07. Penglaris

72 17 182
                                    

Suasana kantin masih ramai meski bel tanda kembali ke kelas sudah berbunyi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suasana kantin masih ramai meski bel tanda kembali ke kelas sudah berbunyi. Di pojok kantin dengan banner bertuliskan 'MIE AYAM PAK NDUT' dua gadis muda tengah duduk di sana. Gadis dengan rambut hitam sebahu yang baru saja datang masih mencoba menormalkan napasnya yang tak beraturan. Ia baru saja berlari saat menuju ke sana.

Di seberang meja. Gadis dengan hijab berwarna putih serta terdapat tali pita pada hijabnya tengah memperhatikannya dengan saksama. Sesekali ia menyeruput es teh yang tinggal setengah. Mulutnya juga masih mengunyah jajanan berbentuk bulat, dengan isi kacang tanah yang dibalut tepung yang dicampur telur lalu digoreng hingga warnanya kecokelatan.

"Kenapa, sih, Pit. Kaya dikejar setan aja."

Merasa pernapasannya sudah kembali normal. Pita memulai pembicarannya. Ya, gadis yang mendengarkan Adira adalah Pita. Teman sekelasnya yang mulai merangkap menjadi sahabat, meski belum resmi.

"Kamu inget enggak, si ,sama cerita serem tentang siswi perempuan bernama 'Rena' di sekolah ini?" Pita menatap Mili dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Antara penasaran, takut, antusias, dan kelelahan.

"Oh iya, yang kabarnya arwahnya masih penasaran 'kan," jawabnya santai dan mendapat respons anggukan kepala oleh Pita.

"Terus kenapa?"

"Tadi, aku pas mau masuk kelas denger Adira ngomong, tapi di hadapannya enggak ada orang. Terus dia sebut-sebut nama 'Rena'. Aneh enggak si? Secara dia enggak tau apa-apa kan karena dia murid baru," cerocos Pita.

"Ah, becanda lo, Pit. Mungkin Adira telponan kali. Kan dia pake hijab, siapa tahu dia pake eaephone, kan. Lagi pula, nama Rena banyak kali, enggak cuma Rena arwah penasaran itu," ujar Mili rasional.

"Iya, juga, si. Tapi aku curiga, Mil."

"Halah. Lo mah dari lahir juga udah curigaan."

Mendengar pernyataan seperti itu tentang dirinya. Pita menatap Mili sinis. Ya, mereka sudah menjadi teman sejak pertama kali Mili mendaftarkan diri ikut organisasi Pramuka. Meski sudah telat, tetapi masih bisa. Dan Mili terhitung menjadi adik angkatan di Pramuka meski mereka satu angkatan di kelas.

👻👻👻

Kali ini Lilis menjemput Adira tepat waktu. Saat pulang, Adira diajak mampir membeli bakso di perempatan pasar. Di sana memang ada beberapa tempat makan yang buka sejak pagi sampai malam. Selain bakso, ada juga soto, nasi sayur, serta warung mie ayam yang letaknya berdekatan. Meski begitu, tidak semua warung buka dengan waktu yang sama.

Warung bakso itu cukup ramai meski masih siang hari. Lilis mengajak Adira memberi bakso karena kata ibu-ibu pengajian bakso itulah yang paling enak di sana, meski beberapa ada yang mengatakan memakai penglaris, tapi bukankah manusia tempatnya suuzan?

Bukan rahasia umum bahwa masih ada yang menggunakan penglaris di masa sekarang. Sebab persaingan bisnis yang semakin ketat dan semakin kreatif penjualnya, membuat banyak penjual-penjual yang kurang menarik--segi tempat sampai penyajian-- atau rasanya enak saja, bukan enak banget, mendapat uang yang sedikit. Hal itu yang memicu pedangan nakal menggunakan jalur cepat, alias bersekutu dengan setan. Agar tidak menimbulkan kerugian bahkan sampai gulung tikar.

Di Balik Mata BatinWhere stories live. Discover now