10

4.4K 619 21
                                    

Updateeeeee

Maaf ya lamaaa, banyak yang harus dikerjakan di duta 

Yang kangen cerita ini, ditunggu vote dan komennya yaaa


"Nyonya, anda salah menaruh sumpitnya lagi." Teguran itu kembali menyadarkan Tara.

"Sensei, maafkan saya." Tara beberapa kali menundukkan kepala untuk kesalahannya hari ini, untuk yang entah berapa kalinya.

"Sepertinya anda sedang tidak fokus. Tapi, resepsi pernikahan anda tinggal dua hari lagi. Setidaknya anda harus bertahan, dan hilangkan keresahan di hati terlebih dahulu."

Suara merdu guru tata krama Aruni Sato mengalun lembut di ruangan itu. Tara hanya mampu mengangguk mengiyakan. Sementara pikirannya masih belum bisa beralih dari peristiwa tadi pagi.

Meski hanya ciuman singkat, tapi itu adalah ciuman pertamanya. Bagaimana mungkin Leon bisa berlaku tidak sopan seperti itu. Ciuman pertamanya yang sangat berharga, sudah terenggut dengan paksa. Tara ingin menangis meraung-raung, hanya saja itu terlalu kekanakan.

Kisah cintanya tidak banyak. Dia hanya pernah dekat dengan Karna. Hubungan mereka hanya berkisar saling berbicara, tanpa pernah melibatkan kedekatan fisik. Dia memang wanita dewasa, tapi Tara minim pengetahuan seperti itu.

Dia sudah menceritakan keresahan hatinya pada Lyla, tapi sahabatnya itu hanya menertawakannya. Lyla bahkan mengatakan dirinya terlalu bodoh dan naif. Bagi Lyla yang memiliki banyak kekasih, mungkin hal itu bukan masalah.

Lyla sahabatnya. Tara tahu seperti apa kehidupan percintaan anak kota yang dianut Lyla. Dia tidak pernah ambil pusing, selama Lyla masih menjadi sahabatnya. Dia tidak pernah ikut campur urusan pribadi Lyla.

"Aku pikir dia hanya ingin menggodamu. Lagipula itu bukan ciuman panas dan bergairah. Jadi sudah dapat disimpulkan, Leon tidak tertarik padamu. Jangan terlalu dipikirkan! Lelaki memang kadang suka bercanda seperti itu!"

Ucapan Lyla tidak berhasil mengenyahkan rasa hangat dan kenyal dari bibir Leon. Lelaki itu benar-benar sudah berhasil mempermainkannya.

"Kenapa kamu ada di sini? Bukannya kamu harus ke Tokyo?" tanya Tara berusaha tenang, ketika Leon tiba-tiba sudah berada di beranda Paviliunnya.

"Sepertinya kamu tidak senang setiap aku berkunjung," gerutu Leon sambil melangkah ke dalam rumah.

"Karena mengikuti kursus setiap hari, aku menjadi sangat lelah. Makan siangku harus dipangkas, dan aku juga kehilangan waktu untuk tidur siang. Apa kamu tahu apa yang dikatakan para sensei itu kepadaku?"

"Apa?" sahut Leon acuh tak acuh.

Mereka duduk saling berhadapan di ruang tengah. Seorang pelayan membawakan mereka teh dan kue kecil dengan bentuk-bentuk sangat indah. Tara hanya mampu menatap kecut, mengingat omongan para sensei itu.

"Mereka bilang aku terlalu berisi untuk ukuran seorang Nyonya Takeda. Mereka menyuruhku untuk mengurangi makanan manis, dan gurih. Aku hanya boleh makan sayur dan buah!" keluh Tara mulai frustasi.

"Aku benar-benar seperti didorong ke dalam neraka! Aku mau pulang secepatnya! Aku tidak akan betah di sini! Makiko, kenapa kau membawakan kue-kue ini kemari? Kau ingin mati, ya?"

"Maaf, Nyonya. Saya pikir—"

"Bawa kembali kue ini! Jangan berani-berani memunculkannya di hadapanku!"

Leon menyesap tehnya dengan senyum terkembang di bibirnya. Tara tetap saja Tara. Meski diajari tata krama dan sopan santun, tetap saja dia gadis tidak tahu aturan. Ayahnya pasti akan mati berdiri, jika melihat kelakuan sesungguhnya dari gadis ini. Untung saja dia berhasil menyuap para sensei itu, agar berbohong setiap kali ayahnya ingin mendengar perkembangan budi pekerti Tara.

Semanis Cinta (Selesai)Where stories live. Discover now