Prolog

2.4K 24 0
                                    

Happy reading🤗

-Alexa pov-

Setelah semua orang pergi, aku masih menatap gundukan tanah bertabur bunga di hadapanku. Bagaimana bisa orang yang kucintai dan menjadi tumpuan hidupku pergi meninggalkanku sendiri untuk selama-lamanya?

"Pa,kenapa papa pergi secepat ini, ninggalin Lexa sama mama yang masih koma, pa? Lexa bingung harus gimana tanpa papa."

Bram Arsawijaya adalah seorang ayah yang sangat bertanggung jawab dimataku. Ayah yang sangat menyenangkan. Bahkan di sela-sela kesibukannya, ia masih meluangkan banyak waktu untukku, sehingga aku tidak kekurangan kasih sayang dari seorang ayah. Bagiku, keluargaku lah keluarga yang sangat harmonis, keluarga yang sangat bahagia. Namun, semuanya hancur ketika papa dan mama mengalami kecelakaan saat hendak pergi ke acara pesta pernikahan anak rekan kantor papa. Dan kecelakaan itu menewaskan papa yang sangat kucintai, duniaku seakan hancur. Ditambah lagi mama yang kini terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit.

Setelah mencium nisan yang bertuliskan nama papa itu,aku segera pergi meninggalkan papa sendiri di sana. Berat rasanya,  namun hidupku harus tetap berlanjut bukan? Aku harus tetap semangat agar papa tidak kecewa dialam sana. 

Diperjalanan pulang, aku hanya melamun dan memikirkan bagaimana aku harus menjalani hidup tanpa papa nanti. Aku juga memikirkan bagaimana cara memberi tahu mama saat mama sadar nanti. Dan tanpa sadar, aku sampai di depan rumahku, ternyata Pak Ridwan, pengacara papa sudah menungguku. 

"Silahkan masuk dulu pak. " ujarku kepada pak Ridwan.

"Saya turut berduka cita atas meninggalnya Pak Bram, Lexa." kata pak Ridwan setelah ia duduk di sofa.

"Iya pak, terima kasih."

"Begini, kedatangan saya disini adalah untuk memberitahu nak Lexa tentang hal-hal yang ditinggalkan Alm. Pak Bram sebelum beliau meninggal, beliau memiliki hutang yang begitu besar kepada perusahaan milik rekannya dan perusahaan beliau terancam bangkrut dan disita. Tidak hanya perusahaan, melainkan juga seluruh aset milik Alm akan disita hingga seluruh hutangnya lunas." Kata Pak Ridwan.

"A-apakah itu termasuk rumah kami, pak?" tanyaku terbata-bata.

"Iya, semua aset milik Pak Bram akan segera disita. kemungkinan besok proses penyitaan akan dilaksankan karna hutang beliau sudah jatuh tempo,  jadi bersiap-siaplah nak Lexa. Maaf saya tidak bisa membantu banyak, saya sudah mengusahakan yang terbaik, namun negosiasi dan perpanjangan waktu selau ditolak." ujar pak Ridwan sambil menepuk pundakku,kemudian pergi.

Bagaimana mungkin papa meninggalkanku dengan hutang-hutangnya? Sedangkan mama terbaring tak sadarkan diri dirumah sakit? Bagaimana aku harus membiayai pengobatan mama nanti?  Dan rumah?  Dimana aku harus tinggal nanti jika tidak disini? Banyak kenangan indah yang terukir dirumah ini. Pa, Lexa harus gimana pa?

Touch your heartWhere stories live. Discover now