Bab 8

8.2K 1.3K 58
                                    

Pertandingan seketika dihentikan. Lawanku yang berikutnya bahkan tidak ingin melawanku dan para pengajar di akademi mulai menghunuskan tatapan tajam kepadaku. Seorang healer menyatakan bahwa anak laki-laki dengan element angin yang sebelumnya menjadi lawanku tidak menderita cedera parah. Tentu saja karena aku hanya memberikan pukulan di belakang kepalanya untuk membuatnya pingsan. Sayatan yang ada di sekujur tubuhnya berasal dari gerigi kecil tajam yang kuciptakan di dalam segitiga. Sihir angin yang berusaha laki-laki itu gunakan juga menambah luka di sana sini. Nah logikanya, sihir anginnya yang terkungkung malah melukai tubuhnya sendiri, jadi di sini bukan sepenuhnya salahku jika banyak sayatan yang terlihat mengerikan.

Arthur menarik lenganku cepat. Membawaku berlari menjauh dari keramaian. Entah bagaimana caranya, aku bisa meloloskan diri dari tatapan tajam para pengajar itu.

Well, setidaknya aku masih sempat mengagumi arsitektur sepanjang koridor yang kami lewati sampai Arthur membuka pintu ganda dan membawaku masuk ke dalamnya. Arthur lalu mengucinya dengan sihir bumi yang kuat. Memberikan beberapa rapalan mantra di sana sini dan memastikan bahwa untuk beberapa saat ke depan tidak akan ada gangguan di dalam sini.

"Katakan kalau ini bukan ulahmu, Max!"

Aku berbalik. Melihat Maximus Laurent sedang bersidekap dengan tubuhnya bersandar di tembok. Rambut panjangnya tertiup angin dan membuatnya semakin mirip Legolas.

 Rambut panjangnya tertiup angin dan membuatnya semakin mirip Legolas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dia Legolas Sawyer. Jadi kau benar mengenalnya. Dia bilang kau adalah kerabat jauhnya."

"Legolas?! Legolas katamu?" Arthur berjalan dengan hentakan penuh amarah. Dia lalu membuka topiku yang membuatku mirip dengan Enola Holmes dan membuat rambut panjangku terurai. "Dia bukan Lego- siapapun itu. Dia adalah kakakku, Clara Evolet!"

Aku mendengar suara tersentak dari Maximus. Tatapannya terlihat tertarik kepadaku. Dia memang terlihat kaget dan terkejut. Tetapi aku juga bisa melihat kilat kekaguman di sana.

"Demi Tuhan Clara. Apa yang sedang merasuki kepalamu saat ini!" Arthur kembali berteriak. Jelas sekali dia ingin sekali mencekik leherku.

"Aku hanya ingin melihat-lihat, Kid-" Aku berhenti. Menelan ludah karena rasanya aku hampir melihat dua tanduk keluar dari kepala Arthur. "Arthur. Aku hanya ingin melihat-lihat tanpa berusaha membuat temanmu pingsan seperti tadi."

"Pria yang kau buat pingsan bukan temanku." Desis Arthur.

"Ya, baiklah. Dia bukan temanmu dan jelas bukan temanku karena sepertinya temanmu yang gegabah lah yang membuatku berdiri di arena." Aku mengadukan perbuatan Maximus. Jika Arthur tidak lagi berteman dengannya, itu tidak akan menjadi masalah karena dia tidak membutuhkan salah satu hero untuk ada di dekatnya.

"Kau mengatakan kau anak baru dan cukup linglung dibiarkan sendiri. Ayolah. Aku hanya berusaha membuatmu menjadi pahlawan di hari pertamamu di akademi. Setidaknya jika hal itu benar bahwa kau adalah murid di sini." Jelas dia mengolok-olokku.

Secret of Villainous WomanWhere stories live. Discover now