Bagian 7 - Jealous?

941 24 1
                                    

Happy reading🤗

Lexa masih saja mengacuhkan Arga. Sebenarnya dia masih marah karena Arga menciumnya tanpa izin.Lexa sengaja melewatkan sarapannya. Lihat saja, ia akan mogok makan seharian ini hingga Arga minta maaf.

"Kok dia ngga bujuk aku buat sarapan sih! Iiiishhh Arga sialan." sungguh, Lexa sebenarnya juga lapar, tapi ia malu jika harus turun dan ikut sarapan bersama Arga.

"Aarrgghh.. Persetan sama malu, aku laper banget." Lexa bergegas mandi lalu kemudian turun untuk sarapan. Dilihatnya bi iyem sedang menyiapkan sarapan, Lexa berniat ingin membantu bi iyem,

"Biar Lexa bantu bi."

"Jangan nak Lexa. Biar bi Iyem aja, ini kan sudah tugasnya bi Iyem." kata bi iyem lalu melanjutkan aktifitasnya.

"Gapapa, bi. Lagian Lexa juga gabut nih." Lexa membantu bi iyem membawa beberapa makanan ke meja makan, menata piring dan gelas.

"Bi, dimana Arga?" tanya Lexa.

"Sepertinya tuan Arga belum bangun nak Lexa. Tolong bangunkan Tuan Arga ya nak Lexa, biar bi iyem lanjut menyiapkan sarapannya." ah, sebenarnya Lexa masih malas hanya untuk melihat wajah Arga. Tapi bagaimana lagi? Bi Iyem yang memintanya, tidak mungkin Lexa menolak.

"Aah, iya bi." kemudian Lexa bergegas menuju kamar Arga. Dibukanya pintu kamar itu dengan perlahan,

"Arga.. Arga bangun. Sudah siang nih." Lexa membuka gorden agar cahaya mentari masuk ke kamar Arga. Lalu Lexa mulai membuka lemari baju Arga dan mencari-cari baju yang cocok untuk dikenakan Arga. Entahlah, Lexa berinisiatif sendiri untuk menyiapkan baju kerja Arga.

"Arga.. Bangun, ayo sarapan." Ucap Lexa sambil menepuk-nepuk pipi Arga. Tiba-tiba, Arga menarik Lexa kedalam pelukannya.

"Argaaa.. Lepasinn, iih lepasin Argaa." Lexa meronta-ronta, namun sayangnya pelukan Arga semakin kencang.

"Morning kiss dulu, baru bangun." kata Arga dengan suara manjanya sambil menunjuk pipinya.

"Jangan bermimpi! Sudahlah, Argaa, lepaskan aku dan cepat bangun!" Lexa berusaha melepaskan diri dari pelukan Arga, tapi Arga malah mengeratkan pelukannya.

"Morning kiss dulu Alexa baru aku bangun." ucap Arga.

"Lepasin Arga! Kau sangat bau!" teriak Lexa. Arga segera melepas pelukan Lexa dan bergegas lari kekamar mandi.

"aku tunggu di bawah yaaa, bajumu sudah kusiapkan."

Arga turun dengan memakai setelan yang disiapkan Lexa tadi. Melihat Lexa yang membantu bi iyem menyiapkan sarapan, membuat Arga semakin kagum dan semakin ingin memilikinya.

"Oh iya Lexa, hari ini kau dirumah saja, kau bisa memakai kartuku jika kau ingin belanja atau makan diluar." Ucap Arga setelah ia selesai dengan sarapannya.

"Bukankah aku harus menjadi asisten pribadimu Arga?" tanya Lexa.

"Kau bahkan belum kuliah, Lexa. Yang ada kerjaanku nanti akan semakin berantakan." Lexa mendengus kesal, bukankah ia yang menulis sendiri agar Lexa menjadi asistennya? Dasar bodoh. "Dan aku sudah mendaftarkanmu di Universitas ternama di kota ini, minggu depan kau akan mulai kuliah." Kuliah? Oh sungguh, Lexa sangat senang sekali. Dia sangat gembira. Saking gembiranya, Alexa memeluk Arga.

"Aaa terimakasih Arga. Kau sangat baik." Gundukan itu menempel lagi. Arga menarik nafas dalam-dalam menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya sekarang.

'Huuffttt... Jangan lagi-lagi Lexa. Aku baru saja mandi dengan air dingin pagi ini.' batin Arga.

"Lexa lepaskan, atau kau akan ku terkam lagi" ucap Arga. Dengan buru-buru, Lexa melepas pelukannya, namun itu tidak menghilangkan cengiran diwajahnya,

"Terima kasih, Arga. Ah, tapi nanti hutangku akan semakin banyak padamu. Bagaimana caraku membayarnya?" Hutang-hutang yang ditinggal ayahnya saja sudah begitu banyak, ditambah lagi dengan biaya kuliah Lexa. Bagaimana Lexa membayarnya.

"Baguslah, kau akan semakin lama tinggal bersamaku nantinya. Bagaimana jika kita menikah?" ucap Arga bersama smirknya,

"Jangan mimpi!" "Ah, Arga apakah aku boleh menjenguk mamaku hari ini? aku sangat merindukannya." tanya Lexa.

"Tentu saja boleh, apakah kau perlu kuantar?"

"Terima kasih Arga, aku akan berangkat sendiri nanti."

"Yasudah, aku harus segera berangkat ke kantor sekarang. Jaga dirimu, gunakan kartu itu dengan baik dan jadilah anak manis" ucap Arga sambil mengacak-acak puncak kepala Lexa.

Setelah kepergian Arga, Lexa bingung harus melakukan apa. Ia ingin sekali melakukan sesuatu, ya setidaknya dia bisa berguna disini. Akhirnya, Lexa memutuskan untuk membantu bi Iyem membersihkan rumah. Bi Iyem sudah melarang Lexa untuk mengeejakan pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan bi Iyem itu, tapi, bukan Lexa jika tidak keras kepala.

Selain membersihkan rumah, Lexa kini sedang menanam beberapa bunga dan tanaman lainnya di taman depan mansion milik Arga.

Dengan dibantu Pak Jono, tukang kebun di rumah Arga, Lexa mulai menanam berbagai jenis tanaman bunga, seperti bunga anggrek, bunga mawar merah, bunga matahari dan bunga tulip. Di taman lain, Lexa mulai menanam beberapa macam sayuran, seperti cabai, tomat, terong, pandan, kemangi, dan masih banyak lagi.

Lexa sangat puas melihat hasil karya nya. Setelah selesai berkebun, Lexa mulai bosan

"Hmm, bersih-bersih udah, bantu masak udah, berkebun udah, trus ngapain lagi ya? Ah iya, aku akan menjenguk mama." Setelah itu, Lexa bersiap-siap dan memesan taxi online untuk mengantarnya ke rumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, Lexa mengetuk pintu dan melihat mamanya sedang melamun melihat keluar jendela.

"Mamah liatin apa?" tanya Lexa.

"Lexa, kenapa kamu baru datang? mama sangat merindukanmu nak. Mama sangat kesepian disini, mama ingin pulang."

"Maaf ma, Lexa sibuk hingga melupakan mamah. Lexa akan membawa mama pulang ketika mama sudah pulih. Jadi sekarang mamah fokus untuk pulih dulu ya mah."

"Mamah sangat merindukan papa Lexa, kenapa dia tidak pernah menjenguk mama?"

Deg! Bagaimana Lexa harus menjelaskannya? Mamanya baru saja pulih, terlebih lagi penyakit jantung mamanya bisa saja kambuh sewaktu-waktu.

"Ah, papa juga sedang dirawat dan sedang dalam masa pemulihan mah. Papa pasti akan menjenguk mama."

"Kalau begitu, antar mama Lexa, biar mama yang menjenguk papa."

"Mah, mamah sembuh dulu ya, nanti Lexa pasti akan mengajak mamah menjenguk papa." Hati Lexa seperti teriris rasanya. Dia ingin menangis, tapi rasanya benar-benar tak sanggup.

"Mah, Lexa pamit pulang dulu ya. Besok Lexa janji akan jenguk mama lagi."

Touch your heartWhere stories live. Discover now