Part 4 - Hukuman Pagi

Start from the beginning
                                    

"Ha?"

Axelle melempar tasnya pada Lucya yang dengan gesit memeluk tas itu. Tidak berat, sama sekali tidak berat. Tas hitam itu seperti tidak ada isinya. Lucya menentengnya sembari menggoyangkan tas tersebut yang benar-benar ringan. "Niat sekolah enggak sih dia?" Gumam Lucya Lalu dia mengangkat tatapannya dari tas itu pada Axelle yang sudah memanjat gerbang.

Lucya membulat, berbeda dengan pak Kasim yang hanya geleng-geleng kepala, sudah terbiasa dengan kelakuan Axelle. Tentu saja, Axelle sudah sangat langganan terlambat sampai ia harus memanjat gerbang sekolah yang mana pak Kasim sendiri tidak bisa menghentikan aksi anak muda itu.

Begitu ia sudah di atas gerbang, Axelle melompat dengan mudahnya dan mengibas rambutnya lalu menatap Lucya yang masih bergeming ditempatnya dengan mulutnya yang sedikit terbuka. "Lempar sini tas gue."

Lucya mengerjapkan matanya dan menatap tas milik Axelle beberapa detik hingga sebuah ide muncul dalam otaknya. Ia mengangkat kepalanya, menatap Axelle. "Bujuk pak Kasim bukain gerbang buat gue dulu." Ucap Lucya yang membuat satu alis Axelle naik.

"Ogah. Bujuk sendiri lah." Tolak Axelle mentah membuat Lucya mencibirnya.

"Ya udah ya tasnya gue buang nih." Ancam Lucya. Berharap itu ampuh. Meskipun ia sendiri ragu Axelle akan menurutinya, mengingat tasnya ini tidak ada isi, well, tasnya branded yang membuatnya yakin Axelle akan menyelamatkan tasnya.

"Iya, udah buat lo aja tasnya, enggak ada isi ini."

"Pasti KW ya tas lo? Makanya lo bodo amatin." Celetuk Lucya yang mengundang kekehan kecil dari Axelle.

"Tas segitu mah enggak ada harga buat gue. Ambil aja, jual, hasilnya buat suap pak Kasim biar bukain gerbang buat lo." Tanggap Axelle sebelum membalikan badannya, hendak pergi dari situ.

Lucya buru-buru memasukan tangannya di sela pagar dan menarik ujung jaket Rangels Axelle. "Bantuin bujuk pak Kasim dong. Please banget, banget, banget. Jadi cowok baik dikit dong lo, ish."

"Dapet apa gue bantuin lo?"

"Apa aja yang lo mau. Janji." Sadar apa yang telah ia ucapkan barusan, Lucya langsung mengatupkan kedua bibirnya tapi terlambat, kalimat-kalimat itu sudah terlanjur ia ucapkan dan Axelle juga sudah mendengarnya dengan jelas. Sial!

"Apa aja yang gue mau? Wah, bakal seru nih. Udah janji segala lagi." Axelle menyeringai penuh kemenangan. "Pak Kasim, bukain gerbangnya. Gaji perbulan bapak dari saya nanti saya naikin."

Lucya menatap bengong, mendengar ucapan Axelle barusan. Namun ia tidak memiliki waktu untuk berpikir mengenai itu lagi. Saat gerbang terbuka, dengan segera Lucya masuk dan berniat berlari untuk ke kelasnya, sebelum ada guru yang menangkapnya, ketika sebuah tangan mencekalnya. Lucya berbalik, menatap Axelle dengan kerutan di dahinya.

"Inget, lo udah janji sama gue."

"Iya-iya, bawel. Udah lepasin, gue mau masuk nih, keburu ketahuan guru ih." Lucya menarik-narik lengannya yang di cekal Axelle.

"Gue kasih tau pas pulang sekolah apa yang gue mau. Awas lo kalo berani kabur." Ancam Axelle sebelum ia melepaskan Lucya yang langsung berlari terbirit ke arah gedung IPS dengan sedikit kesusahan menenteng tote bag-nya yang berisi buku-buku paket.

Axelle mengedarkan pandangannya sebelum melangkahkan kakinya ke arah gedung MIPA. Lihat saja, Jika Lucya berani kabur atau tidak menepati janjinya, ia akan terus mengejar gadis itu dan tidak akan mengembalikan kalung Ursa Minor milik gadis itu, karena ia sudah berencana akan membuat persyaratan dengan gadis itu jika ia menginginkan kalungnya kembali. Jadi Axelle akan memiliki dua permintaan apapun yang ia mau pada gadis itu.

AXELIONWhere stories live. Discover now