[Diary 46] Lucid Dream

622 211 70
                                    

"Di pinggir sungai yang indahtempat biasa kita bertemu,kita akan selalu tersenyum satusama lain dan percayatanda syarat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di pinggir sungai yang indah
tempat biasa kita bertemu,
kita akan selalu tersenyum satu
sama lain dan percaya
tanda syarat.
Karena didalam sakit atau sehat ...
kita saling berbagi senang dan sedih."

....

****

Suara-suara dari kicauan burung ataupun keheningan hutan seakan membangunkanku pada pagi hari yang tidak terduga.

Tempatku berbaring saat ini adalah sebuah rumah yang sedikit aneh, lantai di bawah kakiku terbuat dari keramik retak atau pecah bahkan beberapa bunga atau rumput tumbuh di sela-selanya.

Pintu yang terbuat dari kaca benar-benar terlihat begitu cantik seperti kristal saat disinari oleh matahari.

Saat aku memutuskan untuk keluar ada hamparan hutan hijau yang begitu cantik dan teduh, beberapa orang berlalu lalang di hadapanku seakan menikmati suasana hutan yang sama, apakah aku sedang bermimpi?

Ketika kakiku melangkah satu persatu keluar dari rumah, aku menghirup udara yang begitu bebas, entah mengapa aroma serta suasana sunyi dari hutan rindang ini membuatku merasa tidak asing.

Rasanya seperti pernah tinggal di tempat ini.

Aku terus berjalan hingga seperti mencapai perbatasan, yakni sebuah sungai yang panjang namun tidak terlalu lebar.

Karena airnya jernih sekali, aku bisa melihat pantulan wajahku di sana seperti sedang berkaca, entah mengapa air itu terlihat segar sekali.

“Hiks, mengapa ini terjadi padaku … hiks, apa salahku ….”

Aku terbelalak ketika mendengar seseorang seperti sedang menangis, aku menoleh mencari-cari asal suara, rupanya tangisan itu berasal dari seorang lelaki seumuranku yang sedang duduk di tepi sungai.

Baju berwarna putih bersih miliknya benar-benar terlihat begitu cantik.

“Hei, kau tidak apa-apa?” tanyaku seraya mendekat.

Dia menoleh padaku dan entah mengapa aku menjadi begitu terkejut ketika menyadari orang ini benar-benar persis seperti seseorang yang kukenal.

Lekukan wajah, mata, hidung, bibir, semuanya mirip sekali seperti Beomgyu, seakan mereka berdua serupa walaupun tatapan matanya terlihat berbeda.

“Pergilah, aku hanya ingin sendirian, lagipula, tidak ada yang menyukai kehadiran orang buruk rupa sepertiku.”

Uh, apa yang dia katakan? Buruk rupa?

Ada air sungai yang jernih di hadapan kami, mengapa dia tidak mencoba untuk berkaca? Wajahnya itu bahkan seperti tokoh komik.

“Kau memiliki wajah yang tampan, pakaian yang bagus, walaupun aku yakin kalau kau bukanlah dia tetapi wajahmu mirip sekali seperti Beomgyu. Lalu apa yang kau sebut buruk rupa?”

Fortune Diary [TXT - Beomgyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang