- 10

10.2K 688 52
                                    

Beberapa orang memilih berusaha terlihat baik-baik saja saat orang tercinta bahagia dengan orang lain, dibanding merusak hubungan orang tercintanya demi kebahagiaannya sendiri.
- Unknown

.

Semua menu yang tersaji di meja pagi ini adalah favoritku, tetapi tidak ada yang bisa lolos di tenggorokan dengan mudah. Mataku terlalu sakit melihat pria seberang meja ini yang hanya peduli pada ponselnya. Setiap saat, denting tanda bunyi notifikasi masuk terdengar. Sesekali, keningnya berkerut, lalu kemudian bibir pria itu tersenyum.

Sementara aku kesal.

Namun, aku tidak bisa menunjukkan perasaan jengkel dalam dada. Maka, kujadikan ponsel sebagai pelampiasan. Walau hanya sekadar scroll di beranda sosial media. Daftar teman yang bisa kuhubungi terbilang sedikit, ah tidak, nyaris tidak ada. Berbeda dengan Revan yang punya kekasih.

Oh hell, ini sangat membosankan. Sekali menyuap, sekali like postingan yang lewat di beranda.

"Astaga, Lia ...." Tawa Revan membuyarkan usahaku untuk tidak peduli.

"Berisik amat sih? Balik lagi sana ke Jakarta kalau nggak mau ninggalin istri kesayangan!" ucapku kasar, diakhiri dengan dengkusan.

Pria itu membalas kemarahanku dengan ekspresi bingung. Sebelah alisnya terangkat serta bibir yang tersungging tipis membuatku semakin jengkel. Sehingga tidak ada ekspresi yang sesuai dengan perasaanku kecuali malas.

"Kamu cemburu?" tanyanya.

Shit.

Aku memandang layar ponsel lagi. Menggeser layar dengan kasar. Lalu berhenti pada sebuah foto pria.

Dewa.

Dia ada di Bali juga?

Tubuhku menegak. Segelas air putih aku raih tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Setelah itu, aku bergegas masuk kamar sembari mengirim pesan pada Dewa.

[Aku boleh ngekor kamu nggak hari ini?]

Dewa sedang mengetik saat aku sedang mencari jaket Revan. Pakaian yang aku pakai saat ke sini menjadi pilihan terbaik untuk keluar. Entahlah, meski sekarang masih pagi dan AC nyaris memenuhi seluruh hotel, tetap saja rasanya gerah.

[Yok, anak itik. Lo ada di Bali juga?]

[Iya. Kamu ada di mana?]

[Gue jemput, send lokasi.]

Aku menyebutkan alamat mall yang tidak begitu jauh dari hotel. Agar Revan tidak curiga.

Setelah memakai jaket, aku segera keluar dari kamar. Revan terlihat masih sibuk membersihkan meja makan. Baguslah. Aku tidak perlu repot berbohong tentang kepergianku padanya.

Tanganku tengah menggenggam kenop pintu saat benda keras tiba-tiba menghantam belakang kepalaku. Tidak terlalu sakit, tapi memberikan sensasi gatal.

"Maaf. Saya kira maling. Keluar tapi tidak mengatakan apa pun."

Revan menjawab tanpa ekspresi dalam raut wajahnya.

Yayımlanan bölümlerin sonuna geldiniz.

⏰ Son güncelleme: Apr 14, 2022 ⏰

Yeni bölümlerden haberdar olmak için bu hikayeyi Kütüphanenize ekleyin!

Wanita Cadangan ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin