6. Butik

2.4K 308 61
                                    

Hinata bersenandung kecil sambil menatap jalanan, dia sedang di mobil bersama Naruto. Pemuda galak dan juga judes itu tetap mengantarkannya meskipun mulutnya tidak berhenti mengumpat. Dia pria baik, sejauh ini itulahyang Hinata simpulkan meskipun dia terlihat kasar dan juga dingin dari luar.

“Kita udahan aja ya, pliss gue gak suka bercanda kaya gini.” ujar Naruto saat berhenti di lampu merah. Wajahnya terihat muram dan juga kesal.

“Kok udahan? Kamu gak sayang sama aku apa?” tiba-tiba nada bicara berubah. Dia berbicara seperti balita yang takut di tinggalkan orang tuanya, “Gak mau, gak mau putus..” gadis itu merengek sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya lucu.

“Gak bisa Nat, kita kan bisa temenan gak harus pacaran. Gue itu udah gede bukan waktunya bercanda lagi, gue butuh pasangan serius Hinata.” Naruto menjalankan mobilnya lagi, tatapan matanya luturus ke depan. Sorot matanya begitu dingin dan tajam.

“D-daddy,” lirih Hinata pelan sambil menatap Naruto dengan puppy eyesnya.

Naruto mencengkram erat setirnya, beruntung mereka berada di tengah jalan jadi dia tidak bisa melakukan apa-apa pada gadis itu. Gadis bodoh yang berbicara seenaknya. Menyebalkan! Sialan! Brengsek! Gadis gila itu benar-benar.

“Harus berapa kali gue ngomong Nat, jangan panggil gue gitu?!” Naruto berkata tajam dan datar tanpa menoleh pemuda itu mencengkram setiranya kuat hingga buku jarinya memutih. Gadis itu tidak tau seberapa berbahayanya ucapan lirihnya itu. Dia pria dewasa oke? Dia harusnya ingat itu.

“Dad-”

“Oke kita gak akan putus! Bangsat!” umpat Naruto dia membelokan mobilnya di klinik tempat Hinata bekerja. Hinata tersenyum lebar lalu mengangguk patuh.

Dia melepas seatbealtnya kemudian mengecup pipi Naruto sekilas, “Semangat kerjanya sayang, love you.” Hinata tersenyum lebar lalu berlari keluar. Meninggalkan Naruto yang membeku di tempatnya dengan nafas mulai tak beraturan.

“Sialan!”

***

Hinata tersenyum manis saat memasuki kliniknya, dia berhasil membuat Naruto kalah. Itu adalah hal yang sangat menyenangkan baginya. Pria pemarah itu bisa mengalah dengan mudah, sekarang Hinata tau cara untuk membuat Namikaze Naruto tunduk di bawahnya.

“Pagi Nat,” sapa Gaara saat melihat gadis itu memasuki kliniknya.

Hinata mengulas senyum manis lalu mengangguk, “Pagi,” ujarnya semangat seperti biasa. Dia langsung masuk ke ruangan ganti untuk menukar pakaiannya dengan baju perawat yang biasa dia pakai di sini.

Hari senin ini pasti akan sibuk dan dia akan sulit mengabari kekasihnya itu. Semoga dia tidak meminum kopi untuk ganti makan sianganya.
Sementara di tempat lain Naruto sedang berbincang-bincang serius dengan beberapa orang berstelan rapih, dari sekian banyak orang itu hanya Naruto lah yang berpakaian santai. Pria dewasa itu menggunakan stelan kaus pulos hitam kemudian di lapisi kemeja kotak-kotak. Dia tidak peduli dengan penampilannya lagi pula Naruto bukan model yang harus berpakaian fashioneble dan juga trendy. Dia hanya designer ingat, dia menciptakan mode bukan memakainya.

Setelah berbincangan alot itu ahirnya Naruto menyelesaikan diskusinya, dia akan mengikutsertakan dua buah rancangan model bajunya. Pameran ini cukup bergengsi sehingga butuh perjuangan ekstra untuk mengikutinya. Beruntung Naruto berhasil setidaknya dia bisa kembali ke butik dengan hati bahagia.

“Sampai jumpa tiga bulan mendatang,” ujar salah seorang pria berdasi di sana sambil mengulurkan tangan.

Naruto menerima uluran tangan ilut lalu mengulas senyum tipis, “Terimakasih atas kerja samanya.” ujar Naruto yang di angguki oleh orang tersebut.

Naruto melepas kemejanya sambil berjalan menuju mobil menyisakan kaus tipis yang membalut tubuh atletisnya. Pemuda itu menghela nafas pelan, tinggal satu lagi pekerjaannya sekarang. Pemuda itu melajukan mobilnya kencang menuju butik tadi karyawannya menelepon jika kliennya sudah sampai di sana. Jadwalnya sangat padat bahkan makan pun pemuda itu tidak sempat. Sepanjang jalan Naruto hanya di isi keheningan, kepalanya lumayan pening jadi dia ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan pergi tidur.

“Siang Pak.” sapa seorang karyawan perempuan yang melihat Naruto memasuki area butik.

“Hn,” jawab Naruto acuh, dia berjalan cepat melewati beberapa ruangan kemudian masuk ke ruangannya setelah memangil kliarnnya masuk.

“Maaf membuat anda menungu, jadwal saya sangat padat.” sesal Naruto sambil menatap dua orang calon pengantin yang tadi menunggunya.

“Iya tidak masalah, kami tau anda orang yang sangat sibuk.” ujar si laki-laki itu.

Naruto mengobrol sejenak bertanya prihal model baju yang dua orang calon pengantin itu inginkan. Mereka mulai tenggelam dalam obrolan serius mereka bertiga.

Sementara di luar sana seorang gadis cantik berjas putih memasuki area butik itu sambil menenteng kotak makanan, dia terlihat mengamati butik itu sambil mencocokan dengan alamat di kartu nama Naruto yang ia curi tempo hari.

“Permisi, ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang karyawan butik saat melihat Hinata kebingungan di sana.

“Itu Mbak, ini beneran butiknya Naruto kan?” tanya gadis itu ragu-ragu.

“Iya ini bener butiknya Pak Naruto, ada yang bisa saya bantu.”  tanya karyawan itu ramah. Dia sedikit aneh melihat penampilan Hinata yang mirirp seorang perawat tapi kenapa dia berkeliaran di sekitar sini?

“Gak kok saya cuma titip ini aja ya, bilang aja tadi Hinata ke sini ngantar makanan. Kalau dia nanya aku dari mana bilang aja ikut atasan ngecek pasien di deket sini makanya mampir.” ujar Hinata. Karyawan toko itu hanya mengangguk lalu menerima kotak makanan itu. “Yaudah ya Mbak saya duluan,” Hinata sedikit membungkuk lalu berlari kecil dimana Gaara menunggunya di mobil.

Hinata tidak berbohong dia memang ikut Gaara hari ini dan kebetulan melewati daerah ini gadis itu memutuskan untuk membelikan makanan kekasihnya itu, dia yakin Naruto sangat sibuk da melupakan makan siangnya. Meski baru menjalin hubungan keiasaan Naruto itu cukp mudah di hafal. “Emangnya dia siapa Nat?” tanya Gaara saat gadis itu kembali memasuki mobil.

Gadis itu mengembangkan senyumnya sambil menjawab, “Pacar baru,” gadis itu mengucapkannya dengan santai seolah orang yang di ajak bicaranya bukan Gaara. Gaara, kalian ingat kan? Iya dokter tampan yang mencintai gadis itu. Hinata mengatakan itu secara langsung di depan Gaara tanpa memikirkan perasaan pemuda itu sama sekali. Jika kalian ada di posisi itu apa kalian akan sanggup?

Gaara hanya bisa tersenyum tipis meski dia tidak bisa memungkiri ada bunyi retakan hebat dari dalam hatinya. Sakit sekali.




Tbc gan!

Met taun baru yak! Terimakasih sudah menemaniku sepanjang tahun 2020 semoga kita tetep berteman sampai tahun-tahun berikutnya!

Panjang umur sayang-sayang aku💚

Cold Boyfriend | Namikaze Naruto✔️Where stories live. Discover now