03. Lelaki itu, Siapa?

133 31 358
                                    

"Saya akan menjaga anda, Nona

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Saya akan menjaga anda, Nona."

Seorang pria tampan dengan pakaian khas pemain film kolosal dengan pedang sebagai teman tengah berdiri di hadapannya. Tak lupa rambut panjang dengan ikat kepala dan beberapa bagian lainnya ia biarkan tergerai menambah kesan tampan di awal pertemuan.

Adira terbangun dari tidurnya. Dilihatnya jam yang masih menunjukkan pukul satu malam. Aku mimpi apaan, sih. Aneh banget.
Adira mengambil segelas air putih yang berada di sisi samping bagian ia tidur. Ia meminum beberapa teguk sebelum beranjak ke kamar mandi.

Saat ingin kembali tidur ia kembali mencerna mimpinya. Ia terkejut saat tiba-tiba mendapat mimpi didatangi pria tampan seperti pendekar zaman dahulu. Baginya pria itu persis seperti pemain film kolosal dalam Bramakumbara. Bahkan baginya lebih tampan.

"Kebanyakan nonton film kolosal kali ya, sampe halu jadi putri yang dijagain sama penjaga cakep," gumam Adira dengan senyum tipis dan kembali memejamkan matanya.

👻👻👻

M

entari sudah bersinar terang. Dalam ruangan gelap yang penuh kemisteriusan, dua orang berlainan jenis tengah membicarakan suatu hal.

"Mas, langsung atau perlahan? Beberapa kali aku sudah melihat dia. Apa sudah diperkenalkan?"

"Kamu tidak sadar, sekarang dia sudah bisa melihat secara utuh, bukan hanya suara, tetapi sudah wujudnya. Aku rasa dia sudah melihatnya. Aku takut dia ketakutan, meski dia tidak mempercaya hal seperti itu."

Kecemasan terlihat dari wajah keduanya. Dalam ruang yang berisi barang-barang klenik, mereka memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Sebab, hal yang sudah ditakdirkan tidak akan bisa dihindari.

"Aku takut jika harus kehilangan lagi."

"Kali ini aku yakin, kita akan memenangkan pertarungan. Kita sudah tahu cara untuk memperkuat diri. Hanya saja, ketakutan masih ada dalam hatiku. Setidaknya akan ada dia yang menjadi pelindungnya."

👻👻👻

Adira terbangun, matanya menangkap sosok laki-laki di sudut ruangan. Itu jelas bukan ayahnya, karena perawakannya sungguh berbeda. Adira mengucek matanya, memastikan apa yang ia lihat bukan khayalan. Namun, pria tersebut hilang.

"Hah, eh, kok enggak ada siapa-siapa." Adira celingukan mencari orang tersebut, tetapi di kamarnya hanya ada dirinya. Bundanya pun sudah tidak ada di tempat.

Apa cuma perasaanku aja, ya. Ah udah ah mau mandi aja.

Setelah mandi, kini Adira berdiri di balkon. Melihat pemandangan yang tersaji. Nun jauh di sana, terlihat puncak gunung yang masih tertutup awan. Matanya terasa segar saat menatap warna hijau yang berasal dari pohon yang tumbuh di gunung itu.

Di Balik Mata BatinWhere stories live. Discover now