5

5.5K 715 22
                                    

Aduuuh, ternyata lama juga nggak update. Maunya konsisten gitu satu minggu sekali update, tapi apalah daya urusan di dunia nyata ternyata lebih menyita tenaga dan waktu.



Bunga mawar berdarah.

Lagi-lagi sebuah paket membuat resah hidup Tara. Gadis itu berusaha untuk tidak memikirkannya, tapi tetap saja ada prasangka buruk selalu menghampirinya. Hidupnya tidak sama lagi. Dia tidak sebebas dulu.

"Kenapa tidak makan?" tanya Leon saat menatap piring Tara yang masih penuh.

"Ada yang harus aku ceritakan kepadamu, karena mungkin saja ini berkaitan denganmu." Tara menatap Leon yang terlihat tenang seperti biasa.

"Katakan saja," sahut Leon yang masih menikmati mie udon dengan seporsi tempura seafood di depannya.

Tara mendesah, sebelum tatapannya bersirobok dengan tatapan Leon yang terlihat menunggu. "Sebenarnya sudah sejak lama aku diteror. Banyak paket berdatangan, dan isinya sangat menakutkan."

"Apa kamu tahu, siapa yang mengirimnya?"

Tara menggeleng. Jika dia tahu, sudah sejak lama dia membuat perhitungan sendiri. Masalahnya dia merasa tidak pernah memiliki musuh, "Aku yakin itu dari seseorang dari masa lalumu. Dia pasti kecewa, karena kamu menikah denganku."

"Bagaimana jika sebaliknya?"

"Tidak mungkin! Pacar terakhirku itu Karna, dan sudah sejak lama kami tidak memiliki perasaan emosional seperti itu! Jujur saja, ketika kamu menikahiku, apa kamu sedang memiliki hubungan serius dengan seorang wanita?"

Bukannya Leon tidak ingin menceritakan penemuannya. Bahkan Tara tidak akan tahu, siapa wanita yang telah mengirimnya berbagai macam benda mengerikan itu. Karena Tara memang tidak mengenalnya.

"Sejujurnya ketika kamu menyuruhku menikahimu, aku baru saja putus dengan kekasihku. Pesta pernikahan mewah itu, seharusnya menjadi milikku dan dia. Sayang, dia justru memilih melarikan diri dengan mantan kekasihnya."

Kemudian Tara seolah menemukan pencerahan. Pesta mewah itu memang telah disiapkan Leon sejak lama. Bukan untuk dirinya, tapi untuk mantan kekasihnya yang sekarang entah di mana.

"Kenapa dia meninggalkanmu? Dengan seluruh kriteria idaman di dalam dirimu? Wanita itu pastilah sangat luar biasa!" Tara mulai penasaran dengan wanita yang berhasil menaklukan makhluk sedingin kutub selatan itu.

"Apa kamu sedang memuji diri sendiri sebagai wanita terbodoh? Apa menikah denganku begitu memalukan?" tanya Leon dengan nada dingin.

Salah lagi, kan?

"Bukan begitu maksudku. Dengan sikapmu yang seperti itu, aku rasa memang tidak akan ada wanita yang mau mendekatimu! Aku memang bodoh!"

"Apa maksud perkataanmu itu?"

"Bukannya kita sedang membahas tentang teror itu, ya? Menurutmu apa mantanmu itu kemudian khilaf dan ingin kembali kepadamu? Dia lalu menggunakan cara keji untuk membuatku tidak betah?"

"Helen bukan wanita seperti itu!"

"Oh, jadi namanya Helen? Baiklah! Kalau bukan Helen yang melakukannya, lalu siapa? Andai dia mau bersaing secara baik-baik, bahkan aku akan dengan sukarela melepaskan status sebagai istrimu kepadanya,"

"Kamu yakin sudah siap dengan tuntutanku? Seratus milyar sepertinya cukup untuk membayar semua kerugian yang sudah aku derita selama menikah denganmu."

Alih-alih sedih karena ditinggalkan calon istri di hari pernikahan, sikap Leon justru terlihat sebaliknya. Lelaki itu tampak santai menghadapi semuanya. Tidak ada tanda-tanda jika hatinya terluka, atau patah hati seperti layaknya orang lain.

Semanis Cinta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang