15. dekat

2.9K 317 81
                                    


“Lo beneran gak mau ngapa-ngapain gue kan?” tanya Hinata was-was saat pemuda itu berdiri sambil bersedekap tangan di depan dada. Sorot matanya tajam dan dingin seperti biasanya. Tak ada jawaban dari pemuda itu, Hinata mengasumsikan bahwa pemuda itu serius dengan ucapannya.

Hinata menurunkan bathrobe yang membungkus tubuhnya perlahan, pancaran sinar lampu menerpa kulit septih porselennya membuatnya mengkilap dan terlihat begitu manis. Naruto menahan nafas saat melihat kemolekan tubuh Hinata yang selama ini tersembunyi di dalam pakaian kebesaran yang sering gadis itu gunakan.

Naruto kira Hinata memiliki tubuh datar atau tepos seperti kelihatannya tapi ternyata tidak, gadis itu memiliki body sempurna terlebih di bagian dada. jujur saja Naruto tengah berusaha keras menahan nafasunya sendiri. Menahan diri itu sangat menyiksa.

Bahkan gadis itu masih terlihat seksi dengan perutnya yang sedikit membuncit karena makan terlalu banyak tadi. Naruto pasti sudah gila.

Hinata mundur beberapa langkah saat melihat Naruto mendekat, pandangan mata pemuda itu kelam dan berkabut entah kenapa Hinata merasa takut sekarang, “Lo mau ngapain?!” tanya Hinata takut-takut.

Naruto berhenti tepat di hadapan gadis itu lalu memegang bahunya, mata pemuda itu benar-benar gelap bahkan nafas pemuda itu terdengan berat dan memburu. “Pake baju lo sekarang, gue gak kuat liatnya.” lirih Naruto dengan suara beratnya.

***

Hinata mengamati Naruto yang tengah sibuk menggambar di ruang tamu, pemuda itu terlihat tampan dan juga maskulin ketika sedang fokus. Rahangnya yang tegas berpadu ekspresinya yang dingin membuat Hinata tidak bisa berpaling. Dia sadar, kian hari dia kian terjerat pada pesona pemuda itu. Pemuda yang ia paksa menjadi kekasihnya tempo hari. “Mau kopi nggak?” tawar Hinata pada Naruto. Naruto mengangguk tanpa menjawab seperti biasa. Itu bukan masalah, Hinata sudah cukup khatam dengan sikap ketus dan acuh Naruto dia tidak terkejut lagi.

Gadis itu menyeduh kopi untuk Naruto juga segelas susu hangat untuk dirinya sendiri. “Nih kopinya..” Naruto mengangguk dia meraih gelas kopi itu lalu meminumnya.

Hinata menengok ke meja dimana Naruto tengah sibuk dengan kertas-kertas sketsanya, “Lo lagi dapet pesenan Nar?” tanya Hinata sambil mengamati gambaran Naruto.

Pemuda itu menggeleng lalu melanjutkan kegiatannya, “Gak, ini baju buat pameran bulan depan.” jawab pemuda itu santai.

Hinata terlihat kagum hingga matanya berbinar-binar, “Wahh keren banget, ngomong-ngomong siapa yang mau pake baju ini? Pasti orangnya cantik ya? Dia model terkenal gak? Gue mau dong tanda tangannya mana tau nanti laku gue jual..” ujar Hinata antusias.

Naruto mencebikkan bibirnya sambil tersenyum masam, “Sayangnya dia cuma orang biasa yang gak cantik atau menarik sama sekali.” Naruto terlihat begitu kesal ketika mengatakan itu jadi Hinata mengasumsikan pemuda itu merasa tidak cocok dengan modelnya.

“Kalau gak cocok sama modelnya mending lo ganti aja deh, daripada lo ngerjainnya setengah hati kan nanti hasilnya gak bagus.” usul Hinata. Benar, Naruto bisa saja menggunakan model lainnya tapi sayang idenya sama sekali tidak keluar saat dia membayangkan gadis lain. Ide di kepalanya hanya bisa tertuang saat dia membayangkan Hinata.

“Pengennya gitu, cuma gak tau kenapa ide gue cuma bisa keluar kalau gue bayangin dia.” Naruto menghela nafas frustrasi, sejujurnya dia tidak mengerti dengan apa yang menimpa dirinya entah kesialan macam apa yang menimpanya kali ini yang jelas Naruto hanya mencoba bersikap baik sekarang.

“Emangnya dia siapa?” jujur saja Hinata penasaran siapa orang yang bisa membuat ide seorang Namikaze Naruto keluar lancar hanya dengan membayangkannya.  Gadis biasa yang di maksud Naruto itu pasti sangat luar biasa.

“Lo.”

Satu kata singkat bernada datar yang sanggup membuat tubuh Hinata membatu di tempatnya, “M-maksud lo?” gugup Hinata.

Naruto meletakan pensilnya lalu menyentil dahi Hinata keras, “Selain bego, lo juga bolot ternyata.” ujar Naruto. Dia beranjak dari duduknya lalu berjalan ke kamar.

Hinata merasakan pipinya bersemu merah, entah kenapa ucapan Naruto itu membuat hatinya menghangat. Perutnya seperti di terbangi ribuan kupu-kupu hingga bibirnya tidak bisa menyembunyikan senyum manis. “Gimana gak bucin kalau lo manis banget kaya gini Naruto..”

***

Naruto tengah berbaring di kasur sambil membaca pesan-pesan singkat di ponselnya sementara Hinata, gadis itu berbaring dengan santai menimpa sebagian tubuh Naruto sambil memeluk pinggang pemuda itu. Wajah imutnya berada tepat di dada bidang Naruto, mereka terlihat seperti pasangan romantis sekarang. Tapi yang terjadi sebenarnyaa bukan seperti itu, Naruto sudah jengah menghadapi Hinata, dia sudah memaki bahkan mengumpati gadis itu tapi Hinata masih saja menempeli dirinya. Semakin kuat Naruto berusaha melepaskan diri maka gadis itu semakin kuat melilit tubuhnya. Benar-benar menyebalkan.

“Emangnya kalau lo mau gambar baju tuh harus liat badan yang mau jadi modelnya dulu ya?” tanya Hinata mendongak. Naruto bergumam pelan sebagai jawabannya, terlalu malas meladeni gadis itu. Terserahlah dia ingin melakukan apa dia tidak akan peduli. “Kenapa? Kayaknya gak semua designer kaya gitu deh.” tanya Hinata lagi.

Naruto menghela nafas kesal, Hinata itu sangat cerewet dan menyebalkan. Berbicara dengannya benar-benar mengikis habis kesabarannya. “Dengerin gue. Setiap designer itu punya cara sendiri-sendiri selama kerja, gue suru buka baju itu kalau pelanggannya minta baju yang pas di badan. Baju-baju ketat yang membentuk badan intinya gitu. Gak semua gue suruh buka baju ya gak usah mikir aneh-aneh lo.” Naruto menatap gadis itu tajam.

Hinata mengangguk polos, dia ingin menyudahi acara tanya jawabnya tapi bibirnya terasa sangat gatal dan ingin terus bertanya. “Emangnya lo mau buatin gue baju yang pressbody? Gue gak suka baju kaya gitu Nar, gak nyaman.” keluh Hinata sambil menatap Naruto.

Pemuda itu mengangguk dia kembali fokus ke ponselnya dan mengabaikan Hinata, “Gue emang gak niat bikinin lo baju ukuran pas-pasan karena temanya bukan itu sekarang.” jawabnya.

Hinata tampak berfikir sejenak kemudian kembali bertanya, “Terus kenapa lo nyuruh gue buka baju?” tanyanya polos.

Skak mat, lidah Naruto terasa kelu untuk menjwab. Dia sendiri tidak tau kenapa dia melakukan itu, semuanya terjadi begitu saja dan di luar kendalinya. Dia melakukan itu tanpa sadar.

“Udah malem mending lo tidur,” pemuda itu menarik kepala Hinata yang sedikit terangkat untuk menatapnya supaya mendekat kembali ke dadanya.

“Nar jawab dulu..” rengek Hinata dia berusaha melepaskan diri namun Naruto menahan kepala gadis itu.

“Tidur Nat, besok kerja.” elak Naruto sambil memainkan kembali ponselnya.

“Gak mau, jawab dulu..” Hinata masih berusaha keras merengek meminta jawaban ada Naruto. Pemuda itu jelas kebingungan meski dia berhasil menutupi ekspresinya dengan wajah datar.

“Tidur sayang..” untuk pertama kalinya Hinata mendengar Naruto memanggilnya sayang tanpa permintaannya. Entah kenapa hal itu membuat tubuhnya membeku dan aliran darahnya memanas, pipinya memerah lalu perlahan dia mengangguk pelan. “Tidur ya, udah malem.” pemuda itu mengusap kepala Hinata lembut lalu mengecup pucuk kepala Hinata pelan, “Selamat malam.”

Naruto menghela nafas lega saat Hinata tidak lagi mempermasalahkan itu. Otaknya tiba-tiba kacau saat gadis itu menanyakan hal itu. “Gue kenapa sih?” batin Naruto menjerit kacau.



Tbc gan!

Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️Where stories live. Discover now