Prolog

2.7K 142 17
                                    

Follow dulu authornya yow!
Arombai_

Spam komen juga boleh. Xixixi
Votenya jugaa yaa😚biar makin mangattss authornya.

Hujan deras mengguyur hutan yang padat dengan pepohonan.

Seorang wanita berjalan menyusuri jalanan becek di penuhi ilalang liar dan rumput yang tumbuh dengan subur. Kakinya penuh dengan lumpur yang melekat di sana.
Ia hanya bisa mendengar suara hewan-hewan hutan yang mulai menyapanya. Deruan nafas sangat terdengar jelas. Ia tampak kelelahan.

Setiap satu bulan sekali, ia pergi ke dalam hutan seorang diri.
Rumor yang beredar tentang penghuni hutan tidak membuat nyalinya menciut. Ia menggunakan lampu ublik sebagai penerangan.

Wanita yang biasa di panggil Bu tantri berumur sekitar 70 tahun itu mengetuk pintu rumah gubug yang berada di tengah hutan.

"Melbu nduk,"¹ Kata seorang wanita tua dari dalam. ¹(Masuk nak)

Rumah terbuat dari anyaman bambu itu tampak temaram. penerangannya terbuat dari lampu ublik kuno.
Kembang 7 rupa tertata rapi di atas meja kayu yang sudah reyot.

Rumah yang terdiri dari sepetak itu hanya ditinggali Mbah las seorang. Gentingnya berlubang di sana sini. Kayu penyangga rumah sudah memiring ke kanan dan ke kiri. Itu membuat Bu tantri was-was saat pergi ke sana.

"Mbah las, Kulo sampun mboten saget nerusaken. Yek nopo nek yugo kulo mawon sing nerusaken,"²
kata wanita itu setelah duduk di kursi panjang yang terbuat dari bambu.

²(Mbah las, saya sudah tidak bisa melanjutkan. Bagaimana jika anak saya saja yang meneruskan)

"Iyo nduk. Anakmu kudu nerusno. Nek gak mok terusno, dunyomu iso entek,"³

³(Iya nak. Anakmu harus meneruskan. Jika tidak, hartamu bisa habis)

"Sopo jenenge anakmu?"⁴ Lanjutnya.
Wajahnya memiliki guratan keriput yang begitu jelas.
Tulangnya dibalut dengan kulit tipis berwarna cokelat, juga terdapat bintik-bintik hitam.

⁴(siapa nama anakmu?)

"Agni Inir. Larene purun Mbah,"⁵

⁵(Agni Inir. Dia mau Mbah)

Tampak seseorang yang di panggil Mbah las itu merapalkan sesuatu.
Matanya terpejam dengan khusyuk
Mulutnya terus berkomat-kamit.
Telur yang berada di atas meja itu tiba-tiba pecah, lalu mengeluarkan cairan pekat berwarna hitam.

"Wes tak urus Kabeh. Putumu serahno sampe peng 3,"⁶

⁶(Sudah ku urus semua. Cucu kamu jadikan tumbal sampai 3 kali)

Mbah las segera menyuruh tamunya itu pulang dari sana sebelum matahari menampakkan diri.

*****

Pukul 02.35
Setelah memakan waktu yang cukup lama keluar dari hutan.
Akhirnya, Bu Tantri mendapati sopirnya sedang terlelap di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalanan. Hanya suara binatang yang terdekat samar-samar. Orang bisa melakukan apa saja demi mendapatkan harta yang melimpah. Meskipun harus menghadapi bahaya.

"Pak mad," Bu Tantri membangunkan pegawainya dengan wajah tegas.

Orang yang dipanggil pak mad itu langsung tergagap bangun.

"Baik buk," katanya dengan mengusap-usap wajahnya yang tampak lelah karena menunggu majikannya semalaman.

Mobil Toyota Camry berwarna hitam itu melesat membelah jalanan alas yang tampak sepi.
Di kanan kirinya hanya terdapat pohon-pohon besar yang sudah tampak tua.
Ilalang merambat dengan leluasa.
Dedaunan yang berserakan berhamburan saat mobil melintas.

Malam yang sangat menegangkan bagi supir yang mengantarkan majikannya itu ke tengah hutan.
Pak mad benar-benar tidak tahu apa yang dilakukan Bu tantri di dalam sana.
Ia tidak mau jika majikannya memecat dirinya karena menanyakan hal-hal yang tidak layak.

Menurut pak Mamad, Bu Tantri adalah orang yang keras. Ia sangat anti sosial dengan tetangganya.

*****

Mereka sampai di rumah tepat pukul 07.00
Tembok menjulang tinggi mengelilingi rumah megah yang berada di ujung pintu masuk desa.

Tinn..
Tin......

Seorang satpam mendorong gerbang cream yang tampak berat dengan tergopoh-gopoh.

Pak mad segera memarkirkan mobilnya di bagasi rumah.

Mereka, satu keluarga berkumpul di kamar khusus.
Seorang bayi laki-laki berada di atas meja dengan bunga dan dupa berjejeran. Asap menguar ke penjuru ruangan. Kedua tangan mereka di satukan di depan dada. Seperti orang yang sedang menyembah.

Bu Tantri mengambil bunga yang berada di meja, lalu membagikannya kepada Agni anaknya, dan Raksa menantunya.
Mereka segera melahapnya dengan menelan secara langsung.
Mata mereka masih tertuju pada bayi mungil yang akan mereka jadikan persembahan.

Malam-pun tiba, mereka sekeluarga pergi ke dalam hutan untuk menyerahkan bayi itu kepada Mbah las. Untuk syarat meneruskan pesugihan yang dilakukan Bu Tantri selama ini.

*****

Satu Minggu berlalu. Keadaan di dalam rumah mereka jauh lebih mencekam dari pada hari-hari bisanya.
Rumah yang megah itu hanya ditinggali 3 orang dan beberapa karyawan mereka.

Malam itu, Bu Tantri sedang terbujur kaku di tanah yang penuh dengan kotoran bayi. Sekujur tubuhnya terdapat luka lebam menghitam.
Ia terjatuh dari atas loteng rumahnya. Entah apa yang beliau lakukan di sana pada pukul satu dini hari.

Setelah kematian Bu Tantri, semua karyawan merasakan ada keganjilan di rumah itu. Bagaimana tidak, setiap malam seluruh karyawan selalu melihat Bu Tantri berada di kamarnya dan di atas loteng dengan mengarahkan pandangannya ke bawah. Rambutnya dibuat terurai panjang. Mereka juga mendengarkan tangisan bayi di seluruh penjuru rumah.

Satu tahun berlalu. Kini, tinggal Agni dan suaminya yang akan meneruskan Bu Tantri.
Sesuai perjanjian, dia akan mengorbankan bayinya lagi. Bayi mungil itu baru saja lahir satu bulan yang lalu.

Kekayaan mereka semakin melimpah ruah. Keluarga Inir kini semakin dipandang keluarga terhormat. Tetangganya di kampung tak pernah curiga dengan kekayaan mereka. Lantaran, mereka tahu bahwa keluarga Inir memiliki berbagai bisnis di kota. Mulai dari restoran hingga hotel.

Bu Agni dan pak Raksa terus menumbalkan anaknya hingga anak ke tiga.

Hingga, mereka kembali mendapatkan kabar bahagia. Bu Agni kembali mengandung anak ke-4 yang artinya, mereka akan merawat anak tersebut hingga dewasa. Anak itu juga yang nantinya akan meneruskan segala ritual di keluarga mereka, jika pak Raksa dan Bu Agni sudah tidak sanggup lagi melanjutkan hal tersebut.

Setelah menanti sekian lama, bayi itupun lahir. Seorang bayi laki-laki yang sangat tampan.

Arghani Inir. Begitu mereka menamakan bayi mungil itu. Seperti arti namanya, mereka berharap jika Arghani akan menjadi orang yang berani menghadapi bahaya.

Hari-hari berlalu, rumah yang dulunya sunyi dan mencekam itu sedikit berkurang sejak bayi itu lahir.
Kebahagian mulai terpancar dari keluarga Inir.

Hingga ada satu kejadian yang membuat satu rumah heboh.

Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini🤧🤏🙏

Next?👀ada yang baca ga?

PULANGNYA BALAKOSA (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora