ĄLARÍC || 49 (END)

Mulai dari awal
                                    

"Yaudah gak jadi."

"Eh iya-iya aku merem nih." Alaric menutup matanya rapat-rapat. Awas saja kalau Adel kembali menipunya.

1 detik

2 detik

3 detik

"Kok lama banget! Pasti kabur lagi."

Alaric hendak membuka matanya namun ditahan oleh tangan mungil Adel. "Sabar elah," ketus Adel.

"Buruan, pegel ini." Alaric kembali merengek.

Pegal katanya?! Memangnya sesusah apa menutup mata? Dan kenapa Alaric jadi begitu? Efek rindu kali ya.

Cup

Alaric membeku di tempatnya. Barusan dia merasakan benda kenyal menempel di bibirnya, tapi hanya dua detik. Namun naas, saat Alaric membuka matanya Adel sudah tidak ada dihadapannya, bahkan tidak ada di ruangan itu.

"Gemes, tapi bentar banget. Padahal mau lagi."

-o0o-

Setelah kejadian di ruang musik tadi Adel benar-benar tidak berani untuk sekedar bertemu dengan Alaric. Lagipun dari mana dia dapat keberanian melakukan itu?

"Bodoh lo, Del!" Adel menggigit bibir bawahnya. "Nanti kalau Alaric marah gimana? Terus dia minta putus. Ihh jangan sampek."

Dia tengah bersembunyi di tempat yang menurutnya paling aman. Toilet perempuan. Semoga saja Alaric tidak nekat hingga mencarinya sampai sini.

Sudah sekitar 30 menit Adel di dalam toilet. Iya, dia sampai bolos. Padahal kalau masuk kelas lebih aman tadi. Sekiranya sudah aman Adel pun memutuskan keluar dari persembunyiannya.

Hap

"Coba sembunyi hm?"

Mampus!

Adel mencoba lepas dari Alaric yang menyudutkannya di tembok. "Ihh lepas gak?!"

"Turutin apa yang aku mau dulu."

"Males."

"Yaudah kita gini sampek pulang."

Adel mendelik kesal. "Lepas gak?!"

"Nggak mau."

"Terus mau kamu apa?"

Alaric tersenyum penuh arti. "Yakin mau nurutin kemauan aku?" Adel meneguk ludahnya susah payah. Otaknya sudah mulai kemana-mana.

"Jangan aneh-aneh!"

"Menurut aku ini gak aneh."

"Apa?"

"Tunangan sama aku ya."

Itu gak aneh kok. Enggak. Tapi mampu membuat Adel berpikir keras. "Tunangan? Kamu yakin? Apa gak terlalu cepat?"

"Kita tunangan bukan nikah," ucap Alaric lembut. Ada benarnya.

"Mama gimana? Kita perlu ijin mama 'kan? Orang tua kamu juga emangnya setuju?"

Sudah Alaric duga Adel akan bertanya seperti itu. "Tadi malam Bunda sama Ayah udah nemuin Mama kamu."

"Bukannya kalian baru pulang kemarin siang? Pasti capek. Lagian ngapain nemuin Mama?"

ALARICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang