❄ - 乘地铁返回时

359 45 15
                                    

"When i return by subway."

—•—•—

Kala itu, pada suatu malam di musim dingin, Liu Yangyang pulang dari perpustakaan kota dengan menaiki kereta bawah tanah alias subway. Awalnya Lucas menawarkan tumpangan namun Yangyang menolak karena Lucas harus menjenguk Jungwoo yang lagi demam terlebih dahulu. Jadi di sinilah dia, di salah satu stasiun subway, berdiri dan menunggu. Sepi, karena sudah sangat larut malam. Ketika salah satu kereta berhenti, Yangyang bergegas masuk.

Yangyang duduk di salah satu kursi, mengambil ponselnya, lalu bertukar pesan dengan Haechan yang akan menikah dengan Mark minggu depan. Huft, Yangyang sepertinya dia akan di ledek karena tak punya pasangan di acara nikahan Haechan dan Mark nanti. Hampir semua teman seangkatannya ada yang pacaran, tunangan bahkan sudah menikah.

Ketika Yangyang sibuk bertukar pesan, dia sempat tersadar akan sesuatu yang aneh. Seperti sedang diawasi...

Benar saja. Ada seorang wanita paruh baya, berambut hitam panjang, serta memakai setelan musim dingin, duduk di kursi seberang namun tidak sejajar, yang menatap Yangyang terus - menerus. Disamping wanita itu, ada seorang pria yang sedari tadi menunduk sampai wajahnya tak terlihat sama sekali karena memakai tudung hoodie-nya juga.

Yangyang mengerjap dua kali, merasa bingung juga kenapa wanita itu terus menatapnya. Tapi dia tak peduli dan lanjut memainkan ponselnya.

TING!

Beberapa saat kemudian, kereta berhenti, pintu terbuka secara otomatis seorang pria masuk ke dalam gerbong tersebut dimana tiga penumpang termasuk Yangyang berada. Pria itu duduk di samping Yangyang, sembari merapihkan diri.

Rasa penasaran Yangyang akan wanita tersebut berganti jadi rasa penasarannya ke pria di sampingnya. Berambut hitam kecoklatan, berponi dan jidatnya sedikit mengintip, kemeja putih di balik sweater orange-nya, celana kain dan sepatu pantofel. Satu kata : Tampan.

Pria tampan itu melihat - lihat sekitar, sempat berbagi senyum lebar yang muncul sekilas kepada Yangyang hingga Yangyang tersenyum tipis, walaupun sebenarnya ingin tersenyum malu - malu sembari menunduk ala orang sedang kasmaran, tapi dia malu melakukannya. Apalagi mereka itu sebatas orang asing. Omong - omong, tatapan pria tampan itu tertuju kepada wanita itu yang ternyata sedari tadi tak memalingkan tatapannya kearah Yangyang, menatap wanita itu dengan tatapan menyelidik penuh curiga. Yangyang yang melihatnya pun langsung mengikuti pandangan pria tampan itu dan seketika dia sangat terkejut dalam diam, kemudian menelan ludah.

Kenapa wanita itu masih saja menatapnya dari tadi?

TING!

Karena tak menyadari kalau kereta berhenti, Yangyang refleks menjerit ketika pria tampan itu menariknya keluar dan berlari keluar dengan menaiki tangga, dan berhenti sejenak di dekat halte bis yang masih ada beberapa orang yang kini memandangi mereka berdua.

Tak tahu saja kalau pria bertudung hoodie itu sempat mendongak pelan kearah pintu yang kembali tertutup, menatap kepergian mereka tadi dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu juga melirik wanita di sampingnya yang tatapannya masih saja dan tak bergerak sekalipun.

Di sisi lain, kedua pria yang berdiri di dekat halte itu terengah - engah.

"Kenapa Anda menarik saya lalu berlari tergesa - gesa tadi?" tanya Yangyang.

"Saya menyelamatkanmu."

"Hah?"

"Kamu tidak sadar dengan kondisi wanita itu? Rigor Mortis." perkataan pria tampan itu membuat Yangyang ternganga sampai menutup mulutnya dengan sebelah tangannya saking kagetnya.

SNOWDROP | KUNYANGWhere stories live. Discover now