2. Sakit lambung

4.1K 327 142
                                    

Hinata merebahkan diri di ranjang periksa pasien, dia sangat mengantuk. Sekarang hari sabtu harusnya dia libur dan jalan-jalan tapi karena Gaara mendadak ada panggilan ke rumah salah satu pasiennya jadilah dia yang berjaga menggantikannya sampai nanti siang.

“Kenapa kliniknya sepi banget sih?” gerutu gadis itu sambil menghela nafas pelan. Dia sudah sangat bosan menunggu pasien.

Tiba-tiba lonceng berbunyi yang artinya ada pasien masuk ke dalam. Hinata melompat dari ranjang itu lalu berlari kecil ke arah pintu. “Selamat dat-” suara Hinata tertahan di tenggorokan ketika melihat seorang pria tampan berjalan tertatih-tatih memasuki klinik. Ketampanannya mampu membuat tubuh Hinata membeku di tempat. Pemuda itu memegangi perutnya sambil merintih pelan.

“Lo ngapain di sana bego? Bantuin gue!” Hinata tersadar dari lamunannya lalu berlari kecil ke arah pemuda itu. Dia memapah pemuda itu  masuk lalu membantunya merebahkan diri.

“Keluhannya apa Pak?” tanya Hinata sambil mengmbil stetoskop yang biasa di pakai Gaara.

“Pak, Pak. Gue bukan Bapak lo!” ketus pasien itu. Hinata mendelik horror, bisa-bisanya ada pasien sakit yang masih mengumpat. Hinata jadi curiga jangan-jangan dia mau ke rumah sakit jiwa bukan ke klinik.

“Oke, maaf. Mana yang sakit Mas?” gadis itu menyentuh perut Naruto dan sedikit menekannya. Dari tadi dia melihat Naruto merintih sambil memegang perut, feelingnya mengatakan pria gila ini terkena mag.

“Argh! SAKIT BANSAT!” Hinata mendelik tajam, pemuda gila ini benar-benar. Jika bukan karena dia pasien yang kesakitan sudah di pastikn Hinata akan langsung menendang bokongnya. Mulutnya benar-benar tidak bisa di kontrol.

“Masnya gimana sih? Sakit tapi marah-marah!” balas Hinata sengit.

“Gue gak akan marah kalau lo gak nekan perut gue yang sakit ya setan! Gue bukan tukang bakso jangan panggil gue Mas, jijik.” ujarnya sambil berdecih.

“Iya maaf Bang, bentar aku ambilin obatnya tadi udah makan belum?” tanya gadis itu sambil mencoba menahan emosinya yang meletup-letup.

“Bang? Sejak kapan Mama gue ngelahirin lo? Gak sudi gue punya Adek kaya lo ya!” sengit pemuda itu lagi.

Cukup, Hinata tidak sanggup meladeni pria gila ini. Dia benar-benar muak, kalau tau dapat pasien seperti ini lebih baik Hinata menolak menggantikan Gaara tadi.

“MATI AJA LO ANJING MATI!” Hinata menekan perut Naruto kuat hingga pemuda itu menjerit kesakitan.

"ARGH SETAN!!" jerit Naruto kesakitan.

Bayangkan penyakit mag mu sedang kambuh parah dan seorang dokter malah menekannya kuat-kuat? Apa tidak ngilu teman-teman?

***

Hinata menunggu Naruto selesai meminum air hangatnya, dia baru saja membantu pemuda itu meminum obat mag. Melihat kondisinya seperti ini sepertinya pemuda itu perlu di rujuk ke rumah sakit. Pemuda itu terlihat pucat meski Hinata sudah memberikan obat dan menyuntikan vitamin.

Setelah melalui perdebatan panjang prihal nama ahirnya Hinata tau pemuda gila yang selalu mengumpat itu bernama Naruto.

Naruto ya, Hinata akan mengingat itu dengan baik. Si pria gila yang punya mulut seperti naga.
“Gue rujuk ke rumah sakit ya, kayanya penyakit lo lumayan parah.” Hinata menuliskan beberapa kalimat di kertas rujukannya.

“Gak usah, gue gak bakal mati juga gara-gara ini. Gue balik aja,” ujar Naruto datar.

Hinata membanting penanya kesal, menghadapi manusia seperti Naruto itu butuh kesabaran seperti tango. Berapa lapis? Ratusan!

Gadis itu berjalan ke arah Naruto lalu dia menekan perut Naruto kuat hingga pemuda itu menjerit lagi, “SAKIT BANGSAT!!” pekiknya sambil mengerang kesakitan.

Hinata berdecih pelan, “Gitu lo bilang gak akan mati karena penyakit lo itu? Bego banget jadi laki-laki.” Hinata tidak peduli, pemuda bernama Naruto itu akan dia coret dari kandidat lelaki tampan yang mungkin saja bisa membuatnya jatuh cinta. Lelaki gila dan keras kepala, demi Tuhan itu bukanlah type Hinata.

“Brengsek,” lirih Naruto pelan, dia sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya ini dan gadis itu malah memperparah sakitnya. Dia curiga gadis itu bukanlah dokter atau perawat melaikan malaikat pencabut nyawa. Benar-benar kasar dan gila.

***

Naruto merebahkan diri di rajang rumah sakit, setelah isiden Hinata menekan perutnya kuat itu dia jatuh tak sadarkan diri hingga ahirnya gadis itu lah yang membawanya ke sini. Entah bagaimana cara gadis itu membawanya yang jelas dia terbangun di sini dalam keadaan tubuh lemah dan selang infus di tangannya.

Hinata kembali masuk ke dalam ruangan itu setelah mengurus beberapa data pasien, gadis itu menatap Naruto tajam. “Terakhir makan sekitar satu hari yang lalu dan perut lo itu cuma di sini kopi?” tanya Hinata tajam sambil melempar map berisi uji lab Naruto.

Pemuda itu berdecih pelan sambil membuang muka, dia kesal dan ingin mengumpat tapi tubuhnya tak bertenaga. Jangankan mengumpat, duduk saja dia belum sanggup.  “Kalau mau mati bilang aja sama gue, biar gue suntik mati.” ketus Hinata, dia mendudukan diri di kursi sebelah Naruto.

“Berisik,” pelan Naruto sambil memegangi perutnya yang masih terasa sedikit nyeri.

Hinata menghela nafas, pemuda gila ini benar-benar membuat kesabarannya habis. “Ayo bangun, sekarang udah jam makan siang.” Naruto tak begeming, pemuda itu kesal pada Hinata. Seenaknya menghakimi dirinya, da tidak suka ada orang lain yang bisa menyudutkannya. “Bangun sialan! Lo beneran mau mati gara-gara penyakit lambungmu hah?!” entah sejak kapan Hinata menjadi gadis pengumpat dan kasar. Sejak dia bertemu Naruto emosinya jadi mudah terpancing dan juga tak terkontrol.

“Badan gue lemas brengsek!” balas Naruto pelan. Jangankan bangun, beganti posisi saja tubuhnya tidak sanggup. Gadis itu sama gilanya ternyata, dia tidak memikirkan kondisinya yang hampir mati ini.

Hinata menghela nafas pelan lantas menaikan sadaran ranjang Naruto hingga posisinya tinggi, pemuda itu bersandar sambil menatap Hinata. Jika dia sehat sudah di pastikan dia akan mengumpat dan mencekik gadis itu, tapi sayangnya dia sedang tidak bertenaga sekarang. Dia hanya bisa pasrah ketika gadis itu menyiksanya.

Hinata mengaduk-aduk bubur hangat yang di sediakan rumah sakit itu, kemudian meniup sendoknya dan mengarahkan ke arah Naruto. Pemuda itu mendelik melihat makanan lembek yang terlihat menjijikan itu. “Gue gak sudi makan itu, gue mau nasi aja!” ujarnya sambil menatap makanan itu jijik.

Hinata menghela nafas pelan, “Lo mau makan nasi sekarang? Mau bunuh diri atau sengaja ngeprank malaikat maut? Lambung lo luka, tukak lambung lo itu udah parah ya dan lo gak akan boleh makan yang kasar-kasar sampai kondisi lo membaik!” tekan Hinata.  Hinata sangat tidak suka pasien pembangkang. Padahal dia sedang lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa kenapa harus protes? Memangnya apa susahnya menurut dan mendengarkan dokter? Itu semua demi kesehatanmu juga. Tolong pakai sedikit otakmu!

“Berisik, cepetan suapin!” ketus Naruto. Meski tubuhnya lemah dia masih bisa mengumpati gadis itu. Tolong siapa saja cekik Hinata sekarang. Dia sangat kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menghela nafas.

"Setan.." gumam Hinata sambil meniup nasi di sendoknya.
























Tbc gan!

Spam dulu biar lanjut

Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️Where stories live. Discover now