"Rese banget sih lo!"

"Nil..." Ziko melipat kedua tangannya diatas meja, "jadi orang tuh jangan serius-serius banget. Cepat tua baru tau rasa lo!"

"Pantes aja gak ada yang mau sama cowok rese kayak lo!"

"Kata siapa?"

"Gue."

"Banyak yang mau sama gue, tapi guenya aja yang gak mau sama mereka."

"Sok kegantengan lo!"

"Memang gue ganteng."

Dari pada pembicaraan mereka semakin panjang, akhirnya Vanilla memilih untuk mengalah dan tidak lagi menyahuti ucapan Ziko. Semakin di sahuti, Ziko akan semakin menggila dengan sikapnya yang menyebalkan dan terlalu percaya diri.

Vanilla melirik jam di pergelangan tangannya. Jam makan siang sudah berlalu sejak setengah jam yang lalu. Itu tandanya ia harus segera kembali bekerja. Masih banyak pekerjaan yang harus Vanilla selesaikan.

Sembari membereskan barang-barangnya, Vanilla berkata, "Gue balik dulu ya. Banyak hal yang harus gue kerjain." Ziko hanya manggut-manggut karena sibuk menghabiskan minumannya.

"Bye," pamitnya di balas lambaian tangan oleh Ziko.

Segera Vanilla keluar dari cafe tersebut dan berjalan kaki menyusuri trotoar hingga tiba di butik miliknya.

***

Karena sebentar lagi natal, seluruh keluarga Gustavo sedang sibuk menghias pohon natal. Seharusnya sejak berhari-hari yang lalu, tetapi karena kesibukan masing-masing, akhirnya baru sekarang mereka bisa berkumpul, lengkap bersama Arsen dan Monic Gustavo yang baru tiba pagi tadi.

"Vanilla pulang..." Teriak Vanilla memberitahu penghuni rumah bahwa dirinya sudah kembali dari bekerja.

Ketika sampai di ruang keluarga, Vanilla di sambut oleh dua keponakannya yang langsung memberikan pelukan hangat sembari memamerkan pernak pernik hiasan yang akan di gantung pada pohon natal.

"Tuh, anak kesayangan Papi sama Mami udah pulang." Seru Jason menatap Vanilla dengan raut cemberut.

Vanilla menjulurkan lidahnya saat ia mendapat pelukan hangat dari Arsen Gustavo yang merindukan anak kesayangannya.

"Ich vermisse dich," ucap Vanilla memeluk erat Ayah angkatnya.

"Ich vermiss Dich auch."

"Das ist aber nur quatsch!" cibir Jason saat ia mendengar perkataan Vanilla.

"Jason..." tegur Monic membuat Jason kembali cemburut dan setengah hati melanjutkan aktifitasnya.

Dengan senyum mengejek, Vanilla menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Vanilla akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum bergabung dengan keluarganya yang lain.

Setengah jam kemudian, Vanilla kembali turun dengan piyama bergambar rusa dan menghampiri anggota keluarga lainnya yang masih sibuk menghias pohon natal. Kali ini, Jason dan Cathrine berdebat tentang penempatan lampu di pohon tersebut.

"Kids, jangan mencontoh sikap Om Jason, er ist kindisch." Ujar Vanilla pada kedua anak Rey yang sedang menyusun kado natal.

"Yes, aunty."

Jason yang mendengar kalimat Vanilla langsung menolehkan kepala dan memicing seolah menandakan bahwa ia siap mengibarkan bendera perang pada Vanilla. Sedangkan yang di tatap mengangkat bahu cuek dan berlalu menuju dapur untuk mengambil segelas air.

If You Know When [TELAH DITERBITKAN]Where stories live. Discover now