Bab 16

1.9K 309 19
                                    

Halooo, kuupdate di luar jadwal wkwkwk. Soalnya lagi pengen update aja haha. Btw ada catatanku di bawah, dibaca yak. Oke deh, selamat membaca.

.

.

Malam harinya Solar berkunjung ke rumah Mas Surya bersama tim yang lengkap, kecuali Ratu yang tidak tahu kapan badmood-nya akan hilang. Ia memang menceritakan ke teman-temannya yang lain bahwa Mas Surya memintanya untuk datang. Dan teman-temannya langsung mau ikut.

Tiba di rumah Mas Surya, ada pembantu rumah tangga yang menyambut kedatangan mereka. Pembantu itu seketika berteriak, "Pak Surya! Teman-temannya pada datang nih."

Mas Surya tertatih-tatih tiba di ruang tamu, lalu terkesiap menemukan hampir semua anak buahnya ada. Ia pura-pura memasang wajah kecewa. "Lah, gue kan cuma minta Solar ke sini."

"Ah, Mas, jangan gitu dong. Nanti gue kege-eran!" Solar tertawa sendiri sambil menyentuh pipinya sok imut.

Mas Jamal geleng-geleng melihat Solar yang tidak ragu menunjukkan ketertarikannya pada Mas Surya.

Mas Surya tertawa saja. "Ayo duduk." Ia kemudian berbicara pada Bi Arya, pembantunya. "Bi, tolong potongin cheesecake di kulkas sama bawain jus jeruk dua botol."

Solar mengangkat tangan. "Maaf, Mas. Gue nggak suka jeruk."

Mas Surya menambah pesanannya. "Jus apel-nya dikeluarkan juga, Bi."

Mas Jamal memelotot karena Solar yang tidak pakai sungkan.

Bi Arya menuruti titah tuannya. Sedangkan tim creative duduk berhadapan dengan Mas Surya di ruang tamu.

"Gimana kantor?" tanya Mas Surya yang selalu memantau kegiatan junior-juniornya.

Mas Jamal yang angkat bicara lebih dulu. "Parah, Sur. Kalau lo masuk kantor, lo pasti bakalan pusing ngurusin Solar yang polos-polos, tapi bisa bikin kami kelelep, sampai susah bernapas."

Mas Surya kembali terpingkal. "Lo ngapain, Solar?"

Akar yang beranggapan bahwa Solar terlalu banyak tingkah ikut menyahut. "Tanpa persetujuan kami, Solar ngajak Bude makan bareng dan Bude jadi tahu kita panggil dia bude."

Mas Surya tercenung, tapi kemudian tawanya meledak sampai kepalanya terangkat. "Harusnya gue ada di sana juga ya. Solar, lo nggak ada diancam resign lagi kan sama Bude?"

Solar sebenarnya teringat Bu Dewa yang tidak bersedia menerima laporan darinya, tapi ia berusaha untuk tidak melebih-lebihkannya. "Nggak kok, Mas. Bude mengira itu dari singkatan namanya."

"Tenang, Sur, gue udah nyuruh biang kerok satu ini nyari nama baru buat Bude," Mas Jamal menyebutkan tugas yang diberikan olehnya pada Solar. "Kita nggak bisa pakai nama itu lagi."

"Tapi kemarin epik banget, Mas. Pada salah tingkah pas Bude gabung semeja sama kami. Mas Jamal yang mau ngasih minuman ke Mbak Nim, malah ngasih kecap. Terus Bude juga kebanyakan masukin sambel ke makanannya," Jo menceritakannya susah-payah sembari menahan tawa.

"Gue jadi nggak sabar masuk kantor. Mungkin minggu depan gue udah masuk. Kemarin proses lepas jahitannya lancar, gue udah bisa jalan dikit juga sih walau harus pake kruk."

"Iya, Mas. Kami merindukan kehadiranmu," Nimas memasang wajah memelas. Ia yang sudah dua tahun bekerja di bawah Mas Surya merasa senior-nya itu terlampau lama absen. Tanpa kehadirannya, ruangan creative jadi lebih dingin karena kehadiran Bu Dewa. Bu Dewa hanya bertindak sebagai bos untuk mereka.

Berbeda dengan Mas Surya yang selalu bertanya apakah mereka bisa mengerjakan tugas, berterima kasih karena sudah menyelesaikan pekerjaan sesuai arahan, dan mengingatkan mereka harus tidur cukup.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Where stories live. Discover now