06. Namanya Rena

86 16 204
                                    

Sejak pulang sekolah, Adira tak berhenti untuk memikirkan apa jawaban pak satpam yang belum ia dengar

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Sejak pulang sekolah, Adira tak berhenti untuk memikirkan apa jawaban pak satpam yang belum ia dengar. Awalnya ia bertanya karena ingin mengenal bapak yang ia maksud. Hal itu karena ia merasa tertarik. Bapak itu ramah dan mungkin bisa membantunya di kemudian hari.

Di sekolahnya dulu Adira pun akrab dengan para pegawai sekolah. Mulai dari penjaga sampai tukang kebun. Selain karena bisa mendapat nasihat, ia juga tahu banyak tentang sekolah. Karena menurutnya di setiap sekolah ada rahasia menarik yang bisa diulik.

"Sayang, makan dulu." Teriakan Lilis terdengar dari luar kamar Adira.

"Iya, Bun. Bentar lagi turun," jawab Adira malas.

Setelah mengunci ponselnya dan meletakkannya di meja belajar, ia turun untuk makan malam. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam, tetapi ia belum makan apapun setelah pulang sekolah. Tidak lapar katanya.

"Mau makan pakai apa? Cuma ada itu," ucap Lilis saat Adira hendak mengambil piring di rak.

Malam itu tidak ada makan bersama. Karena Gunawan tak pulang, pekerjaannya di kota belum selesai. Lilis dan Mbok Inah sudah makan tadi sore saat makanannya masih hangat. Hanya tersisa Adira yang belum makan.

"Pake apa aja boleh, Bun. Eh, tapi, mending pake tempe sama kecap aja, deh. Lagi enggak nafsu makan."

"Enggak sama sayur?" tanya Lilis dan dijawab gelengan oleh Adira.

"Yaudah makan dulu. Bunda tinggal ke kamar, ya, ngantuk."

Setelah Lilis pergi ke kamar. Adira membawa sepiring nasi yang sudah bercampur dengan kecap. Ia juga membawa tempe dan kerupuk. Tak lupa segelas air putih pun ia bawa ke ruang tengah. Ia makan dengan menonton TV.

Saat sedang menikmati makan malamnya, suara jendela diketuk-ketuk menganggu Adira. Ia menoleh, saat menoleh gorden tempat di mana jendela diketuk bergerak, seperti sedang terkena angin. Namun, jika itu angin, mengapa gorden sebelahnya tidak?

Adira mulai merinding. Ia mencoba berpikir positif. Ia membiarkannya begitu saja. Fokus makan dan menonton membuatnya kembali bersikap biasa. Acara di TV yang sedang menampilkan acara komedi berhasil membuat Adira tertawa dan sedikit melupakan kejadian barusan.

Sesudah makan malam ia langsung mencuci piring yang digunakan. Saat sedang mencuci piring, suara ketukan pintu terdengar. Suara itu berasal dari pintu dapur. Dengan cepat Adira menyelesaikan kegiatannya dan mendekat ke arah pintu. Di sebelah pintu terdapat jendela. Adira menyibak gorden. Namun, ia tak menemukan siapa pun di sana.

Saat sudah di tangga, Adira kembali mendengar suara ketukan dari pintu dapur dan jendela. Dengan segera ia berlari ke kamarnya. Karena takut ia menutup pintu dengan kencang, sehingga menimbulkan suara cukup keras.

Adira mengecek jendela dan pintu yang ada di kamarnya. Memastikan semuanya terkunci lalu menutup gorden dengan rapat. Ia membaringkan tubuhnya dengan tergesa. Dan berusaha menormalkan degup jantungnya.

Di Balik Mata BatinWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu