二十 | Penolakan Airis

Mulai dari awal
                                    

Airis yang seolah mengabaikan permintaannya, padahal tengah berpikir, membuat Farel geram. Ia segera menarik tangan Airis hingga gadis itu menolehkan kepalanya. Sebuah pekikan pelan keluar dari bibir Airis yang kering.

"Gak bisa jawab kan?" ejek Farel sekonyong-konyong. Airis sontak saja menepis tangan Farel.

"Memangnya kenapa kalau gak bisa jawab? Mas Farel gak berhak tau!" seru Airis. Gadis ini mulai emosi.

"Berhak! Saya berhak tau!" balas Farel tak mau kalah.

Airis kembali menepis tangan Farel saat lelaki itu hendak menyentuhnya kembali. Ia menggelengkan kepalanya dan memberikan tatapan tajam kepada lelaki berumur tiga puluh enam tahun itu. Sementara Farel, dirinya tetap memaksa. Persetan dengan perkataan Galuh, ia tetap memaksakan kehendaknya terhadap Airis. Gadis lugu yang membuat dunianya jungkir balik.

Tangan Airis kembali digenggam olehnya, tetapi sang pemilik tangan malah memberontak. Farel mau tidak mau meremas tangan Airis sampai yang lebih muda meringis kesakitan. Tak lama, Airis menangis karena takut bercampur sakit diperlakukan secara kasar oleh Farel.

"Kalau kamu gak bisa jawab, untuk apa kamu nikah sama dia? Kamu mau hidup tanpa cinta sama Alam?" tanya Farel kembali. Nadanya terdengar menuntut.

Airis tidak menjawab, masih menangis.

Farel lantas mendesah pelan. Ia tersadar sudah kasar dengan wanita yang dicintainya ini. Dengan hati penuh sesal, dirinya mulai menangkup pipi kiri Airis. Dibersihkannya air mata Airis di kedua pipinya tanpa merasa jijik. Ia pun tanpa melepas tangan Airis, mematikan lampu mobil. Biarkan mobil diterangi oleh lampu jalan.

"Sakit, Mas..." lirih Airis sesaat ketika Farel baru mematikan lampu mobil.

"Lebih sakit hatinya mas, Ai. Tau kamu dilamar orang dan akan menikah sebentar lagi," ucap Farel sendu, lalu melepas tangan Airis.

"Kita hanya orang asing!" seru Airis sembari mengusap tangannya yang panas. Ia lantas mendekatkan dirinya ke pintu mobil, niat menghindari Farel.

Lelaki ini menggertakkan giginya. "Ya. Tapi mas punya perasaan sama kamu. Mas cinta sama kamu, Ai! Mas mau jadi suami kamu!" seru Farel menggebu-gebu.

Yang lebih muda kembali memutar kepalanya ke arah Farel. Ia memastikan diri bahwa barusan tidak salah dengar. Namun, melihat tatapan Farel yang serius, membuatnya yakin tidak salah dengar. Walau di dalam mobil sedikit remang-remang, Airis dapat melihat kilatan di mata Farel.

"Mas cinta sama aku? Sejak kapan?" tanya Airis tak percaya.

"Sejak kamu salah kirim bekal. Mas sadar kalau saat itu hati mas sudah luluh karena kamu," jawab Farel. Ia terpaksa mengakui aib itu agar Airis percaya.

Ingatan Airis seketika berputar pada masa dirinya dan Galuh mengantarkan bekal. Otaknya memproses semuanya. Airis seketika paham soal kotak bekal yang kemarin tidak pernah pulang. Sebanyak itu tidak pernah kembali. Ternyata Farel. Lelaki itu yang menerima bekal buatannya untuk Fabian.

"Beraninya mas makan bekalnya mas Bian?!" tanya Airis. Emosi dirinya karena makanan Fabian dimakan orang lain. Susah-susah dirinya menyiapkan makanan untuk kakaknya, tetapi malah masuk ke perut orang.

Farel mendadak kikuk. Ia tidak menjawab kecuali menggaruk tengkuknya. Airis mendelik geram. Air matanya seolah tertelan kembali, dan digantikan oleh kemarahan.

Gadis berkabut emosi ini langsung menodong Farel dengan telunjuknya. Malah tepat di depan kedua mata lawan bicaranya. "Mas Farel akan menyesal karena mencuri makanan mas Bian!" kecam Airis.

"Saya gak pernah menyesal sebenarnya. Dengan itu, saya jadi tau masakan kamu. Saya bisa nilai kesiapan kamu jadi istri dan seorang ibu," balas Farel enteng.

[S1] Enigma ft Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang