Bab 10

8.4K 1.3K 37
                                    

Sejauh ini, rencanaku tidak bisa dibilang lancar meski aku menolak mendapatkan kegagalan. Seharusnya aku tidak mengusik Maximus dan mengupayakan pembatalan pertunangan dengan Leopold. Yang terjadi aku malah bertemu dengan Maximus dan saat ini sedang membaca surat darinya.

Oh. My. Gwaadh.

Tulisan tangan Maximus sangat rapi untuk seorang pria. Alfabetnya bahkan terlihat anggun sekaligus mantap sampai rasanya ingin sekali aku melaminasi dan memajangnya di dinding. Dalam suratnya, Maximus berurutan menjelaskan apa yang terjadi setelah aku pulang bersama Leopold. Mengenai para murid yang bertanya-tanya mengenai siswa misterius bernama Legolas Sawyer dan juga para pengajar yang sepenuhnya bungkam.

Aku tahu jika pengaruh Leopold ikut andil di dalamnya, dan aku juga tidak akan kaget jika Maximus menggunakan kuasanya untuk membuat para pengajar bungkam pun, ikut terwujud.

Aku menghela napas lega. Mulai membaca surat dari Arthur yang bertanya mengenai pelatihan sihir yang biasa Clara lakukan. Aku membalas tiap pertanyaannya, menyelami satu persatu ingatan Clara Evolet dan berharap bahwa aku bisa menjadi sosok kakak yang baik untuk Arthur.

Aku lalu berbaring di atas tempat tidur. Setidaknya, sampai saat ini aku masih aman dan tidak memiliki hubungan dengan Valerie Alger. Itu pasti hal yang bagus bukan?

Namun semua harapan itu hanya angan-angan karena satu minggu kemudian, ibu Clara pulang dari kediaman sang bibi dengan membawa serta Valerie.

Crap.

***

Nancy memberiku informasi ketika dia sedang menyiapkanku untuk menghadiri makan malam hari ini.

"Countess sudah pulang, My Lady. Her ladyship pulang dengan seorang gadis pirang."

Aku membeku untuk sesaat. Ibu Clara bukanlah tipikal wanita yang berbaik hati dan memungut orang sembarangan. "Bisa kau jelaskan seperti apa gadis itu, Nancy?"

"Dia memiliki mata biru dan rambut pirang strawberry, Milady. Kudengar, dia juga bisa menggunakan sihir elemen air dan bertemu dengan Her Ladyship ketika Her Ladyship akan kembali kemari. Gadis itu menolong ibu Anda dari para perompak gunung."

Tanganku mengepal kuat. Tentu saja takdir bodoh dari pembuat game tidak bisa dihindari. Jadi meskipun bukan aku yang pergi dan ditolong oleh Valerie, maka ibu Clara lah yang berakhir demikian.

"Apa Anda pikir gadis itu adalah salah satu anak bangsawan?" Nancy bertanya hati-hati.

"Sebaiknya kau simpan pikiranmu untuk dirimu sendiri, Nancy. Kita tidak tahu siapa yang mendengar ucapanmu."

Nancy membekap cepat mulutnya. Tidak lagi bersuara sampai aku selesai bersiap dan mulai berjalan untuk bertemu dengan Valerie Alger. Jantungku terasa berdegup lebih kencang. Secara tidak langsung, Valerie adalah penyebab kematian Clara. Itu berarti, kematianku untuk saat ini.

Pelayan membuka pintu ganda begitu aku sampai di depan ruang makan. Ayah Clara duduk di ujung meja seperti biasa. Ibu Clara terlihat tidak mempedulikan tamu yang ia bawa meski Valerie berada di sampingnya.

"Selamat malam Ayahanda, Ibunda." Aku lalu mengangguk kecil kepada Valerie karena di sini aku bersikap belum mengenal sosoknya. Aku tidak ingin mengetahui tentangnya, apalagi bersahabat kemudian memiliki sifat iri yang membuatku mati menggenaskan.

"Aku mendengar kabar bahwa kau berpergian bersama Duncan," Ibu Clara bersuara. "Sepertinya hubungan kalian menjadi lebih dekat dari sebelumnya." Aku melihat senyum lebar darinya. Dia tampak senang jika hubungan Duncan – Evolet ini berhasil.

Aku kembali tidak lagi berselera makan. Pilihan bijaksana adalah tidak menghadiri santap malam bersama orang tua Clara karena setiap pembahasan tidak pernah membuat hati Clara senang.

Aku berdeham. Melirik Valerie yang tampak kikuk dengan peralatan makan yang tersebar di sekelilingnya. Aku bahkan masih bingung penggunaan sendok untuk menyantap sup dan makanan biasa. "Apakah Ibunda mau memperkenalkan tamu kita?"

"Ah ya. Dia Valerie. Dan Valerie, dia putriku sekaligus tunangan Earl of Bristol." Countess of Birmingham tampak bangga di kalimat terakhir.

Aku mendengar decitan suara ketika Valerie dengan terburu-buru berdiri. Kursi di belakangnya bahkan hampir tumbang dan terjungkal. Dia berderap dengan semangat ke arahku, mengambil tanganku dan menyalamiku dengan semangat.

"Namaku Valerie. Kau pasti nona Clara, bukan? Aku sudah mendengar banyak hal menyenangkan tentangmu."

Aku merasa silau ketika melihat Valerie dengan semangat dan mata berbinar seperti anjing kecil yang selalu menungguku di depan kantor ketika aku masih di dunia asalku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merasa silau ketika melihat Valerie dengan semangat dan mata berbinar seperti anjing kecil yang selalu menungguku di depan kantor ketika aku masih di dunia asalku. Aku sering memberi anjing kecil itu makanan, dan sebab itulah dia menjadi sangat loyal kepadaku. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar si kecil saat ini ya?

"Kudengar kau bisa menggunakan sihir bumi?" Suara bersemangat Valerie membuatku kembali ke kehidupan Clara.

"Y-ya?" Aku memiringkan kepala bingung. Tatapanku terarah ke kedua orang tuaku yang mana adalah orang yang mengetahui bakat istimewa Clara. Selama ini mereka cenderung tidak mempedulikan bakat Clara karena mereka memiliki Arthur yang luar biasa dalam sihir bumi.

"Putriku juga pengguna sihir sama sepertimu Valerie. Bukan hanya kau wanita yang memiliki kemampuan sihir." Suara Ayah Clara menyela. Dia menatap Valerie tajam seolah tidak menyukainya dan menatap Clara dengan sesuatu yang tidak kumengerti.

"Benar. Nona sangat luar biasa!" Valerie berkata dengan sungguh-sungguh. Dia menatapku takjub seolah aku memiliki dua tanduk di atas kepalaku.

"Terima... kasih?" Aku berkata tidak yakin. Melihat bahwa Valerie masih menggenggam tanganku membuatku menepisnya lembut. "Kurasa kita harus menyelesaikan sarapan kita?"

Valerie mengangguk. "Apakah setelah ini saya boleh berbincang dengan Nona?" Pintanya dengan mata berbinarnya.

Aku mengangguk. Bukan berarti aku ingin meladeninya. Hanya saja sebaiknya aku cepat mengirimnya ke tempat duduknya dan menyelesaikan makananku. Aku akan mengunci diri di dalam kamar agar tidak ada lagi adegan persahabatan kedua wanita seperti yang ada di Cherry Blossom.

Kepala pelayan lalu mengetuk pintu dengan sopan. Count Birmingham mengangguk dan membuat kepala pelayan menghampirinya dan berbicara pelan kepadanya. "Earl of Bristol berada di sini, My Lord."

"Aku tidak mendapat kabar bahwa dia ingin bertemu denganku hari ini. Anak itu pasti sudah meremehkanku karena tidak membuat janji terlebih dahulu." Jelas Ayah Clara marah. Hubungan Duncan – Evolet ternyata masih sensitive untuk pria paruh baya itu.

"Sebenarnya," Sang kepala pelayan melirikku sekilas. Aku menelan ludah susah payah. Berharap bahwa tujuan Leopold benar-benar untuk bertemu Ayah Clara. "His Lordship datang kemari untuk bertemu dengan Lady Clara."

Aku melirik Count Birmingham yang terlihat bingung sementara sang Countess tampak berseri-seri. Valerie tampak kecewa karena sepertinya ajakannya untuk mengobrol tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Well, jika aku menerima kunjungan tunanganku, ibu akan senang dan ayah akan kesal. Sementara jika aku beralasan menyambut tamu yang adalah Valerie, maka ayah akan lebih senang dan ibu menjadi kesal.

Apa tidak ada pilihan lain yang tersedia untukku?

***

Secret of Villainous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang