Chapter 21- Usda 1.1

Mulai dari awal
                                    

"Atau jualan makanan jadi sampingan aja? Jadi kita juga jualan yang lain," usul Jisabian.

"Nah, itu dia yang sempet terlintas di pikiran gue!" Chandra meringis. "Tapi gue enggak tahu mau jualan apa. Korsa? Jaket? Tapi organisasi lain udah banyak yang jual."

Ruangan kembali hening. Semua orang sibuk memikirkan ide untuk mencari dana. Bukan hanya di kehidupan, bahkan di organisasi pun uang menjadi kendala terbesar. Apalagi mereka masih mahasiswa, ruang lingkup untuk mencari dana otomatis lebih sempit.

"Gimana kalau kita buat Blessing Spell Bottle?" Usul Fani.

Rendi mengerutkan kening. "Blessing apa?"

"Blessing Spell Bottle," ulang Fani.

"Apaan, tuh?" Tanya Johnatan.

"Gue kayaknya pernah denger," Veronica memijat keningnya. "Surat yang dimasukin ke botol gitu bukan, sih?"

Fani mengangguk. "Blessing Spell Bottle itu hampir mirip kayak surat botol. Bedanya, di dalem botol itu bukan cuma surat aja, tapi juga ada bunga-bunga kering untuk mempercantik botolnya. Jadi walau surat itu udah dibaca, botolnya masih bisa dipajang untuk kenang-kenangan. Orang-orang zaman sekarang, kan, suka yang aesthetic kayak gitu."

"Nanti isi suratnya bisa request mau ditulis apa. Bulan depan, kan, bakalan ada acara wisuda. Daripada jualan bunga biasa, kayaknya ini lebih diminati," jelas Fani.

"Kalau request untuk kado ulang tahun atau secret letter juga gimana? Nanti bisa minta dirahasiain atau dicantumin nama pengirimnya kayak kegiatan Osis di SMA gue dulu. Tujuannya buat sensasi aja biar promosinya booming. Zaman sekarang kalau ada bumbu romantisnya bakalan lebih mencuri perhatian," usul Nabilla.

"Bener," Leo menyahuti, "lihat aja trending youtube. Kalau bukan soal perceraian dan perselingkuhan, pasti hubungan asmara artis atau selebgram. Pokoknya harus ada unsur dramanya."

Nabilla mengangguk setuju. "Buat pancingan aja biar konsep usaha dana kita jadi pembicaraan mahasiswa. Selama ini belum ada ide kayak gini. Fokus sasaran utamanya buat hadiah wisuda. Tapi kalau ada yang beneran mau secret letter enggak masalah juga."

"Gue suka idenya," kata Veronica.

"Iya bagus," Chandra menyeringai. "Bagian secret admire diambil dari pengalaman sendiri, Bill? Jangan-jangan lo usul gini biar bisa beli sendiri—Aduh! Ampun bercanda!"

Nabilla mengunci leher Chandra dengan tangannya. "Ngomong lagi coba?"

Rendi dan Jisabian yang duduk di antara Chandra refleks termundur. Takut terkena serangan Nabilla.

Melihat itu semua orang kompak tertawa. Kecuali Dominic.

Dominic melipat tangannya di depan dada, memperhatikan Nabilla yang sedang menghukum Chandra. Ucapan Chandra membuat Dominic langsung teringat hubungan Nabilla dengan Bagas. Tidak dapat dipungkiri keduanya memang terlihat sangat dekat. Dari awal sebenarnya Dominic sudah tahu jika Nabilla sepertinya memiliki perasaan untuk Bagas. Tapi dulu dia tidak terlalu mempedulikannya.

Masalahnya sekarang, Dominic terlanjur tidak bisa untuk tidak peduli. Dominic merasa terganggu melihat Nabilla salah tingkah karena sindiran Chandra. Dia jadi curiga Nabilla benar-benar akan mengirim surat rahasia pada Bagas.

"Modalnya mahal enggak?" Tanya Juan.

"Enggak kok," Fani menggeleng. "Modal kita paling mahal sekitar lima belas ribuan. Belum fix tapi, kemungkinan bisa kurang. Nanti bunga keringnya bisa di-mix sama biji-bijian atau hiasan lainnya jadi enggak butuh terlalu banyak. Kendalanya butuh modal tenaga buat hias botol dan suratnya, sih. Sesuai request dari pemesannya."

StuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang