12. Sweet Vanilla

31.3K 3K 261
                                    

Heaven - Julia Michaels

"You don't know her."

Pernyataan pertama yang dibuat Veona kala Ray membuka pintu apartemennya yang diketuk ringan, dengan alunan bel berbunyi pelan. Belum berselang lama sejak Ray tiba di apartemen usai mengantar Fiora ke kosan gadis itu untuk pertama kali.

"Aku nggak pernah lihat dia di sekeliling kamu sampai detik ini," Kening Veona menyatu tipis saat mengatakannya. Ray tidak bergeser, tetap berdiri tenang di tengah foyer, dengan pintu di belakang Veona telah tertutup. Mereka tidak nampak ingin masuk lebih dalam ke apartemen untuk sekedar bicara masa lalu. Hanya di depan pintu. "Kenapa kamu tiba-tiba memiliki hubungan dengan perempuan itu?" Pertanyaan tersebut menggantung.

Masih dengan untaian yang tak dijawab oleh Ray.

"Maybe it's nothing?" Perkataan Veona dengan suara yang akan dianggap menyenangkan di telinga orang yang mendengar, hebatnya masih tertata, tidak menampakkan jelas desakan, gadis itu memang handal membawa diri, kemampun dalam komunikasinya tidak perlu diragukan, gadis itu bahkan bisa tetap tersenyum dan berkata teratur saat sedang kesal. "Dia nggak seperti kamu, Ray..."

Gadis dari keluarga dokter Sumapraja itu berdiri di atas pointed toe slim heels casual warna putih di hadapan Ray dengan blouse bergaris tipis biru muda, dimasukkan pada capri hitam. Di bahu kanannya tersemat tote bag warna senada celana. Memakai kacamata. Gadis itu, Fiora, Veona sebut tidak seperti dirinya. Lantas... mereka?

Mereka yang serupa?

"You get nothing from doing this kind of thing,"

Ray tahu, teramat sadar.

Sejak melihat Fiora, Ray yang memiliki banyak hal yang seharusnya dipikirkan, malah sedetik cepat mematri gadis itu. Ray tidak mengenalnya, seperti kata Veona. Dan, jika dilihat sekilas mereka jelas tidak sama. Pada dasarnya, manusia tidak ada yang sama sebagai pribadi yang unik. Satu dua sifat mirip hanya paradigma. Fiora tidak seperti Veona. Fiora tidak seperti dirinya. Dan, seharusnya, tidak ada celah untuk mengandaikan hal yang tidak perlu.

Seperti; bagaimana jika Ray memiliki hubungan dengan sosok yang tidak sama seperti dirinya?

Perandaian kabur itu dienyahkan. Tidak berguna.

Ray memutuskan kembali membaca blok untuk kelas esok, memikirkan penelitian thorax, menolak tantangan Axel. Seharusnya, tidak tersulut yang sebenarnya hanya alasan saat Fiora ada di satu waktu yang sama kala Veona tidak jauh darinya.

Ray, seharusnya menyudahi ketidakpentingan ini, seperti yang Veona katakan. Sebab untuk apa?

"Kamu butuh sosok dengan pandangan yang sama seperti kamu—" Perkataan tegas yang diucapkan halus-halus menikam oleh Veona, adalah benar, di pikirannya yang waras. Namun, Ray memotong, santai."Sosok seperti kamu? Yang mirip aku?"

Gadis setinggi telinganya dengan rambut hitam sebahu itu memasang raut tidak terusik.

"Sosok yang kamu bisa ajak bicara,"

Perkataan Veona lugas, seperti saat gadis itu memaparkan pikiran-pikiran cemerlangnya.

"Sosok yang bisa kamu ajak bertukar pikiran."

BROKEN METEOR (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang