25

3.8K 498 12
                                    

Haiiiii, apa kabar semuaaaaaaaa

 Akhirnya bisa kembali nulis di sini. Biarpun masih banyak kerjaan yang belum selesai ( Biarin aja dehhhh)

Terima kasih yang masih menunggu kisah ini. Jangan lupa juga koleksi novel saya yang udah pada terbit dooong. Hayoloh, dikoleksi gitu 😉😉

Meski sudah masuk dalam fase new normal, jangan pernah lupa buat selalu pakai masker biar itu cuma keluar bentar buat beli sayur sama kang keliling. Cuci tangan pakai sabun tiap kali udah bersentuhan dengan benda lain yaaa, karena kalo bukan kita yang jaga kesehatan sendiri, lalu siapa lagi???

Selamat membaca,

"Nggak ada yang mau jelasin ini sama aku?" tanya Tara menatap kedua orang itu bergantian. Kedua tangannya dia tekuk di depan dada.

Valent dan Lila tampak bertukar tatap sejenak, sebelum menghela napas berbarengan. Reaksi macam apa itu, Bambaaang! Tara hanya butuh penjelasan, bukan tarik menarik napas seakan mereka menderita asma akut.

"Kamu aja yang jelasin, gih!" ujar Valent melempar tatapan pasrah.

"Kok, aku sih, Beb!" protes Tara yang hampir muntah demi mendengar panggilan sayang Lila untuk Valent.

"Kamu liat sendiri, tampangnya udah kayak emak aku yang kehilangan tupperware-nya!"

"Aku denger, ya! Dan kamu, La! Tega-teganya kamu ngebohongin aku! Dua tas masuk ketagihan kamu! Males aku dikibulin gini!"

"Yaaaah, jangan gitu dong, Ra! Sesuatu yang udah kamu beri, nggak boleh diambil lagi!"

"Kata siapa? Kamu nganggep aku nggak peduli sama kamu! Tapi kamu sendiri lebih tega dari aku! Pokoknya tagihan aku bakal kirim sama Valent! Kamu sebagai cowoknya, dan temen aku yang nggak berperipersahabatan, akan aku tuntut kalo nggak mau bayar!"

"Tuh, jangan kejam-kejam kenapa, sih! Iya, kita salah karena nggak ngomong tentang kita sama kamu!" Lila sedikit menghiba. Dia dan Valent baru saja jadian, kalau dia sudah membebani Valent, maka dia akan dicap sebagai cewek matre.

"Aku bakal bayarin utang, Lila!" ucap Valent mengejutkan keduanya. Tara memasang wajah puas. Sementara Lila seolah ingin protes, tapi dicegah oleh Valent dengan mengangkat satu tangannya.

"Gitu dooong, itu baru namanya cowok keren!"

"Gombal lo, ah!" Valent menatap Tara tajam, hingga membuat Tara merasakan ada firasat buruk di baliknya, "Tapi dengan satu syarat, dan aku pikir ini nggak akan sulit buat kamu!"

"Syarat apaan? Ini sih, sama aja kalo Kamu nggak mau rugi!"

"Beb! Kalo misal aku nyuruh Tara buat jagain aku selama satu hari, kamu keberatan, nggak?" tanya Valent dengan tatapan selembut beludru. Lila yang ditatap seperti itu, sudah pasti meleleh.

"Ya, nggak papa sih, Beb! Yang penting kamu cepet sembuh."

Valent menepuk puncak kepala Lila, seolah Lila adalah kucing kesayangannya. Setelahnya dia menatap Tara dengan senyum penuh tipu daya, "Kamu udah denger syarat dari aku. Anggap ini permintaan dari temen yang lagi kesusahan. Temen yang ditinggalin seneng-seneng, sementara dia terbaring nggak berdaya di atas kasur."

"Lebay banget sih, kamu!" Tara ingin melakukannya, tapi Leon tidak mungkin mengizinkan. "Suamiku, nggak mungkin ngizinin!"

"Ra, Valent temen kamu juga. Dia udah banyak ngebantu kamu dulu. Nemenin dia sehari, pasti nggak bakalan bikin Leon patah hati."

"Lagian kamu pengin duitnya balik, kan?" Valent ikut memanasi.

"Tujuan aku bukan masalah duit itu! aku hanya kecewa sama kalian yang main rahasia-rahasiaan seperti ini!"

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang