[Diary 22] Sebuah Keluarga

794 241 70
                                    

"Langit kaca di atas hati,selagi aku masih bernafas,kau akan selalu menjadibagian dalam diriku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Langit kaca di atas hati,
selagi aku masih bernafas,
kau akan selalu menjadi
bagian dalam diriku."

.....

****

Kedua alisku terangkat naik, terkejut sekaligus heran, “Apa boleh? Temanmu nanti bagaimana? Bukankah kau ke sini untuk menjemput temanmu?”

“Tidak apa-apa, dia punya banyak teman yang bisa memberi tumpangan.”

Aku jadi teringat beberapa larangan kecil dari orang tuaku, ‘tidak boleh pulang bersama orang yang tidak terlalu dikenal’, itu mungkin ada benarnya, terlebih lagi belakangan ini aku merasa seperti sedang diikuti seseorang.

Walaupun jarang.

Ah, lagipula Beomgyu adalah orang yang baik dan dapat dipercaya, dia adalah salah satu murid kebanggaan semua guru sekaligus teladan, semua pasti baik-baik saja.

Aku mengangguk setuju atas tawarannya.

Dia memberikan sebuah helm hitam satu lagi yang mungkin seharusnya dipakai oleh temannya, akupun memakai helm itu dan hendak bersiap-siap naik ke atas motor yang cukup tinggi ini.

Astaga, aku tahu kalau Beomgyu cukup tinggi dan tangguh untuk naik motor sebesar ini, tetapi aku tidak menyangka kalau dia mampu membawanya, motor ini tinggi sekali.

“Tunggu dulu,” cegah Beomgyu sebelum aku benar-benar akan naik.

Aku menoleh dengan ekspresi bingung, terlebih lagi melihat Beomgyu cepat-cepat melepas seragam almamater miliknya dan memberikan almamater itu kepadaku.

“Pakai ini untuk menutupi rok.”

Ah, iya, benar juga, motor besar seperti ini anginnya jelas terasa lebih kencang, rupanya Beomgyu adalah orang yang sangat pengertian, benar-benar hebat.

Rasanya dia seperti sudah merencanakan semuanya sejak awal.

Aku tersenyum tipis, tanganku mengikat lengan almamater Beomgyu pada pinggangku kemudian naik ke atas motor dengan nyaman.

Tak ada percakapan apapun selama kita berjalan selama lima menit, hanya ada suara dariku yang menunjukkan arah kepada Beomgyu agar tidak salah jalur, tanpa ada obrolan ataupun percakapan lain.

Ini adalah pertama kalinya aku pulang bersama orang selain keluarga, biasanya aku hanya akan pulang sekolah bersama ayah, kakak ataupun ibu, tidak dengan siapapun selain Jake dan Ryujin, rasanya agak malu dan canggung duduk bersama Beomgyu.

Lalu satu hal lain yang selalu membuatku bingung.

Entah mengapa aku merasa kalau aku selalu saja bertemu dengan Beomgyu secara tidak sengaja, entah saat ada di dalam sekolah ataupun pulang sekolah.

Fortune Diary [TXT - Beomgyu]Where stories live. Discover now