6. Shame-Guilt

25.9K 2.6K 197
                                    

I Wanna Be Yours - Arctic Monkeys

+628129xxxxxxx

Hai Ray, ini Fiora. Kita beneran pacaran ya? Fiora awalnya kaget... rasanya nggak percaya banget. Tapi bener kan ya? Nggak bohong kan? Nggak boleh pokoknya, soalnya Fiora nggak mau ini bohongan!

Berarti selama ini Ray suka juga sama Fiora?
Ih, gemes banget! Love deh sama Ray.

Save nomor Fiora ya Ray. Makasi. Lovelove lagi.

Ohiya, besok berangkat ke kampus bareng nggak? Biasanya, kalo orang pacaran suka berangkat dan pulang bareng kan? Hehe. Love you 3000 <3

Ray mengernyitkan kening. Melihat dari notifikasi, nomor asing mengirim pesan kepadanya. Tidak sengaja membuka pesan tersebut yang ternyata dari Fiora—gadis yang baru saja menjadi pacarnya—pacar atau bukan—Entah harus menyebutnya seperti apa. He just said that they became a thing. That's it. Kernyitan di kening Ray semakin dalam tatkala sudah kepalang tanggung membaca pesan tersebut. Ia putuskan untuk tidak membalas.

Memangnya, untuk apa?

Lebih baik dirinya fokus ke aktivitas awalnya, membaca buku cardiovascular intervention—mengenai jantung—di kubikel perpustakaan.

Masih terekam jelas kejadian saat Ray berhadapan dengan gadis bernama Fiora di fakultasnya, tetapi Ray tidak ingin memikirkannya lebih jauh. Mungkin tidak sampai seminggu dirinya akan menyudahi hal ini. Sudah cukup dengan reaksi Veona yang melihat.

Sebab itu... tujuan dirinya mengiyakan perkataan gadis tadi bukan? Bukan untuk tantangan Axel.

Bukan atas dasar hal lain.

Axel, dalang dari ide yang membuat Ray ada di posisi ini, tanpa diundang menepuk pundaknya pelan, mungkin setelah akhirnya menemukan dirinya sedang membaca buku di sana.

"Betah banget di perpus. Padahal udah mau tutup."

Ray hanya berdehem tipis. 

Lelaki yang tadi sempat bertanya posisinya itu terkekeh. Sudah pasti berita mengenai dirinya dan gadis bernama Fiora telah terdengar. Ray bahkan yakin gadis bernama Fiora itu bisa mengirim pesan padanya karena mendapat nomornya dari Axel, saat Ray sadar Axel mengiriminya pesan serupa; kontak gadis tadi."Congrats, Man. Punya cewek baru nih sekarang? Gue tunggu traktiran lo nanti malam di Sannai. Lo kayaknya butuh banget minum." kekehan Axel mengejek. Ray tidak membalas, perhatiannya tetap berada pada buku yang sedang dirinya baca.

"She looks cute huh?" Perkataan Axel keluar masuk telinganya, tidak benar-benar didengar. "You're never with a cute girl, right?" Seolah sindiran, Ray ingin tidak mempedulikannya. "It will be a new experience though. Be mindful. Ya, after all Jevan was right, she's innocent. I mean, she's such a white girl. You get it?" Intonasi suara Axel diakhiri lebih tegas.

Tidak sejalan dengan ungkapan ide lelaki itu sebelumnya, yang dilakukan dengan bercanda.

Seharusnya, Ray tidak mencernanya.

Seharusnya, Ray tetap tidak mendengarkan.

Hanya saja tidak mampu ditepis, seolah memaksa meminta dipikirkan, Ray yang dasarnya bersikap tenang, mematri; apa kejadian tadi adalah hal yang patut diberi selamat? Ray mengeraskan rahang.

"A white girl. A good girl..." suara Axel memelan.

Menahan diri dari menyetujui yang Axel tuturkan.

BROKEN METEOR (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang