#20

64 10 0
                                    

^Indonesia^

Lima tahun yang berjalan dengan begitu banyak cobaan, banyak pelajaran, banyak pengalaman, bahkan banyak kebahagiaan yang aku dapatkan setelah aku berpikir bahwa kebahagiaan telah direnggut paksa dari hidupku.

Singapura menjadi saksi perjalan cintaku dan Reza, dari awal kita bertemu, sampai akhirnya kita bersatu. Ah, aku akan sangat merindukan rooftop, tempat di mana aku dan Reza menghalau rasa lelah setelah melewati kegiatan di siang hari.

Aku melirik jam tangan yang melingkar dipergelanganku. Jarum pendeknya sudah menujuk pada angka tiga.

"Kopermu sudah siap?"

Aku mengangkat wajahku dan melihat Reza yang baru saja keluar dari lift dengan koper hitam yang dibawanya.

"Aku cuma bawa satu koper, sisanya mau dibawa sama orang suruhan ayah."

Reza mengangguk lalu ikut duduk di sampingku. Kita berdua menunggu taxi online di lobby apartment, ini akan jadi pagi terkahir kami di Singapura. Indonesia dengan segala kenangan indah dan buruknya sudah menanti.

"Kau sudah siap?" Reza membenarkan rambutku yang terurai, lalu mengikatnya menjadi satu.

"Sebenarnya aku belum siap, tapi kalo balik ke Indo-nya sama kamu, aku siap-siap aja," gumamku menjawab pertanyaan Reza.

Reza mencebikkan bibirnya. "Kenapa siapnya kalo sama aku?"

"Kalo ada kamu, aku pasti aman. Ya, meskipun orang yang neror aku tiga tahun yang lalu adalah sepupu kamu sendiri," ungkapku dengan tenang.

"Jangan bahas tentang itu lagi, cukup aku yang jadi terus-menerus merasa bersalah." Reza memalingkan wajahnya dariku.

Aku tertawa lalu memeluk Reza dari samping. "Maafin aku, aku cuma bercanda, masih aja baperan."

"Akbar udah nganggep kamu kakaknya, tapi dia dengan teganya ngelakuin itu ke kamu. Aku masih, 'gak ngerti sama pikiran childish-nya."

Aku menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. "Katanya jangan bahas itu lagi, udah lupain aja. Driver taxi juga udah di depan kayaknya,"  ucapku setelah melihat ponselku.

Reza beranjak dari duduknya, lalu menyeret kopernya dan koperku. Laki-laki yang baik.

***

Perjalanan udara dari Singapura ke Indonesia bukan perjalanan yang lama, apalagi aku sangat menikmati perjalanan itu karena Reza yang duduk di sampingku tidak berhenti mengajakku berbicara.

Setelah keluar dari pesawat, aku memperlambat langkah kakiku. Aku sedikit was-was kembali ke Indonesia.

"Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku."

Sepertinya Reza melihat aku memperlambat jalanku. Aku melirik wajah Reza yang berada di sampingku, lalu tersenyum ke arahnya.

"Ayolah, Far. Kamu sudah bukan remaja labil lagi. Sudah siap, 'kan kembali menjalani hidup di tanah kelahiranmu sendiri?" tanya Reza.

Aku menghentikan langkah kakiku, berdiri mematung dengan koper merah ditangnku. Reza terus menatapku dengan alis yang dinaikkan, aku balik menatapnya lalu tersenyum.

"Siap?" tanya dia memastikan.

Aku menganggukan kepalaku.

"Mari kita mulai kehidupan kita di tanah kelahiran kita. Lupakan kenangan menyakitkan tentang dia, balas dendamlah dengan cara pintar. Buktikan bahwa kamu bisa hidup bahagia tanpa dia."

Syafara >Completed<Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu