Bagian 4 - Petter?

1.2K 20 0
                                    

Happy reading🤗

"Selamat, operasinya berjalan dengan lancar. Kami akan memindahkan ibu anda ke ruang rawat inap lalu anda boleh menjenguknya." ucap dokter itu sambil menepuk pundak Lexa lalu pergi.

Kini Lexa sudah berada di samping mamanya, sungguh tak ada kebahagiaan yang paling membahagiakan selain melihat mamanya tersenyum seperti saat ini,

"Maafkan mama ya nak, harusnya mama ada di samping kamu saat papa kamu ngga ada," ucap Ratna dengan suara paraunya,

"Nggapapa, Ma. Yang penting sekarang mama udah sadar, tinggal nunggu mama sembuh aja. Cepet sembuh ya ma, biar kita bisa tinggal serumah lagi," ucap Lexa menenangkan mamanya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kuliahmu, nak? Kamu diterima di universitas mana?" tanya Ratna. Lexa bingung harus menjawab apa, boro-boro kuliah, mendaftar saja tidak, uang dari mana dia. Lexa memang sengaja tidak memberi tahu mamanya tentang kebangkrutan perusaan papanya. Kondisi mamanya baru saja pulih, dia tidak ingin membebankan fikiran mamanya dengan hal seberat itu.

"Mmmm, sepertinya Lexa ingin bekerja dan bersantai-santai dulu selama setahun, kemudian Lexa akan kuliah," jawab Lexa. Sungguh, selama 19 tahun dia hidup di bumi, baru kali ini Lexa berbohong pada mamanya.

"Yasudah, kalau memang itu keputusanmu. Mamah paham, mungkin kamu ingin menikmati dulu masa-masa mudamu. Tapi jangan terlalu berlebihan ya, nak. Ingat, pendidikan itu penting," ucap mama Lexa sambil mengusap lembut puncak kepala Lexa.

Mereka menghabiskan waktu cukup lama, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9.00 malam, dengan berat hati Lexa meninggalkan mamanya sendiri disana, karena jam berkunjung masih berlaku.

"Mah, Lexa pulang dulu ya. Mamah istirahat, besok Lexa kesini lagi jengukin mamah," ucap Lexa, kalu pergi.

Disepanjang perjalanan, Lexa hanya melamun. Memikirkan nasibnya esok,

"Aaarrghh... Besok, aku akan kehilangan semua harga diriku, harta yang selama ini kujaga dengan baik. Sial, kenapa harus gini sih. Kenapa takdir jahat sama aku," rancau Lexa sambil memukul-mukul stir nya.

Brakk...

Lexa tersadar dari lamunannya,

"Apa aku tadi menabrak sesuatu?" tanya Lexa pada dirinya sendiri. Lexa keluar dari mobilnya dipenuhi rasa takut, dan benar saja, Lexa baru saja menabrak sebuah mobil,

"Aduh, gimana nih, mobilnya lecet, mana kelihatannya mahal banget lagi. Sial banget siih hari ini," gerutunya. Namun Lexa tetap bertanggung jawab, ia menunggu sang pemilik mobil datang, hingga tak lama kemudian ada seorang pria berjalan mendekatinya—ralat—mendekati mobilnya,

"What the f*ck!! Kau apakan mobil mahalku ini?!!" tanya laki-laki itu sedikit membentak, dan suara itu, suara itu tidak asing bagi Lexa, saat Lexa berbalik dan mendongak menatapnya,

"Petter?" tanya Lexa memastikan.

"Alexa, jadi kamu yang menabrak mobilku?" tanya Petter.

"I-i iya Petter. Tapi aku berjanji akan bertanggung jawab. Kau bisa mengatakan berapa biaya yang kau butuhkan untuk memperbaiki mobilmu ini. Dan ini KTP ku, kau boleh menyitanya hingga mobilmu selesai diperbaiki," lalu Lexa menyerahkan KTP nya. Dalam diam, Lexa mengutuk dirinya saat ini, uang dari mana dia untuk membayar perbaikan mobil Petter, dan lagi, mobil ini terlihat begitu mahal dan mewah, pasti harga perbaikannya pun mahal.

"Ah, tidak perlu Lexa. Simpanlah KTP mu itu, aku bisa memperbaikinya sendiri. Dan lagipula ini hanya lecet sedikit, sudah tidak apa-apa," ucap Pitter.

"Tidak Pitter, aku akan menggantinya, aku berjanji. Jangan buat aku merasa tidak enak Pitter,"

Pitter menimbang-nimbang pernyataan Alexa. Kemudian dia teringat tentang pesta pernikahan temannya, bagaimana jika dia mengajak Lexa kesana?

"Baiklah kalau kau memaksa, kau tak perlu menggantinya dengan uang, kau hanya perlu ikut dengan ku ke pesta pernikahan temanku minggu depan. Bagaimana?" tanya Petter.

"Baiklah, aku setuju." kata Lexa menyetujui tawaran Petter, "Maafkan aku Petter, aku benar-benar ceroboh dan membuat mobilmu lecet,"

"Tidak apa-apa Lexa, lain kali hati-hati,ya. Ngomong-ngomong kau dari mana dan mau kemana?" tanya Petter.

"Ah, aku dari rumah sakit menjenguk ibuku dan mau pulang sekarang,"

"Apa kau sudah makan?" tanya Petter lagi.

"Mmmmm, sud—" tiba-tiba ucapannya terhenti karena perutnya mengeluarkan suara yang menandakan bahwa ia sangat lapar,

'perut sialan' batin Lexa.

"Haha, sepertinya perutmu yang menjawab. Baiklah, kalau begitu apa kau mau makan malam bersamaku? Kebetulan aku juga sangat lapar."

Akhirnya mereka pergi untuk makan malam.

"Ternyata, kau semudah itu untuk kudapatkan."

(23-01-21)

Touch your heartWhere stories live. Discover now