Bab 25

6.1K 1K 39
                                    

Lagi ngga mood nulis, hahahaha.
Maapkeun isinya dikit.















Satu bulan berlangsung dan akhirnya aku dalam perjalanan menuju ibukota untuk bergabung dengan orang tuaku, serta Valerie yang ikut dalam acara kali ini. Kami memang tidak bisa membiarkan Valerie sendirian di mansion Evolet dan meski dia berada di ibu kota, statusnya belum bisa membuatnya untuk bergabung dalam acara kerajaan yang berlangsung di awal musim dingin.

Kakek mengantar kepergianku dengan wajah puas karena waktu sebulan yang kuhabiskan di rumahnya memang begitu mengesankan. Sang Earl, nyatanya bukan orang yang konservatif dan malah membantuku berlatih untuk mengembangkan sihir bumi milikku.

"Kakek memang tidak memiliki bakat sihir sepertimu, Nak. Tetapi Kakek tidak akan melarangmu untuk mengembangkan bakatmu." Katanya di sela-sela hari di mana aku memulai latihan dengan kepala pengawal di kediaman sang earl. Beliau juga menjelaskan mengenai sebab penyihir bumi mulai menyusut.

Seorang bangsawan biasanya akan memunculkan bakat sihirnya ketika usianya tujuh hingga sepuluh tahun. Saat itu, jika mereka ingin mengembangkan sihirnya, maka mereka bisa berlatih dan memperkuat sihirnya sementara jika mereka menganggap bahwa sihirnya tidak berguna, maka mereka bisa menyimpannya dan lambat laun sihir itu akan melemah dengan sendirinya. Berbeda dengan Clara yang memang memiliki afinitas besar dalam bakat sihir bumi sejak bakatnya muncul, sihir tersebut akan menyakitinya jika dia tidak melatihnya meski pun tidak sesering yang dilakukan Arthur. Itulah sebabnya Clara masih bisa menggunakan sihir bumi sampai saat ini.

Aku lalu mengamati tanganku dan tersenyum puas karenanya. Aku merasa bahwa pelatihanku selama satu bulan bisa membuatku mempertahankan diri jika memang kehidupan Clara tidak bisa berubah dan mengikuti alur dalam game sekuat apapun aku berusaha untuk mengubahnya. Setidaknya, aku harus mempertahankan diri dan tidak pasrah begitu saja.

"Kita sudah sampai, Milady." Nancy memecah lamunanku. Kereta kuda lalu berhenti tepat di depan town house keluarga Evolet yang terlihat megah.

Seorang pelayan membantuku turun dan kepala pelayan Evolet sudah menungguku di depan pintu. "Selamat datang kembali, My Lady."

Aku mengangguk. "Di mana Ayahanda dan Ibunda?"

"His Lordship berada di ruang kerjanya dan berpesan untuk mengantarkan Anda untuk menemuinya begitu Anda sampai. Sementara Her Ladyship sedang menemui Young Master, My Lady."

"Ah. Begitu..." Aku tersenyum lebar. Sepertinya Arthur memang akan datang untuk saat ini dan memenuhi janjinya untuk menemuiku. Kepala pelayan lalu mengantarku ke ruang kerja ayah Clara yang sebenarnya kutahu dengan jelas berada di mana. Setiap tahun kami kan selalu di sini, paling tidak rumah ini sudah seperti rumah kedua untuk Clara.

Pintu ruangan kerja itu lalu terbuka dan seorang pria tinggi dengan surai pirang keluar dari sana. Untuk usianya sepertinya sebaya dengan ayah Clara. Kepala pelayan menunduk dan memberi hormat kepada tamu yang berlalu pergi dan begitu juga denganku yang sepertinya baru pertama kali melihatnya. Siapa dia?

Namun ingatanku sebagai Renata Indra yang bermain game Cherry Blossom tahu bahwa dia adalah Marquest of Bradford yang akan menjadi ayah angkat Valerie. Walau begitu, ada kepentingan apa sampai dia menemui ayah Clara saat ini?

Aku masuk ke dalam dan ayah tersentak kaget melihatku masuk ke ruangannya.

"Saya memberi salam kepada Ayahanda." Aku memberi salam. Mengamati ke sekitar dan tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Valerie di sana. Itu artinya sang Marquest tidak ke sini untuk bertemu dengan Valerie?

"Aku sudah mendengar kabar dari Kakekmu. Untungnya keadaanmu sudah baik-baik saja saat ini." Ayah Clara menghela napas lega. "Untung saja bocah Duncan itu ada di sana, bukan?"

Aku mengernyit. Apakah kejadian yang ayahku maksudkan adalah ketika aku mengalami kepanikan di mansion milik Kakek? Dan bukankah, pernyataannya barusan seperti aku telah mengalami hal serupa di masa lalu dan diselamatkan oleh Duncan?

"Saya kembali sehat berkat doa Ayahanda."

Ayah Clara menghela napas. "Kemarilah, Clara." Sang Count membuka lengannya. Meski canggung, aku mendekat dan memeluknya.

"Kau hampir membuat ibumu terbang ke tempat kakekmu dan membawamu pulang."

Aku merasa tidak paham dengan percakapan ini. Ketika mendongak, aku melihat ada gurat khawatir di wajah ayah Clara.

"Sebaiknya kau berisitrahat. Kita akan bertemu lagi nanti, Clara."

Aku mengangguk. "Terima kasih Ayahanda. Kalau begitu saya pamit terlebih dahulu."

Aku sampai di kamarku tanpa menemukan Valerie. Tidak masalah karena cepat atau lambat dia juga pasti akan menemuiku. Meski aku merasa bersalah karena meninggalkannya di rumah Clara untuk waktu yang lama.

***





Secret of Villainous WomanWhere stories live. Discover now