Hanum dengan gemas, "Kamu yang buat drama"

"Iya udah tidur-tidur aku cape" ucap Hanum lalu memeluk suaminya dan menenggelam kan wajahnya di dada bidang suaminya.

Seperkian menit Hamzah yang belum juga memejamkan matanya, "Hanum?"

"Hanum?"

"Apa lagi"

"Hmm.. terimakasih udah maafin saya"

"Allah ajah maha pemaaf, masa aku yang cuma manusia biasa ini sulit untuk memaafkan si" jelas Hanum.

----




Hanum & Hamzah | ENDजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें