Chapter 21- Usda 1.1

2.6K 715 70
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Untung bersih dari jualan susu sapi kemarin totalnya ada empat ratus ribuan," kata Fani.

"Untuk hasil jualan pertama itu lumayan, sih." komentar Yudha.

"Kalau sponsor gimana? Udah ada kabar?" Tanya Juan.

Chandra menggelengkan kepala. "Hari Senin yang lalu gue udah keliling sama Fani cari sponsor tapi belum ada kabar sampe sekarang. Nah, kemarin kedua kalinya gue sama Fani coba cari sponsor lagi. Tinggal nunggu bakalan dikabarin atau enggak."

"Memang susah cari sponsor apalagi buat acara yang menurut mereka bukan acara besar," Yudha mengibaskan tangannya. "Acara BEM yang besar aja kadang enggak dapet sponsor."

"Pusing bener cari duit," Veronica menghela napas. "Tapi, untung jualan sapi kemarin lumayan kok."

Johnatan membelalakkan mata. "Jualan sapi?"

"Eh, susu." Koreksi Veronica.

"Susu?" Johnatan menutup bibirnya dengan tangan. Berlagak terkejut. "S-susu siapa?"

Mendengar ucapan Johnatan, tawa Markus dan Lucas langsung terpecah. Bahkan Najendra yang biasanya menyimak ikut terkekeh geli.

Veronica mengangkat tangannya. "Ngomong sekali lagi gue selepet juga lo."

Bibir Johnatan langsung terbungkam rapat.

Dominic menggelengkan kepala melihat tingkah Johnatan. Dasar bibit suami takut istri, pikirnya.

"Mau jualan itu lagi minggu depan?" Chandra mengusap dagunya dengan tangan. "Tapi bakalan lama banget kalau satu minggu kita cuma dapet dana empat ratus ribu. Padahal perkiraan dana yang harus kita capai sekitar lima jutaan. Itu udah termasuk fee pembicara, sembako, nasi kotak, dan snack. Sama biaya sewa speaker dan mic untuk MC, moderator, dan pembicara."

Fani mengangguk kecil. "Untungnya mobil udah dapet bantuan dari Bang John. Najendra sama Rendi juga udah punya kamera jadi enggak perlu pinjem."

"Untuk pembicara gue usahain yang enggak perlu fee. Nanti gue bikin dulu proposalnya tentang project ini. Biasanya kalau project-nya menarik banyak narasumber yang enggak minta fee. Paling kita cukup sedia nasi kotak dan snack buat narasumbernya," kata Winston.

Lucas yang sejak tadi lebih banyak diam kini buka suara. "Tapi Chandra bener, masa setiap minggu kita cuma jualan sekali? Padahal ada lima hari produktif di kampus. Kayaknya bakalan lama banget buat kita bisa capai target."

"Apalagi kalau jualannya itu-itu aja,"Tama menimpali. "Nanti lama-lama pasti pembelinya bakal menurun. Berdasar pengalaman gue, ya. Makanan itu cuma laku keras di minggu-minggu pertama. Belum lagi kalau organisasi lain juga buka stan makanan."

StuckWhere stories live. Discover now