"Atau ini sifat asli gue yang sebenarnya? Gue hilang ingatan karen diri gue sendiri? Gue yang membunuh Kevin, gue yang membuat Vanessa menderita, gue yang membuat semuanya hancur berantakan, gue yang buat Dava pergi--"

"VANILLA STOP IT!" Bentakan itu mengejutkan Vanilla dan otomatis membuat kalimatnya menggantung begitu saja.

"Gue gak mau dengar satu kata pun yang menyalahkan diri lo sendiri!" Nada bicara Jason penuh penekanan, menandakan bahwa ia tidak suka dengan hal-hal yang di katakan Vanilla.

Vanilla hanya bisa diam, mengunci bibirnya rapat-rapat. Vanilla pikir Jason benar tertidur, maka dari itu ia benar mengeluarkan seluruh hal yang ada di pikirannya.

"Stop blaming yourself, Vanilla." Perkataan Jason melunak, dengan tatapan sendunya kearah Vanilla. "Siapapun lo, gimana pun kelakuan lo, dan apapun yang pernah terjadi di masa lalu lo, gak akan pernah merubah fakta bahwa gue dan Kak Rey adalah kakak lo. Sampai kapan pun, bahkan sampai gue mati sekali pun, gue tetap kakak lo, orang yang sayang sama lo. Jadi jangan berpikir bahwa kasih sayang yang gue dan yang lainnya kasih ke lo itu palsu."

"Gue gak berpikiran---"

Jason memberikan tatapan peringatan agar Vanilla tidak melanjutkan perkataannya. "Mending sekarang lo mandi, prepare, karena sebentar lagi kita mau pergi." Jason turun dari kasur Vanilla dan melangkah keluar kamar tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Yang di lakukan Vanilla hanya menghela napas kasar. Vanilla tidak bermaksud untuk menyalahkan diri sendiri atau seperti yang di maksud Jason. Vanilla hanya mencoba mengutarakan berbagai  macam hal yang memenuhi pikirannya beberapa waktu belakangan ini.

*****

Setelah selesai Ibadah bersama, seluruh keluarga Gustavo langsung pergi menuju sebuah restoran hotel bintang lima yang sebelumnya sudah di pesan oleh Rey. Rencananya mereka akan merayakan ulang tahun Vanilla dan Vanessa dengan makan malam bersama.

Dua puluh lima menit kemudian, mereka sudah duduk manis di meja makan panjang yang memang di persiapkan untuk perayaan malam ini. Sudah lama sekali, dua keluarga ini tidak mengadakan makan malam bersama.

Sebenarnya Vanilla menolak untuk dirayakan. Terlalu berlebihan pikir Vanilla. Namun Vanilla tidak bisa membantah, karena semua orang setuju untuk makan malam bersama. Jadi dengan teramat sangat terpaksa, Vanilla ikut. Toh, malam ini si kembar adalah bintangnya.

"Loh, Dava mana?" tanya Britney yang duduk di hadapan Vanilla.

Jason menyahuti, "ini makan malam keluarga, dan dia belum resmi jadi bagian dari keluarga kita. Jadi, untuk apa dia di sini?" Britney hanya menganggukkan kepala dan tidak lagi bersuara.

Sepertinya Jason ikutan sensi karena tahu bahwa Vanilla dan Dava tidak berhubungan selama beberapa waktu belakangan. Ditambah lagi dengan seluruh cerita Vanilla sore tadi. Hilang sudah mood Jason.

"Happy birthday, sist." Vanilla terkejut karena Vanessa yang tiba-tiba memeluknya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Vanilla hanya mengembangkan senyum terpaksa tanpa berniat mengucapkan kalimat yang sama.

"Gue punya kado buat lo," ucapnya lalu menyodorka  sebuah kotak berwarna hitam dengan pita merah sebagai hiasannya.

Vanilla jadi merasa tak enak hati karena ia tak menyiapkan apa-apa. "Sorry, tapi gue gak siapin kado apa-apa untuk lo," ucapnya meminta maaf.

"It's okay. Gue memang sengaja mau ngasih lo hadiah sejak lo kembali, tapi baru gue kasih sekarang."

Vanilla kembali mengembangkan senyum di sudut bibirnya. Seharusnya Vanilla merasa bahagia, tapi ia malah merasa canggung dan asing. Andai saja ingatannya tidak hilang, mungkin ia akan lebih excited dari pada yang lain.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now