"Kenapa emang?"

"Ya gak kayak lo yang biasanya."

"Gue dari semalem masih kesel gara-gara Dara. Dari pada marah-marah, mending ngobrol sama anak."

Yara mencibir pelan, dia memegang kedua pundak Darren lalu mendorongnya menjauh. Darren berdecak, menatap Yara protes.

Tubuh gadis itu sedikit menunduk, dia menatap kedua mata Darren dalam. Yara memberikan senyum terbaik yang ia miliki ke Darren.

"Sabar ya, Papa Darren. Nanti adek ketemu kok sama Papa. Tunggu bentar lagi." Yara mengelus pipi Darren dengan lembut, "Gue yakin, ini gak bakalan lama."

Jika di lihat, kenapa posisi mereka terbalik? Kenapa Darren yang manja sedangkan Yara yang hamil?

Pasti ada yang salah dengan Darren.

"Lo harus percaya ini." Yara berubah serius, "Gue bakalan tetep suka sama lo. Dan gue harap juga lo ngelakuin hal yang sama. Kita bukan cuman sekedar kekasih."

"Gue..sayang lo, Ren."

***

"Gimana caranya lo nikah sama kak Yara kalau keyakinan kalian aja beda?" Farell bertanya dengan bingung, "Perasaan aja sama. Keyakinan beda. Restu belum dapet lagi. Ngenes amat hidup lo, Ren."

Darren berdecak kesal, dia melempar botol kosong ke arah temannya itu. "Lo mau gue dorong dari puncak monas?"

Farell terkekeh, dia menunjukkan dua jarinya. Darren itu kalau marah suka ngancem, dan ancemannya itu bukan main-main. Darren akan melakukan apa yang akan ia ucapkan. Dia menepati janjinya sendiri.

Sama juga saat dia berjanji akan bertanggung jawab. Darren harus bertanggung jawab dengan apa yang ia ucapkan.

"Susah kan?" tanya Tristan, dia menatap Darren datar. "Kalo gak ada jalan lain, salah satu dari kalian harus berkorban. Gue gak tau caranya, tapi harus neken ego. Gimanapun juga, kak Yara lagi ngandung anak lo."

"Kalo cepet-cepet halalin tapi akhirnya pisah kan percuma. Coba lo dateng ke rumah kak Yara bareng orang tua lo. Bicarain baik-baik. Cari solusinya." Tristan melanjutkan, "Ini ikatan pernikahan dan juga anak lo sama kak Yara di masa depan."

"Gue takut kalau ini buntu, cuman jadi masalah." Darren berujar, "Gue emang kadang egois. Tapi, gue gak bisa liat kak Yara sendirian dalam masa kehamilannya. Brengsek banget kan gue cuman nitip benih tapi gak tanggung jawab?"

Kedua mata Darren menatap Yara yang tengah duduk di kursi kantin dekat jendela. Rambutnya di kuncir satu, gadis itu hanya memakan satu roti dan sebotol air mineral. Darren mengernyit, apa ada yang salah dengan Yara?

"Lo sebenernya gak brengsek, Ren. Kejadian ini di luar kendali lo." Tristan membantah, "Lo ngelakuinnya saat sama-sama gak sadar. Ngga ada yang bisa di salahin. Kalian cuman perlu berjuang."

Darren tiba-tiba bangkit saat melihat Dara berjalan ke arah Yara dengan wajah kesal dengan tatapan penuh permusuhan.

Tristan dan Farell membiarkannya, toh gelutnya sama cewek. Bukan sama cowok yang pake otot. Jadi, mereka lebih memilih menonton sambil memakan bakso dan es teh mereka.

Yara menyadari kedatangan Dara, gadis itu langsung beranjak saat Dara akan menyiramkan air padanya.

"Ya..gak kena. Anda kurang beruntung." ujar Yara meledek membuat Dara semakin kesal melihatnya.

POSSESSIVE SENIOR (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang