1. Burn Break

58.3K 4.3K 237
                                    

This is what falling in love feels like - JVKE

Maret 2018

Have you ever had a crush on someone... and this someone is a friend of your friend... though it should make you close with him or her, but you're just a shy clown.

Fiora baru selesai menghadiri kelas intermediate accounting, ketika netra almond terangnya menangkap sesuatu di area pendopo Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mengusap hidung yang tidak gatal oleh gelitikan debu yang dibawa angin. Menimbang-nimbang keinginan dan—keraguan, kalah oleh dorongan, Fiora akhirnya lambat-lambat melewati tembok merah bata, putih, fakultasnya.

Mengintip dalam diam, bersikap sewajar yang dirinya bisa tunjukkan di antara lalu lalang mahasiswa. Berusaha melihat sesuatu yang matanya tangkap, lebih dekat. Sesuatu—seseorang lebih tepatnya, yang sedang berdiri bersebelahan dengan sosok yang Fiora bisa sebut dirinya kenal, Axellion Leeuwen. Di samping seseorang yang bersama Axel, adalah teman lelaki itu. Titik mata Fiora dilabuhkan.

Bertanya-tanya tanpa bisa dicegah pada diri sendiri yang terpaku. Bagaimana bisa ada seseorang yang terlihat begitu memukau? Surai-surai halusnya tersapu kasa mata, kulit bersinar tertimpa cahaya, dengan hanya berdiri diam di bawah terik sinar matahari pukul hampir dua belas siang?

"Fioooo!"

Tarikan napas yang memberat, digantikan kesiap. Cukup oleh tepukan seseorang di bahunya tiba-tiba. Tidak langsung berbalik, Fiora mengambil waktu sesaat dengan mata masih dilabuhkan pada sosok tadi. Bibir plumnya sedikit terbuka, dikatupkan, wajahnya lebih dahulu ditekuk, sebelum kepala ditolehkan. Fiora tahu siapa gerangan, "Bri! Ih! bisa lebih santai dan halus nggak sih kalau nyapa orang?"

Temannya, Briana. Teman Axel juga.

Membenarkan tali Le Pliage biru langit di pundak. Menguatkan tentengan notepad, seperti temannya.

"Well, nggak ada kesantaian dan kehalusan untuk orang yang lagi ngintip," balas Briana memojokkan, sebelah alisnya dinaikkan, membuat Fiora yang tersindir melengos sebal. Mau membantah dibilang pengintip, tapi sedikit benar. "Siapa yang lagi ngintip? Fiora lagi nunggu Bri yang ke toilet sambil sight-seeing taman. Lihat air mancur, lihat pohon yang hijau, lihat bunga, lihat mahasiswa yang lagi duduk—"

"Lihat Ray."

Potong Briana, tepat sasaran.

Jadi, namanya adalah Ray.

Sosok bersetelan rapi, dengan kemeja putih dan celana kain hitam, rambutnya bahkan tersisir. Tipikal tampilan mahasiswa kedokteran—kecualikan warna monotonnya. Kacamata yang bertengger di hidungnya, tidak menyurutkan tampilan necisnya. Sesungguhnya, sangat berbanding dengan tampilan casual Axel yang Berdiri di sebelahnya. Keduanya bersandar di bawah naungan meja pendopo. Terlihat seadem air mancur di kala siang terik ini. Pikiran melantur Fiora ditepis empunya. Bibirnya terkatup, matanya memercik. "Siapa yang suruh dia di sana? Fiora 'kan punya mata. Bisa nggak sengaja lihat."

Mendengar pembelaan Fiora, Briana memasang raut muak. Untuk sedetik cepat, Briana yang memang iseng, lekas Fiora bekap mulutnya yang nampak berancang-ancang ingin memanggil nama Axel, sebelum melangkah menghampiri tempat lelaki itu.

Bisa merinding setubuh-tubuh Fiora.

"Bri!" Fiora mengeluarkan jurus memelasnya. Memasang raut galak setelahnya. "Jangan iseng doooooong!" hardik Fiora dengan pipi memerah.

BROKEN METEOR (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang