Bab 35

3.2K 455 35
                                    

Aku bisa mendengar sayup-sayup suara di balik pintu ganda sebelum pintu itu terbuka. Duncan berada di sebelahku masih tanpa bersuara. Aku, tanpa sadar mengepalkan tanganku dengan erat. Menjadi pemeran utama tentu bukan kebiasaan bagiku maupun Clara. Apalagi dengan sifat Clara yang kikuk dan sifatku yang malas menjadi sosialita, pesta kali ini tentunya menjadi rintangan tersendiri. Apalagi karena aku tahu, bahwa aku bersama para hero dan heroin menjadi bintang utama dalam pesta ini.

Menurut Arthur, alasan baginda raja dengan cepat mengadakan pesta ini karena tidak ingin nama baik dan reputasinya ternoda. Dengan monster bencana yang berhasil masuk ke dalam istana, tentunya menjadi pertanyaan mengenai keamanan dari pengelolaan istana. Dan juga, munculnya kekuatan Maximus yang adalah pengguna elemen api, membuat pergolakan di istana tidak bisa ditahan lagi.

Maka, pesta hari ini yang juga sebuah usaha untuk pengalihan isu, sangatlah penting untuk dilakukan secepatnya.

"Tenanglah Clara. Aku ada di sini." Duncan menepuk punggung tanganku lembut.

Suara dari penjaga pintu mengenai kedatangan kami mulai terdengar, bersamaan dengan aku yang mendongak sedang mencari kepastian di wajah Duncan.

Duncan menatapku dalam, seolah aku bisa melihat jiwanya dan terseret masuk ke dalamnya. Suara berisik yang sebelumnya kudengar, mulai menghilang dan nampaknya aku mulai bisa bernapas dengan baik.

Suara deheman seseorang terdengar.

Aku mengerjap. Menghilangkan semua mantra dan memerah malu ketika menyadari bahwa hampir sebagian bangsawan melihat kami dengan berbagai macam tatapan. Untuk para wanita dengan pengalaman lebih, terlihat maklum dan senang. Untuk para wanita muda, terlihat malu-malu dan terpesona. Sementara untuk para lelaki terlihat kikuk karena sebagian partnernya mulai mendambakan ditatap sedemikian rupa oleh pasangannya.

"Kurasa aku melakukan kesalahan?" Aku bergumam sambil menunduk. Sama sekali merasa kikuk dengan semua perhatian yang sedang tertuju padaku.

"Selamat malam, Earl of Duncan. Selamat malam, Lady Evolet." Para tamu lalu mulai menyapa kami. Sapaan yang biasanya hanya ditujukan kepada Duncan, mulai ditujukan pula untukku.

"Tidak, Clara. Tidak ada sedikit pun kesalahan yang kau lakukan." Balas Duncan di tengah sapaan. Aku bahkan hampir melupakan gumaman yang sempat aku keluarkan karena sibuk memasang senyum kikuk di wajahku.

Tidak lama kemudian, pemberitahuaan mengenai kedatangan dari adikku dan Valerie terdengar. Begitu pula dengan Maximus yang hari ini datang tanpa pendamping. Tentu saja, efek yang dihasilkan kedatangan mereka berdua cukup membuat perhatian terbagi. Dan untuk Maximus, cukup banyak atensi datang kepadanya sehingga aku cukup kasihan dengannya.

Selang sepuluh menit kemudian, penjaga pintu mengumandangkan kedatangan Baginda Raja dan Baginda Ratu serta Putra Mahkota yang terlihat tidak baik baik saja di mataku. Setidaknya, aku bisa melihat bibirnya yang sedikit pucat, dan ekspresi kepayahan dibalik senyum profesionalnya yang dia tampilkan di permukaan.

"Oh Tuhan..."

"Clara-" Duncan menarik lenganku. Seolah tidak membiarkanku untuk melangkah karena tanpa aku sadari, aku menjadi khawatir dengan keadaaan Theodore. Duncan menggeleng tegas dan membuatku tidak bisa melawannya.

Baginda Raja lalu berdeham. Memulai orasinya yang membuat semua bangsawan terdiam.

"Aku sangat bangga dengan para bangsawan muda yang berhasil menunjukan kemampuannya tempo hari. Seolah hal itu membuktikan mengenai masa depan cerah kerajaan yang kita cintai. Untuk kejayaan Kerajaan Alvarez!"

"Glory Alvarez!" Saut suara bangsawan kemudian. Suara dari musik mulai terdengar dan beberapa orang mulai berdansa. Berbeda denganku yang harus menyiapkan diri karena baginda mengirimkan orangnya untuk meminta kami yang terlibat dalam sihir penyegelan untuk menemuinya di ruangan terpisah.

"Kami akan ke sana." Duncan menjawab dengan tenang. Tangannya dengan erat masih menahanku, seolah dia takut untuk melepaskan tautan tangan ini bahkan untuk satu detik saja.

"Clara..."

"Ya?" Aku mendongak. Menunggu Duncan untuk meneruskan apa yang akan dia katakan saat ini.

"Kau-," dia berhenti sejenak. "Apakah kau-" Dia menghela napas. "Lupakan. Sebaiknya kita segera menemui Baginda sekarang."

Aku  menatap Duncan dengan aneh. Pria besar ini tidak pernah sekalipun terlihat ragu seperti saat ini. Ucapannya tempo lalu memang berhasil mengguncangku dan membuatku berpikir kembali. Tapi apa yang dia ucapkan kan baru perkiraan.

Bagaimana pun, jika aku mengulur waktu sampai Valerie resmi menjadi bagian keluarga Marquest, bukankah kesempatannya untuk menjadi tunangan sang putra mahkota lebih besar daripadaku? Jelas bahwa gelar Marquest lebih tinggi daripada Count yang ayahku miliki. Meski keluargaku memang memiliki serikat dagang terbesar dalam kerajaan ini.

Pintu hall lalu terbuka. Aku seolah melihat para pemeran Cherry Blossom dengan mata kepalaku sendiri. Setidaknya mereka benar-benar nyata dan bukannya hanya karakter dua dimensi yang biasanya aku mainkan melalui layar komputer.

Putra Mahkota berada di sebelah Saintess. Seolah dengan kedekatan mereka, Maggie bisa meringankan sakit yang Theo alami saat ini. Max dan Valerie duduk diam di satu sisi. Dan oh, bagaimana aku bisa melihat Marquest Nottingham yang duduk kursi sebelah Baginda Raja?

"Salam kepada matahari kerajaan." Sapaku dan Duncan begitu kami masuk.

"Mari lewatkan basa basi untuk saat ini. Kalian segeralah duduk." Perintahnya sambil lalu. Tatapan Baginda Raja jelas berbeda dengan tatapan beliau ketika berada di aula pertama dengan musik yang mengiringi. Tatapannya saat ini lebih terlihat gusar sekaligus khawatir.

Seolah dirinya melepaskan topeng yang barusan dia gunakan dan memperlihatkannya di depan kami.

"Bagaimana menutumu Nottingham?" Sang Baginda Raja mulai bersuara. "Kau adalah sahabat kakakku, kau pasti memiliki pendapat bukan?"

Aku mulai merasa bingung. "Bukankah faksi bangsawan mulai bergerak untuk membuat Max menjadi Putra Mahkota?"

"Paman-"

"Jangan menyelaku, Max." Baginda Raja mengangkat tangannya dan menatap tajam ke arah Max. "Aku bukan orang bodoh."

"Saya tidak akan berani berpikir begitu."

Sang Baginda Raja mendengkus. Tatapan matanya lalu beralih ke arah Valerie dan juga kepadaku secara bergantian.

"Bagusnya, kita memiliki dua bunga di situasi kita yang tidak menyenangkan ini. Bukankah itu hal yang bisa kita gunakan."

"Maaf?" Aku menyela tanpa sadar.

"Baginda, Lady Clara dan Miss Valerie bukan benda yang bisa dimanfaatkan." Theo terdengar gusar.

Baginda raja kembali mendengkus. Seolah dia juga kesal dengan sang putra mahkota meskipun aku tidak tahu mengapa hal itu terjadi. Jika saja sang raja tidak menyukai Max yang nantinya bisa menjadi duri dalam proses penobatan Theo, bukankah seharusnya dia lebih berbaik hati kepada putranya?

"Lady Evolet," Baginda Raja memanggil Valerie dengan suara lembut.

"Ya, Baginda." Jawabku mulai merasa tidak nyaman.

"Bagaimana menurutmu dengan menjadikan Miss Valerie sebagai anak angkat Marquest of Nottingham."

"Itu bukan ide yang buruk, Baginda." Jawabku tenang. Bagaimana aku tidak tenang jika alur cerita yang telah berulang kali aku mainkan mulai terjadi di hadapanku.

Aku berkata dengan yakin. Bersamaan dengan tatapan dari orang di sekitarku yang terasa menusuk. Memangnya aku berbuat kesalahan?

***

Secret of Villainous WomanWhere stories live. Discover now