Bab 3 (REVISI)

4.1K 394 6
                                    

Haloo, selamat berpuasa bagi yang menjalankannya. Baca chapter terbaru sambil nunggu buka puasa yokk.

.

.

            Penghuni ruangan creative mulai bergosip. Mereka sudah tahu ke mana Solar dibawa pergi. Kalau Bu Dewa hanya ingin membicarakan pekerjaan, biasanya tidak harus keluar dari sini.

Mata merah Ratu membesar. Ia merasa telah melewatkan kejadian yang cukup penting. "Solar ada masalah apa sama Bude?"

Jo mengedikkan bahunya. Ia juga baru tiba di sini, jadi mana ia tahu?

"Solar ditawarin jadi supervisor kali," Akar asal sebut. Supervisor mereka hanya Mas Surya, dan Bu Dewa beberapa kali mengatakan ingin menambah supervisor agar pekerjaan mereka lebih efektif. Namun, entah kapan hal itu terealisasi. Mereka cukup kerepotan karena Mas Surya sudah absen sebulan karena kecelakaan.

Ratu seketika nyengir. "Nggak mungkin. Yang masuk ke Kotak Neraka itu cuma orang-orang bermasalah."

Pintu ruangan terbuka kasar sampai membuat penghuninya bergidik. Ternyata Nimas yang datang.

Mereka terdiam sambil menatap pintu terbuat dari kaca tebal yang bergetar hebat sampai posisinya kembali normal.

"Pelan-pelan, Mbak Nim. Ntar pintunya rusak lagi."

Nimas tidak suka Jo membahas hal itu. "Ye, jangan nakutin dong. Pintunya kan udah dibetulin." Ia menatap pintu yang sebulan lalu nyaris menimpanya. Sungguh kejadian horror yang tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.

"Mbak Nim, Solar dibawa Bude ke Kotak Neraka!" Ratu tidak ingin Nimas melewatkan hal ini. Mereka memang sering berbagi cerita.

"Seriusan? Kenapa?"

"Sebentar lagi kita bakal tahu," jawab Akar santai sambil merevisi naskah di laptopnya.

"Nggak mungkin disuruh resign, kan?" Jo menunjukkan wajah khawatir. Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak.

"Kenapa muka lo kayak gitu? Nggak suka ada yang mengalahkan rekor lo?" balas Akar sinis.

Jo mengancam Akar dengan bogemnya. "Sembarangan lo!"

Nimas memasang wajah suram karena Akar membahasnya. Kejadian setahun lalu itu memang cukup bersejarah bagi mereka. "Jo diancem resign pas baru seminggu kerja. Disuruh buat surat pernyataan buat nggak mengulangi kesalahannya itu. Hukuman kayak anak SMA."

Ratu terbahak-bahak, seakan senang Jo mendapatkannya. "Salah lo sendiri, Jo. Anak baru, tapi berani-beraninya baru dateng jam dua siang."

"Diem. Lo nggak ingat kenapa gue masih jutek sama lo?" Jo mendelik galak pada Ratu.

Ratu seketika terdiam.

"Yang penting sekarang kita jadi tahu kalau mau datang siang gara-gara ngelarin kerjaan, harus minta izin dulu. Emangnya Bude tahu kita lagi ngerjain apa aja?" Nimas sedang berusaha mengalihkan fokus Jo agar emosinya bisa diredam.

Jo langsung kepikiran sama Solar. "Mudah-mudahan Solar betah di sini. Kasihan dia kelihatannya polos. Nggak tahu apa-apa tentang dunia production house."

"Lebih tepatnya, Solar mungkin belum pernah berhadapan sama bos kayak Bude," tambah Akar.

"Bakal lama nggak dikata-katainnya?" Nimas jadi ikut cemas. Ia kemudian menyampaikan ide itu. "Eh, kayaknya kita harus ngasih itu juga ke Solar. Kayak Jo dulu."

Jo kemudian terkekeh-kekeh sendiri. "Ide bagus. Gue suka gaya lo, Mbak Nim!"

Mereka pun sabar menunggu Solar yang cukup lama berada di Kotak Neraka. Lalu, pintu tiba-tiba terbuka. Membuat penghuninya histeris karena kehadiran sosok yang tak disangka.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Where stories live. Discover now