二十一 | Tidak Menyerah

Start from the beginning
                                    

"Loh, baru bangun?" tanya mas Farel, menyadarkan gue seketika

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Loh, baru bangun?" tanya mas Farel, menyadarkan gue seketika.

"Hm," balas gue sok cuek.

"Habis ini kamu mandi, ya? Terus pakai baju di dalam paper bag di lemari," suruhnya. "saya mau masak dulu untuk sarapan sebelum kembalikan kamu ke dokter Bian,"

Lelaki itu tersenyum simpul kemudian berlalu dari hadapan gue. Sementara gue, masih belum menangkap perintahnya dengan baik.

Mas Farel bikin salah fokus pagi-pagi, sih.

Namun, gue tetap melakukan yang diperintahkan oleh mas Farel. Gue ambil paper bag yang ia maksud dan gue bawa ke kamar mandi. Sejenak gue abaikan lelaki yang tengah sibuk di pantry dapur. Gue membersihkan diri kemudian memakai pakaian ini. Baru gue sadari, pakaian ini muat dan cocok di tubuh.

Gue lantas keluar dari kamar mandi sembari membawa paper bag berisi baju kotor. Pemandangan yang gue dapati setelah keluar dari kamar mandi, yaitu mas Farel tengah memotong sayur. Lelaki itu tampak kesusahan. Tepat setelahnya, tangan mas Farel kena gores pisau sampai berdarah. Ia langsung mengaduh kesakitan.

"Mas!" gue buru-buru menghampirinya. Mas Farel kini tengah membasuh tangannya dengan air.

"Itu tangannya..." gue menunjuk tangannya yang berdarah.

"Gak sengaja kena gores, Ai," jawabnya, lalu meringis.

"Eum...mas Farel ada obat merah? Atau plester?" tanya gue.

"Ada, sih. Biar saya sendiri yang obati,"

Usai membasuh tangannya, mas Farel beranjak dari dapur. Secepat kilat lelaki itu pergi ke ruangan lain. Gue menghela napas sembari menatap punggungnya, lalu wortel-wortel itu. Wortel yang dipotongnya masih ada kulitnya dan potongannya tidak rata. Tebal terus tipis begitu seterusnya.

"Ini yang mau masak. Potongannya aja kayak gini," gerutu gue.

Alhasil, gue mengambil alih pekerjaan mas Farel meski harus dari awal seperti mencuci kembali dan mengupasnya. Gue sejujurnya masih agak kesal dengan mas Farel meski pagi ini dia berinisiatif baik dengan memasak sarapan.

"Eh, kok diambil alih? Kan saya mau masak, Ai," suara mas Farel menginterupsi gue yang tengah mengupas kentang.

"Tangan mas Farel udah kegores. Tinggal kepotong aja kalau lanjut masak," sindir gue. Mas Farel cengengesan sampai matanya sipit.

"Padahal saya mau masak sebagai permintaan maaf saya atas semalam," ujarnya lagi.

"Aku maafkan mas," jawab gue singkat.

"Maafkan tapi mukanya jutek banget. Gitu. Enggak ikhlas,"

Gue langsung berhenti mengupas kentang dan menatap ke dinding pantry. Kemudian menatap ke samping, dimana mas Farel berada. Sayangnya, mas Farel tidak berada di sebelah gue melainkan di belakang gue. Sesaat berselang, tangan mas Farel melingkari perut gue.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinWhere stories live. Discover now