Bab 5 (REVISI)

2.9K 409 3
                                    

Selamat membaca, Gaiss. 

.

.

           Solar terkesiap melihat orang-orang yang mengerumuninya. Ia kira tadi tidak ada siapa-siapa selain Ratu dan Akar. Bahkan ada Mas Surya juga. "E-eh, ini kenapa ya?"

"Sini, Solar," Mas Jamal menarik tangan Solar untuk berdiri di tengah ruangan.

Solar mengikutinya dengan kikuk dan masih bertanya-tanya apa yang rekan-rekannya ini rencanakan.

"Mainkan, Mbak Nim!" pekik Jo penuh semangat.

Nimas menyalakan mic karaoke yang dibawanya. "Penghargaan Creative Dadakan Tahun 2018! Dengan ini kami menyatakan selamat kepada Solar!" Suaranya menggema ke seluruh ruangan hingga membuat Solar ngilu. Belum lagi yang lain juga bertepuk tangan kencang-kencang.

Solar tiba-tiba saja jadi salah tingkah. "Aduh, gue jadi nggak enak. Kalian pasti salah lihat. Hari ini bukan ulang tahun—"

Namun, Nimas langsung memotongnya. "Selamat kepada Solar yang menjadi creative paling cepat disuruh resign sama Bude! Kepada Mas Surya dipersilakan untuk memberikan penghargaannya."

Jo memberikan sebuah piagam kepada Mas Surya sambil tertawa. "Ada yang mengalahkan gue juga akhirnya."

Dibantu oleh Mas Jamal, Mas Surya memberikan piagam itu pada Solar. "Selamat ya, Solar!"

Solar menerimanya sambil melongo. Piagam itu berwarna krem. Di tengahnya ada gambar lidah yang dijulurkan. Lalu, ada tulisan bahwa ia memecahkan rekor paling cepat diminta resign sama Bu Dewa. Ia pun menggaruk kepala, dan tersenyum yang sebenarnya dilakukan untuk menyamarkan rasa terharunya. "Kalian ngehibur gue ya? Makasih banget lho."

Jo menunduk di depan Solar, lalu merengkuh lembut kedua bahunya. "Solar, kami semua di sini udah pernah diancam resign sama Bu Dewa. Itu udah jadi kebiasaan dia sehari-hari buat ngegertak kami. Jadi, nanti jangan dimasukin ke hati."

Solar merasa tak nyaman karena mengira sudah menyusahkan teman-temannya. "Tadi muka bete gue kelihatan banget ya?"

"Bukan kelihatan lagi. Ruangan ini sampai dingin," ungkap Mas Jamal setengah bercanda.

Solar tersenyum lebar. Tadinya ia pikir tidak ada siapa-siapa yang memperhatikannya, tapi ternyata rekan-rekannya malah memberikan kejutan. Sekali lagi ia menatap penghargaan itu. "Ini piagam pertama yang gue dapetin."

"Selamat buat piagam pertamanya!" Jo bertepuk tangan antusias.

Solar langsung berencana menyimpan piagam ini di tempat yang spesial.

"Ya udah, kita makan yuk. Gue yang traktir," ucapan Mas Surya itu sukses membuat creative berjingkrak kesenangan.

Namun, Ratu ingat belum menandaskan kewajibannya. "Mas, tungguin dong! Belum nyerahin catetan ke Bude."

"Kami udah lama banget nungguin kalian kelar meeting," Jo sudah tidak sanggup lagi menahan lapar.

Tiba-tiba saja ada bunyi perut keroncongan yang menggelegar, dan membuat seluruh creative terdiam. Semua mata tertuju pada Nimas yang menutup mulut dengan tangan.

"Yuk, berangkat. Kita ke Bu Gembus ya," titah Mas Surya sembari menahan tawa melihat Nimas yang malu-malu.

"Ada dua cowok yang nungguin kita dong. Biar nanti kami bisa naik motor," saran Ratu.

"Gue tungguin," sahut Akar yang duduk di bangku, dan mengeluarkan novel dari ransel.

"Bagus deh, nanti kalian bertiga aja ke Bu Gembus. Pakai motor Akar," kelakar Mas Jamal. Mana mungkin juga mereka bisa duduk bertiga? Ketemu polisi langsung kena tilang.

Nggak Suka? Ya, Resign Aja! [END]Where stories live. Discover now