Rania kemudian melirik ke arah Aldo, ternyata Aldo juga sedang melirik ke arah dirinya.

"Kenapa?" tanya Rania sembari mengerutkan dahinya.

Aldo menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa ga langsung bilang ke bang Randi, makasih udah dateng dan gagalin rencana gue tadi?"

"Emang lu tau gue bilang makasih karna itu?" tanya Rania dengan penasaran.

Aldo mengabaikan pertanyaan Rania, ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Rania memperhatikan Aldo yang telah dahulu meninggalkan dirinya. "Kalo orang nanya tuh dijawab, kek," pekik Rania dengan kesal.

-

Setelah sampai dirumah makan, mereka langsung memilih meja dan memesan makanan.

Rania duduk disebelah Mawar, dan tepat berhadapan dengan Aldo. Akan tetapi, Rania dan Aldo malah saling mengalihkan pandangan.

"Abis ini mau kemana lagi, sayang?" tanya Randi kepada Mawar, mereka lalu berbicara berdua.

Rania kemudian menatap Aldo, ia mengerutkan dahinya. Aldo sama sekali tidak mau menatap dirinya.

Rania lalu mengambil handphone-nya, membuka aplikasi WhatsApp dan mulai mengetik pesan disana.

Ting!

Ting!

Ting!

Handphone Aldo mendapatkan beberapa notifikasi pesan dari WhatsApp, ia lalu mengecek handphone-nya. Disana, terlihat tiga pesan dari nomor WhatsApp Rania.

Rania❤️
Online

Ajak gue ngomong kek
Woii
Anjj

Aldo hanya membaca pesan dari Rania, tanpa berniat untuk membalasnya. Ia lalu mematikan handphone-nya, dan meletakkannya diatas meja.

Rania mengerutkan dahinya. "Dih, bales, bego."

Randi dan Mawar menoleh ke arah Rania, mereka berdua kebingungan. "Bales apa, Ran?" tanya Mawar.

Rania mengerjapkan matanya, ia lalu menoleh ke arah Randi dan Mawar. "Eh, engga.. bukan kalian, kok," ucapnya.

Randi dan Mawar kemudian menganggukan kepalanya dan kembali berbicara berdua.

Rania kembali menatap Aldo, sampai saat ini Aldo masih tak ingin menatap dirinya sedetik pun.

Rania lalu membuka profil WhatsApp Aldo dan langsung meneleponnya.

Drrtt..

Handphone Aldo bergetar diatas meja, membuat Randi dan Mawar cukup terganggu.

Randi menoleh ke arah Aldo. "Ada yang nelpon lu, Do," ucapnya.

Aldo menoleh ke arah Randi, ia lalu menganggukan kepalanya. "Biarin aja, bang, ga penting."

Setelah mendengar perkataan Aldo, Rania membelalakkan kedua bola matanya. Refleks, ia langsung menendang tulang kering Aldo.

Bug!

"Ak- sh.." Aldo menahan pekikannya, matanya menatap tajam Rania.

Rania membalas tatapan tajam Aldo. "Kenapa, Sayang?"

Aldo meneguk salivanya, rasanya ia ingin menangis saja. Kakinya benar-benar sakit!

"Rania, lu- akh.." gumam Aldo sambil menahan sakit ditulang keringnya.

Rania tersenyum, ia lalu beralih menoleh ke arah Mawar. "Ka Mawar mau ke toilet, ga? Biar sekalian Rania temenin," ucapnya berusaha mencari alasan untuk kabur dari hadapan Aldo.

Mawar menoleh ke arah Rania, ia berpikir sejenak lalu menganggukan kepalanya. "Ehm, boleh," balasnya.

Rania kemudian beranjak dari duduknya, ia menjulurkan lidahnya sekilas, meledek Aldo.

"Ayo, Ka."

Mereka kemudian melangkahkan kakinya menuju toilet.

-

Rania bercermin sembari menunggu Mawar. Ia terkekeh sejenak. "Apa kabar kaki Aldo," gumamnya.

Ceklek..

Mawar keluar dari toilet, ia lalu ikut bercermin sembari merapikan make up nya.

"Rania sama Aldo tadi kenapa?" tanya Mawar tiba-tiba.

Rania menoleh ke arah Mawar, ia mengerutkan dahinya. "Kenapa apanya?"

"Tadi diluar, sampe nendang kaki Aldo gitu," ucap Mawar sembari menahan tawa.

"Eh? Ka Mawar tau?"

Mawar menganggukan kepalanya. "Mustahil, sih, kalo ga tau."

Rania menganggukan kepalanya. "Iya, juga, sih. Cuma.. ya, ga tau, random aja kelakuan kita berdua."

"Oh.." gumam Mawar, ia ikut mengangguk-anggukan kepalanya.

"By the way, Kak, Rania mau nanya."

"Boleh, nanya apa?"

"Ehm.. ka Mawar bakalan milih cita-cita atau pasangan?"

Mawar mengerutkan dahinya. "Kalo bisa dua-duanya, kenapa engga?"

Mawar lalu terkekeh, diikuti Rania. "E.. maksudnya, gini, pilihannya ga segampang itu," jelas Rania.

"Trus gimana?"

"Misalnya, ka Mawar pilih cita-cita, tapi mau ga mau ka Mawar harus berhenti berhubungan sama bang Randi. Nah, sebaliknya. Kalo ka Mawar pilih bang Randi, mau ga mau ka Mawar harus berhenti ngejar cita-cita ka Mawar. Gimana?"

Mawar terdiam sejenak, ia mulai berpikir. "Kayanya.. ga bisa milih, deh," ucapnya dengan tak enak hati.

Rania tersenyum, ia lalu menganggukan kepalanya. "Gapapa, ka, ini cuma contoh aja. Ga usah terlalu dipikirin," balas Rania.

"Ya udah, ayo balik." ajak Rania.

Mawar menganggukan kepalanya sembari tersenyum, ia lalu mulai melangkahkan kakinya kembali ke meja makan mereka.

Rania terdiam ditempatnya sembari meneguk saliva. "Gue tau kok rasanya gimana, dan.. gue juga ga bisa ngerelain Aldo buat ngejar cita-citanya tanpa gue."

-

Hai, guys!
Jangan lupa vote & komen!

Gimana part ini?!

Oh iya, part selanjutnya mungkin bakalan banyak diskip karna kita akan menuju inti cerita! Azeg!

See u!

MY HUSBAND IS MY ENEMY 2 [ on-going ]Where stories live. Discover now