02. Syukuran

155 31 381
                                    


Dengan wajah masam Adira duduk di gazebo sendirian ditemani segelas es susu cokelat serta sepiring waffle yang ia buat sendiri, di atasnya diberi topping  irisan buah pisang dan stroberi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan wajah masam Adira duduk di gazebo sendirian ditemani segelas es susu cokelat serta sepiring waffle yang ia buat sendiri, di atasnya diberi topping  irisan buah pisang dan stroberi. Ia memakan waffle dengan perasaan kesal, bagaimana tidak, bukannya ditenangkan setelah bercerita tentang kejadian menyeramkan. Ayahnya justru meledek, ia bilang putrinya adalah gadis yang penakut.

Tak lama Lilis--bundanya-- datang dan duduk di sebelahnya. "Sayang, kamu bikin waffle kok bunda enggak di sisain, sih. Kamu bikin cuma buat kamu aja, ya."

Adira mengangguk. Jika sedang kesal, ia hanya akan membuat makanan atau minuman untuk dirinya sendiri. Adira gadis remaja yang suka memasak. Hal itu menurun dari bundanya. Karena bundanya suka dan pandai memasak, ia bekerja sebagai seseorang yang menyediakan jasa katering.

"Masih kesal gara-gara diledek ayah tadi?"
Adira mengangguk dan memanyunkan bibirnya.

"Udah enggak usah kesal. Mau dengar cerita masa kecil kamu di rumah ini?" Adira antusias. Sebab ia lupa sebagian masa kecilnya.

"Kamu ingat pertama kali ke rumah ini?"

"Aku umur enam tahun 'kan? Eh, apa tujuh tahun. Pokoknya udah SD."

"Setelah kelahiran kamu, kita tinggal di sini, saat umur kamu lima tahun baru kita kembali ke kota."

Adira menautkan alisnya. Harusnya ia ingat jika ia pindah saat umur lima tahun, tetapi ia tak mengingat apa-apa. Yang ia ingat saat kelas satu SD, saat liburan, ia ke sana untuk mengunjungi eyangnya.

"Kok aku enggak ingat apa-apa, ya. Umur segitu udah gede, loh, Bun."

"Ada suatu kejadian, di mana nyawa kamu dalam bahaya. Kejadian itu pula yang merenggut ingatan masa kecil kamu. Dan alasan kita menetap di sini berkaitan dengan kejadian itu."

"Bun, sebenernya ada apa si? Kasih tau aku, Bun," pinta Adira dengan wajah serius.

"Kamu akan tau pelan-pelan, Sayang. Bunda hanya ingin mengatakan bahwa kamu harus mulai terbiasa dengan kejadian yang menimpamu. Jangan takut, karena kita punya Tuhan yang lebih hebat. Sayang, apapun yang akan kamu ketahui, bunda harap kamu tidak akan menyalahkan masa lalu pun takdirmu."

👻👻👻

Ada banyak pertanyaan dalam benak Adira. Namun, ia paham, seberapa banyak kalimat tanya yang ia lontarkan bundanya akan tetap diam. Ia memilih sabar, menunggu waktu menggungkap yang terlupakan.

Dengan malas ia menghabiskan masa liburnya dengan berdiam di kamar. Siang itu, saat sedang terlelap. Ia mendengar suara berisik dari bawah yang membangunkannya. Ia fokuskan matanya pada jam di dinding kamar yang menunjukkan pukul dua siang.

"Ada apaan, sih." Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Adira ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Dan segera mencari dari mana asal suara bising yang mengganggu tidur siangnya.

Di Balik Mata BatinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang