18. Gerogi

3.7K 308 39
                                    

Agaknya waktu memang sangat berpengaruh dala berubahnya siap seseorang, seperti Naruto misalnya. Dulu dia selalu berteriak dan bersikap kasar ada Hinata tapi lambat laun dia mulai terbiasa dengan gadis itu bahkan ketika dia berada jauh dari Hinata dia merasa ada sesuatu yang kurang, seperti ada hal yang hilang dan tanpa sadar dia mulai menyukai keberadaan gadis itu. Tawa lebarnya, senyum cerahnya kekebalan hatinya menghadapi segala sikap ketus dan datar Naruto. Pemuda itu pikir, Hinata memang benar-benar berbeda. Gadis itu bukan gadis biasa.

"Nar gue ngantuk," rengek Hinata yang tengah menemani Naruto bekerja seperti biasa, gadis itu bersikeras ikut Naruto ke butiknya padahal pemuda itu ingin mengantarnya pulang.

"Siapa suruh ikut gue?" jawab Naruto acuh, dia sibuk menggoreskan pesilnya di kertas sketsanya mengabaikan Hinata yang sedang merengek di belakangnya. Mereka tengah duduk di lantai beralaskan karpet sekarang, Naruto sibuk menggambar sedangkan Hinata sibuk merengek.

"His kan gue gak tau kalau lo sampai malem kaya gini.." Hinata menyandarkan dahinya di punggung lebar Naruto sambil menusuk-nusuk punggung lebar pemuda itu dengan jari mungilnya.

"Gak usah manja Nat gue lagi kerja," Naruto meletakan pensilnya lalu menatap gadis itu kesal. Hinata menggembungkan pipinya, dia juga sedang kesal dan Naruto tidak peka sama sekali. Punya pacar titisan es memang benar-benar menguji kesabaran.

Naruto menghela nafas pelan, ekspresi Hinata terlihat begitu menyebalkan di matanya, "Lo mau apa?" tanyanya sambil menahan kekesalan.

"Mau peluk, gue ngantuk banget." lirih Hinata pelan sambil memainkan ujung kemeja Naruto. Pemuda itu mencoba sabar, memahami Hinata itu butuh kesabaran ekstra gadis itu masih belum dewasa sama sekali.

"Di dalam kamar gue itu ada lemari, lo ganti baju dulu di sana terus cuci muka sama gosok gigi. Nanti baru tidur." titahnya.

Hinata menggeleng, dia sedang mengantuk parah dan Naruto malah memerintahkannya tidur, yang benar saja dia bisa terjaga semalaman kalau begitu caranya. "Nggak mau, dingin.." rengek gadis itu sambil memeluk punggung Naruto erat.

"Nat!" Naruto memanggil Hinata pelan namun nada bicaranya penuh penekanan dan juga tegas.

"Iya-iya ini mau cuci muka." gerutunya sambil beranjak. Gadis itu berdiri sambil menggerutu, padahal dia sangat mengantuk tapi Naruto memaksanya cuci muka. Menyebalkan.

Naruto memperhaikan punggung mungil yang menjauh itu lamat, tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Senyum yang sudah sangat lama tidak terlihat di wajahnya.

Hinata kembali setelah mencuci wajahnya dan gosok gigi sesuai perintah Naruto, dia menggunakan kaus oblong milik pemuda itu yang kebesaran di tubuhnya dan hotpants. Gadis itu menenteng selimut dan bantal, dia memposisikan bantalnya di sebelah Naruto yang tengah duduk namun saat dia hendak berbaring pemuda itu menahan kepalanya.

"Gue temenin tidur di kamar aja, di sini dingin." Naruto berdiri lantas menarik jari mungil Hinata masuk ke dalam kamar yang ada di ruangan kerja Naruto. Tempat tidur berukuran sedang namun terlihat sangat nyaman dan hangat tersedia di sana.

Hinata merasakan darahnya berdesir hangat, setelah sekian lama ini pertama kalinya Naruto memperhatikannya. Selama ini pemuda itu selalu acuh dan dingin padanya. Apakah ini kemajuan? Jika iya bolehkah Hinata bahagia?
"Sini," Naruto meletakan bantal di sampinnya sementara dia sendiri memilih duduk bersandar di kepala ranjang sambil merapihkan selimut untuk Hinata.

Gadis itu tersenyum cerah lalu mengangguk, dia pasti akan mimpi indah hari ini. Hinata menyingkirkan bantal yang tadi di susun Naruto untuknya dan memilih berbaring di atas paha pemuda itu, "Mau di sini aja." gumamnya saat melihat raut wajah Naruto yang terlihat seperti hendak protes. "I love you." lirih gadis itu sambil memeluk perut Naruto erat, dia menyamankan posisinya sambil tersenyum. Rasanya nyaman sekali, berada di pelukan Naruto itu seperti tengah memeluk boneka teddy raksasa, hangat dan juga nyaman.

Naruto tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Hinata, pemuda itu menunduk lalu mencium kening Hinata lembut. "Selamat malam sayang." gumamnya pelan. Hinata merasakan jantungnya berhenti berdetak, kecupan Naruto terasa ringan dan juga hangat. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan daripada itu. Perutnya tergelitik seperti ada ribuan kupu-kupu terbang di perutnya.

Malam itu Hinata sangat yakin dia akan mimpi sangat indah, tidurnya nyeyak karena untuk pertama kali seseorang memeluk dan menjaga tidurnya.

***

Hinata bangun ketika merasakan sebuah cubitan kasar di hidungnya, cubitan yang menyebabkan nafasnya tersumat hingga mau tak mau dia membuka mata. Dadanya sesak nafasnya tercekat hingga rasanya paru-paru Hinata hampir meledak. Coba tebak siapa pelakunya?

Yups sudah pasti Naruto. Tidak ada orang lain yang akan melakukan itu selain Naruto.

"Ck, lo apaan sih Nar?" kesal Hinata sambil menjauhkan tangan Naruto dari hidungnya yang sudah memerah.

"Kebo banget sih, di paggilin dari tadi juga." Naruto berdecak kesal lalu turun dari ranjang. Hinata hanya bisa mendengus sambil mengusap hidungnya yang merah, Naruto mencubitnya keras dan tidak main-main.

"Sakit," keluh Hinata sambil mengikuti pemuda itu turun dari kasur. Naruto menghentikan langkahnya lalu berbalik, dia menarik dagu Hinata agar gadis itu mendongak. Pandangan matanya tertuju pada hidung mungil Hinata yang memerah. Dia mendekat lalu mengecup pucuk hidung Hinata lembut.

"Maaf." ujarnya sambil tersenyum tipis.

Cukup, Hinata tak sanggup lagi. Naruto membuat jantungnya berantakan dan juga kedutan hebat. Ini tidak baik, sangat buruk untuk kesehatannya.

Tolong Hinata, dia hampir mati di buatnya.

Hinata merasakan jantungnya berhenti berdetak saat itu juga, dia bisa melihat dengan jelas sorot mata biru saffire yang biasanya menatapnya tajam kini menatapnya lembut. Ini aneh tapi bagi Hinata ini suatu keberuntungan. Dia memperjuangkan Naruto selama ini, perubahan sikap pemuda itu adalah tujuan utamanya. Dia harus bisa meluluhkan sikap keras kepalanya.

"I-iya gak papa kok." Gugup Hinata.
Naruto mengangguk dia kembali melanjutkan langkahnya keluar kamar sambil bersenandung kecil. Hatinya sedang sangat bahagia sekarang.

"Astaga naga, gue gak ngimpi kan?!!" pekik Hinata saat Naruto menghilang di balik pintu. Dia memegangi hidungnya yang tadi di cium Naruto. "Naruto jantung gue kedutan, tanggung jawab!!!" Jerit Hinata sambil mengigit bantalnya.


Next___

Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️Where stories live. Discover now