Intro : Fazura & Alaina

52 6 4
                                    

Fazura Abigail Naratama

Halo, namaku Fazura Abigail Naratama. Usia 15 tahun. Naratama itu diambil dari nama kakek, bapaknya Ayah. Johan Naratama. Aku bangga dan sayang sekali sama beliau. Kurasa, hanya beliau yang paling mengerti sikapku ini, yang kata temanku, sering angin-anginan. Sayang, Kakek sudah meninggal setahun yang lalu. Kek, semoga kau bahagia di sana ya.

Selain Ayah dan aku, ada lagi yang memakai Naratama di belakang namanya di rumah ini. Dia adalah kakakku, Kak Alaina. Cewek cantik berkulit putih dengan rambut panjang yang selalu harum mewangi sepanjang hari.

Kalau ditanya, enak atau tidak punya kakak seperti Kak Alaina, akan kujawab, tergantung situasi dan kondisi? Lho, kenapa?
Kalau kubilang tergantung, ya pastinya mengikuti keadaan.

Begini maksudku, saat Kak Alaina yang cantik plus pintar itu sedang baik dan ramah, aku pasti tenang dan bahagia. Saking hatinya lagi pemurah dan penyayang, apa yang dia punya akan mudah kupakai. Barang-barang dia kan bagus-bagus. Apalagi, Kak Alaina itu orangnya apik. Segalanya tersimpan rapi di tempat yang sudah disediakan. Dia berbeda sekali denganku.

Tengok saja, barang-barang di kamarku hidupnya terlantar dan kesepian, seperti tidak memiliki hunian yang pasti. Kadang tergeletak di meja, nyelip di bawah bantal, atau teronggok di pojokan. Sudah bercampur dengan sampah bekas makanan kering yang diselundupkan malam-malam saat Bunda sudah tidak hilir mudik di dapur.

Aku ingat, Kak Alaina mempunyai beberapa benda yang PO-nya langsung ke Korea. Duh, kakakku itu K-Popers sejati. Buku, poster, kamus, dan printilannya yang ada di kamarnya banyak dengan tulisan--tulisan berbahasa negara itu. Memangnya dia mengerti gitu dengan bahasanya?

Sampai-sampai aku jadi tahu apa itu istilah Bias, Sonbae, Traine, Comeback, dan Debut. Ada lagi lho, panggilan yang berbeda terhadap saudara, tergantung posisi dan jenis kelamin.
Noona, Eonnie, Hyung, dan Oppa.

Duh, puyeng deh.

Kata Kak Alaina, aku tuh kalau di Korea, mesti manggil dia Eonni. Panggilan untuk kakak perempuan dari adik perempuan. Etdah, Aku kan tinggal di Jekardeh, Sist, bukan di Seoul!

Satu lagi, Kak Alaina sering sekali ngomong kata-kata Fighting kalau telepon dengan temannya. Lho, bukannya fighting itu artinya berantem, gelut gitu? Ealah, enggak tahunya fighting itu kata-kata buat penyemangat.

Nah kalau doi lagi jutek dan menyebalkan, itu yang bikin hidupku susah. Pasti dia suka cemberut dan berubah jadi kakak terpelit di dunia. Jangankan mau meminjam barangnya, baru menginjakkan kaki di depan kamarnya saja langsung disambut dengan cerocosan omelan layaknya petasan di kawinan orang Betawi. Apalagi kalau Bunda udah turun tangan. Alhasil, perang dunia dimenangkan pihak mereka berdua.

🍁🍁🍁🍁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁🍁🍁🍁

Alaina Camila Naratama

Sebagai anak tertua, tentunya aku sering mendapatkan fasilitas terbaik lebih dulu dari adik semata wayangku yang tomboy itu. Sejak dulu, kata Bunda nih, sebelum lahir Fazura, aku sering kali dibelikan baju dan barang-barang yang mahal.

Saat itu, selain keuangan Ayah yang cukup stabil, aku adalah cucu pertama dari pihak keluarga Bunda. Tentu saja jadi kesayangan Oma dan Opa. Sedangkan dari pihak Ayah, aku cucu kelima. Semua sepupuku perempuan semua. Belum ada Om dan Tante yang mempunyai anak laki-laki.

Makanya jangan heran, jika Ayah sangat berharap mendapatkan anak laki-laki saat Bunda mengandung anak kedua. Sayang, yang lahir anak cewek lagi. Anak cewek yang tomboy dan gayanya seperti anak laki-laki.

Berhubung benda-benda yang kumiliki itu cukup mahal, aku tidak bisa memberikan atau menyimpannya sembarangan. Pikirku, Ayah dan Bunda udah mengeluarkan banyak uang untuk membelinya, jadi aku harus merawat dan menyimpannya dengan baik.

Jangan heran, jika kamu main ke rumah dan sempat melipir ke kamarku, barang-barang itu akan tertata rapi di dalam lemari kaca dekat jendela. Bahkan ada yang dipajang di atas meja kecil dekat tempat tidur. Aku hapal lho, benda apa saja yang kumiliki.

Waktu aku ulang tahun ke-18 beberapa bulan yang lalu, Ayah dan Bunda memberikan hadiah satu unit kamera berjenis DLSR. Harganya wow, cukup fantastis! Sekitar 17 jutaan. Aku dan Fazura menyukai fotografi. Walaupun masih tahap pemula dan belajar.

Berhubung aku sayang sama Fazura, sering sekali aku mengizinkan dia menggunakannya. Walaupun terkadang bikin kesal juga. Entah bagaimana, ada saja peralatan yang tidak ada saat kucek dalam tas. Charge baterai, cleaning kit, baterry grip, sebagian printilan kamera yang sering terpisah dari tasnya. Bahkan, tas kamera pernah kotor sekali.

Katanya sih, terjatuh ke tanah yang basah saat sedang jalan. Awas saja kalau kameranya ikut jatuh. Sesekali, Fazura harus diberi pelajaran mengenai tanggung jawab.

To be continued

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To be continued

HIDDEN SIGHT (On Going)Where stories live. Discover now