12. Kiss

491 108 8
                                    

⚠️ Warning 15+++ ⚠️

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Menatap dingin pada tumpukan dokumen yang kini tertata rapi di meja. Lisa memijit pelipisnya karena merasa sedikit pusing dengan kumpulan informasi itu. Markas hari ini mengirimkan dokumen-dokumen penting berisi informasi dan juga misinya selanjutnya.

Sebenarnya ada satu misi besar sehingga dia harus menyamar menjadi idol. Tapi karena perkiraan misi besar itu akan selesai dalam waktu yang cukup lama, Lisa juga diberi misi-misi lain selagi memukinkan. Tapi Lisa merasa ini terlalu banyak untuknya.

Lisa punya ruangan rahasian di gedung ini. Hal ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh Teddy di bantu dengan Juan. Sebagai mata-mata yang menjalankan misi, tentu mereka punya rekan lain yang akan membantu meringankan misi mereka. Dan rekan Lisa di Korea adalah mereka berdua.

Kedepannya mungkin akan ada orang lain yang dikirim jika keadaan tidak memungkinkan. Tapi Lisa tidak berharap itu terjadi. Dia ingin misinya disini cepat berakhir, dirinya takut jika terlalu lama disini dia akan nyaman dan membuka hatinya. Hal itu sangat bertentangan dengan prinsip yang ditekankan kepada seorang mata-mata seperti dirinya. Dilarang membawa perasaan dalam misi apapun adalah hal yang wajib.

Lisa menghela napas kasar sembari mulai membaca satu persatu dokumen itu. Omong-omong tentang kakinya, sekarang sudah jauh lebih mendingan. Badan Intelijen dunia seperti organisasinya tentu mengembangkan banyak sekali pengobatan medis yang sangat berguna dalam kondisi seperti ini. Ditambah terapi khusus yang dia jalani selama ini tentu secara diam-diam membuahkan hasil.

"Hmm, jadi tamuku selanjutnya adalah tuan Kim ya?" ujarnya sembari membaca semua informasi lengkap tentangnya.

Alis Lisa menukik saat melihat riwayat pertemuan dari tuan Kim. Ada nama Kim Taehyung disana. Lisa sampai membaca ulang dokumen tersebut, dan ternyata dia tidak salah baca. Seniornya, Kim Taehyung bertemu dengan tuan Kim satu minggu yang lalu.

Dirinya lantas merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Sebelum dia ingin menelepon seseorang, ponselnya berbunyi terlebih dahulu. Matanya terbelalak sesaat saat nama Sean muncul di layar.

"Apa?" tanya Lisa setelah menjawab panggilan tersebut.

"Kenapa kau ketus sekali padaku?" balas Sean terdengar melas. Sementara Lisa menghela napas pelan untuk meredam rasa emosinya. Entah kenapa dia merasa kesal jika mengingat atau mendengar apapun yang berhubungan dengan Sean.

"Maaf, aku merasa pusing sekarang," ucapnya lirih dan masih bisa di dengar oleh Sean.

"Hei kau baik-baik saja? Apa karena efek pengobatanmu?" tanya Sean cepat, dari suaranya terdengar dia sedang khawatir.

"Emm, bisa jadi. Hasilnya memang cepat, tapi tentu ada efek sampinya. Aku baik-baik saja."

Sean terdiam cukup lama, dan Lisa juga diam tidak mengatakan apapun. Dirinya juga tidak mematikan atqupun berniat untuk mengakhiri panggilan tersebut. Terdengar jelas helaan panjang dari telepon.

"Sean kau baik-baik saja?" tanya Lisa.

"Hmm, kau mengkhawatirkanku?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MONEY | LISAWhere stories live. Discover now