Bab 2

13.1K 1.7K 37
                                    



Aku menyesap earl grey yang mengepul hangat di dalam cangkir indah berwarna putih dengan aksen bunga berwarna emas dan menghela napas.

"Milady, apakah Anda yakin tidak apa-apa? Apakah Anda yakin saya tidak perlu memanggilkan dokter untuk memeriksa Anda?"

Aku meringis. Menyembunyikan wajah dengan berpaling ke arah lain. Aku juga meletakan cangkir teh dan menyesuaikan mimik wajah.

"Aku tidak apa-apa, Nancy. Hanya sedikit lelah karena tidak bisa tidur nyenyak semalam." Aku memberikan senyum meyakinkan yang mana membuat orang berpakaian maid bernama Nancy itu akhirnya berapas lega. "Kau bisa beristirahat. Aku akan memanggilmu ketika aku membutuhkanmu."

Nancy mengangguk patuh. Dia lalu undur diri dan meninggalkanku sendirian di dalam kamar yang Oh, My, Gwaaaad sangat terlihat mewah dan ekslusif. Kamar tidurku yang asli saja hanya berukuran tiga kali tiga meter. Berisi tempat tidur, lemari, dan meja kecil dengan biaya sewa yang cukup membuat dompetku menjerit setiap bulannya. Tentu saja itu kamar kecilku itu berbanding terbalik dengan kamar yang saat ini kutempati yang mana adalah kamar Clara Evolet.

Ya. Membutuhkan waktu tiga hari sampai aku benar-benar memastikan bahwa saat ini aku adalah Clara Evolet dengan kenyamanan dan kemudahan hidup yang dia peroleh sejak lahir. Karena terlalu fokus terhadap tokoh Valerie Alger, aku sampai lupa jika Clara Evolet adalah putri dari seorang Count yang cukup kaya.

Seharusnya dia puas dengan hidupnya dan tidak perlu iri dengan kehidupan Valerie. Setidaknya jika Leopold memang menyukai Valerie, Clara bisa berpikir pintar dan melepaskannya saja. Toh banyak yang akan menyukai Clara karena dia adalah putri dari bangsawan yang terhormat.

Dan jika itu terjadi....

Aku memang tidak tahu bagaimana aku bisa berakhir seperti ini. Aku sudah mencoba berbagai macam cara untuk bisa kembali ke kehidupanku sebagai buruh korporate bergaji minim dan masih gagal sampai saat ini. Entah itu adalah sebuah berkah atau kutukan. Mungkin aku akan kembali jika aku mati atau dibunuh oleh Leopold. Tetapi jika hal itu tidak sampai terjadi, dan jika aku bisa terus hidup nyaman sebagai Clara Evolet, aku sungguh tidak berkeberatan.

Aku lalu berdiri dan menatap bayangan di depan cermin. Meneliti wajah Clara Evolet yang bisa dibilang cantik dengan tubuh kurus semampainya. Clara Evolet memiliki rambut berwarna mahogani dan mata berwarna cokelat hangat. Kulitnya terlihat putih dan mulus karena tentu saja, selama hidupnya dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat. Dia memiliki ukuran dada yang biasa saja dengan pinggang ramping dan bokong yang biasa saja. Sudah kubilang bahwa Clara Evolet itu memang biasa saja dan terlihat membosankan. Delapan puluh persen peran wanita di Cherry Blossom adalah tokoh dengan ciri khas seperti Clara.

Dan yang membuat Valerie istimewa tentu saja karena rambut pirang keemasan dan mata jernih berwarna biru yang digambarkan seperti jelmaan malaikat. Bahkan kecantikan itulah yang membuat Clara ingin berteman dengannya.

Aku mencebik kesal.

Saat ini Clara belum bertemu dengan Valerie. Dia akan bertemu Valerie ketika mengunjungi bibinya yang sakit. Clara yang merasa bosan lalu berjalan-jalan dan diserang oleh perompak hutan. Di sanalah Valerie menolongnya dan mereka pun mulai bersahabat.

"Mungkin seharusnya kau tidak bersahabat dengan Valerie dari awal." Aku bergumam di depan cermin yang mana menampilkan wajah Clara. "Kau adalah jembatan bagi Valerie untuk memasuki ibu kota. Valerie bahkan menyeselaikan bencana yang menerpa Ibukota karena kau mengajaknya tinggal di rumahmu." Aku kembali bermonolog. Jika Nancy melihat perbuatanku, dia pasti akan semakin menganggapku aneh bahkan gila.

Tentu saja awalnya aku akan menggila ketika tahu-tahu memiliki tubuh yang berbeda. Namun anehnya aku segera sadar bahwa aku adalah Clara Evolet dan memiliki ingatan tentang masa lalu Clara yang tidak memiliki seorang teman pun. Astaga. Clara benar-benar menyedihkan.

"Milady," Suara ketukan lalu terdengar dan disambung dengan perkataan, "tunangan Anda datang untuk menemui Anda."

Huh?

Jika itu adalah tunangan Clara, maka itu berarti adalah Leopold Duncan.

Nancy lalu membuka pintu dan terlihatlah salah satu obyek pria berdiri di sana yang- Astaga! Sangat tampan, macho, berwibawa, ganteng, sempurna, namun sayangnya bersikap dingin kepada Clara.

"Kudengar kau sakit." Dia berkata tanpa sopan santun. Duduk di salah satu sofa dengan sikap arogan dan wajah terlihat malas. Sepertinya ada yang mengabarkan mengenai sikap anehku yang diindikasikan sakit dan melaporkannya kepada tunanganku –coret– tunangan Clara.

"Saya juga senang bertemu Anda, My Lord." Aku berkata dengan sarkas. Oke. Aku tidak perlu bersikap ramah terhadap orang yang akan membunuhku –membunuh Clara maksudku– di masa depan. Apalagi jika orang itu benar-benar tidak menganggap penting keberadaan Clara Evolet. Tenang saja Clara. Aku ada dipihakmu karena kau adalah diriku yang sekarang.

"Kurasa keadaanmu sudah lebih baik dari dugaanku." Leopold berkata sama sarkasnya. Menyatukan dua keluarga dalam ikatan pertunangan apalagi yang saling tidak menyukai, tidaklah baik. Aku bisa merasakan bahwa Clara pun tidak begitu menyukai Leopold. Walau pada akhirnya Clara akhirnya jatuh dalam jeratan cinta pria ini. Huh, memikirkannya saja membuat kepalaku sakit.

Seharusnya dia tidak perlu repot-repot datang ke sini. Tetapi –oh kenapa aku tidak memikirkan hal ini?!

Clara Evolet dan Leopold Duncan memiliki pertunangan bukan dilandasi oleh perasaan suka Clara atau sebaliknya. Pertunangan ini hanyalah formalitas dan perjanjian antara dua keluarga yang dulu sering kali berselisih paham dan menimbulkan ketidaknyamanan di istana. Karena raja yang tidak ingin selalu pusing memikirkan perselisihan Evolet dan Duncan, dia lalu memerintahkan pertunangan kami.

Dasar raja bedebah culas!

Jika aku menjamin bahwa tidak akan ada perselisihan meskipun pertunangan ini ditiadakan, maka aku bisa saja terlepas dari pertunangan tidak berguna ini. Dan maka, aku –maksudku Clara– bisa hidup paling tidak sampai dia menikah dan memiliki anak.

"Karena Anda sudah datang kemari, aku memiliki tawaran untukmu My Lord." Aku mengepalkan tangan. Berdiri di depan Leopold yang menyia-nyiakan wajah tampannya tanpa kehadiran senyum sedikit pun. Padahal di dalam game dia terlihat menyenangkan, mempesona, dan tergila gila kepada Valerie Alger.

Satu alis Leopold naik. Dia akhirnya sedikit menunjukkan ketertarikan kepada Clara Evolet.

"Aku ingin membatalkan pertunangan kita."

***

Secret of Villainous WomanWhere stories live. Discover now