"Gue gak peduli lo berantem sama Andi sampe lo mati sekalipun gue gak peduli. Tapi lo sekali nyentuh Bulan gue gak akan tinggal diem." Ucap Bintang dengan tatapan tajam.

Elang menunjukkan smirk nya.

"Kenapa lo gak tanya tuh cewek aja?"

"Emang apa yang dilakuin Bulan sampek bikin lo kasar sama dia?"

Bintang tetap berusaha se dewasa mungkin dengan menahan amarah yang menggebu-gebu dari tadi ingin di lampiaskan. Ia juga ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya agar dia tidak menimbulkan kekacauan lebih dari ini karena kembali mengingat bahwa dia adalah ketua osis.

Mungkin jika dirinya bukan ketua osis, laki-laki di hadapannya kini udah habis babak belur oleh tangannya.

"Dia ikut campur urusan keluarga gue."

"Dan lo dengan bangsatnya berbuat seakan dia bola buat lo. Pantes? Dia cewek."

"Emang kenapa kalo dia cewek?" Ucap Elang santai.

Hal itu sontak membuat Bintang emosi.
Satu pukulan mendarat di pipi Elang. Laki-laki terjungkal dua kalinya akibat pukulan Bintang.

Laki-laki itu melampiaskan amarahnya dengan memukuli Elang berkali-kali membuat Erik menatap tak percaya.

Terjadilah adu baku hantam antara mereka berdua.
Disini Erik tidak bisa melerai keduanya.
Bintang maupun Elang sama-sama di liputi rasa emosi yang besar.

Beberapa kali Erik mencoba melerai malah dirinya yang terpental. Maka dari itu, ia hanya melihat pertempuran oleh dua laki-laki di hadapannya sambil sesekali melihat ke tangga barang kali ada orang atau guru yang hendak kesana ia bisa mencegahnya.

Walaupun dari segi Erik sendiri masih sangat tidak menyangka bahwa Bintang bisa se marah ini hanya karena seorang gadis bisu yang dia tidak kenal. Dari sini semakin dia bisa mengambil kesimpulan bahwa Bulan sangat berarti bagi Bintang.

Erik menemukan fakta baru yang mengejutkan kembali ketika melihat sisi lain dari seorang Bintang. Sungguh, Bintang yang ia kenal berbeda 180° dari yang sekarang sedang berkelahi. Keanehan dan berbagai pertanyaan yang sangat banyak di otaknya membuat dirinya tidak nyaman. Ia akan mencari tahu siapa Bulan itu sebenarnya.

Dua orang itu masih sibuk berkelahi walaupun masing-masing dari mereka hampir kehilangan nafas.
Belum ada yang terkalahkan sampai detik ini. Tidak ada yang menyerah. Mereka berdua sama-sama kuat dengan kekuatan masing-masing. Walaupun wajah mereka sudah tidak tampan kembali.

"STOP."

Erik yang menikmati pemandangan di depannya terlonjak kaget ketika suara gadis memekik melengking sangat pas mengenai saraf telinganya.

"Lo gila?"
Erik menatap tidak suka kepada Amanda yang kini bernafas tersenggal sengal. Diikuti oleh teman se gengnya dibelakangnya.

"GUE BILANG BERHENTI.."
Teriak gadis itu lagi membuat Erik segera menutup telinganya.

Elang dan Bintang pun berhenti dan menatap gadis yang menganggu acara perkelahian mereka.

Bintang menatap Amanda terkejut. Sementara Elang hanya menatap datar.

Amanda menghampiri Bintang yang kini terdiam.

PLAK.

Satu tamparan mendarat di pipi Bintang dengan keras.

"Aww."
Dengan reflek Erik memegang pipinya sendiri melihat tamparan Amanda yang cukup keras membuat pipinya ikut panas walau tidak ikut ditampar.

Miracles in DecemberWhere stories live. Discover now