"woy silan lu"

"ban**at main lari aja ngak tanggung jawab"

Telinganya menagkap suara makian mereka tapi siapa perduli disaat seperti ini?. Kedua maniknya memelabar kendati menyadari apa yang ditangkap matanya, tapi teriakan sosok bak preman kembali mengigatkan Fran akan situasi. Tanpa pikir panjang Fran melompati meja yang tengah diangkat dua orang, lalu menyengol seorang wanita tengah membawa setumpuk kertas seketika lebaran kertas berhamburan. Dirinya benar-benar membuat berbagi kekacauan.

Tubuh Fran yang tinggih dan ringan membuatnya nampak piawai dalam hal melarikan diri, namun lelaki kekar nampaknya tak mau jua melepaskanya, bak telah terobsesi ditambah segala emosi yang meronta-ronta.

Parkiran. Kini Fran semakin bingung kendati matanya disuguhkan berbagai jenis mobil berjejer rapih, kedua maniknya tertuju pada seorang wanita bersurai hitam pendek tengah berdiri tepat didepan mobil dengan pintu masih terbuka lebar tanpa pikir panjang Fran langsung mendorong sang wanita memasuki mobil siber bersamanya.

"Buruan jalan..!. " Perintah Fran pada seorang wanita berambut panjang tengah mengememudi mobil.

Wanita disampingnya dan seorang wanita lain yang menduduku kursi pengemudi itu bingung bukan main, saling menatap melempar tanya tanpa bersuara. Mimik bingung dan aneh tercetak jelas pada wajah putih mereka.

"Woy bicah breng*ek"
Suara bulat menakutkan dari preman memecahkan keheningan, wajahnya kini nampak berapi-api, rahang tegas diikuti jidatnya yang melipat-lipat dengan benjolan merah ke biruan betukuran cukup besar menghiasi jidatnya. Bisa diperkiran sekeras apa Fran menendang kaleng itu dan seberapa sakit kepalanya.

Gas ditancapkan, mobil silver melesat cepat meninggalkan sang preman yang masih sempat mengejar saraya meneriakan berbagai umpatan, makian bagai air terjun dari kedua bibir hitamnya.

~*******~

(Fran prof)

Kedua maniku mengawasi kaca belakang, sosok Preman kekar nampak semakin kecil hingga ahirnya lenyap dari jangkauan pandanganku. Kedua lubang hidungku mengembang menarik nafas panjang, mulutku mulai membuka hendak mengeluralan nafas dengan lega tapi apa ini tapi apa ini?
Ah, sialan ini tah seumpama keluar dari mulut singa masuk ke rumah serigala.

Empat manik menatap tajam kearahku entah apa maksut dari tatapan itu yang jelas firasatku berkata hal buruk akan terjadi. Wanita disampinhku menatap penuh selidik menelusuk setiap inci tubuhku, sudut bibirnya terangkat tapi bukan senyuman yang kini tersimpul dibibirnya justru sebuh kode soalah mengerti akan musibah apa yang menimpaku.
Dan jelas tanpa perlu memiliki kekuatan membaca pikiran pun sudah kupastikan wanita ini telah merencanakan hal menyebalkan untuku.
Sedangkan wanita dikursi pengemudi nampak dipenuhi emosi, persis seperti emak-emak yang liat anaknya main Hp dimalam ujian.

"Hahh.. Hahhh..."
Nafasku berderu tak karuan, sialan aku lupa nafasku tadi masih tertahan. Sungguh situasi ini membuatku lupa caranya bernafas dengan normal.

"Maaf aku numpang" Ucapku memelas, bagai seekor kelinci yang menjadi objek penindasan dua ekor serigala betina.

"Woy curut, lu pikir ini taksi apa main masuk aja. Pake bawa-bawa preman untung tadi Gue gak kena tonjok. " Kata wanita dikursi pengemudi penuh kesal.

" Udah Ren, dia juga kepet kok" Wanita diseblahku menengankan.

Syukurlah wanita ini mengerti keadaanku, ah sipa ya namanya otaku kembali mengingat namnya namun bukanya nama yang kutemukan otak ini justru memutar memori wajanyah putih berhias mata hazel yang ditangkap mataku, dasar otak gak guna.
Hanza? Itu nama cowok, Han... Zel iya benar Hanzel.

HeaAin Problem (REVISI)Where stories live. Discover now